Budaya Menulis Ditengah Budaya Lisan
Mira Mirnawati
Abstrak
Menulis karya sastra merupakan pekerjaan populer di masyarakat masa kini. Sebut saja Djenar Maesa Ayu, Dee, Ayu Utami, Albertien Endah, Andrea Hirata, dan masih banyak penulis-penulis muda lainnya yang banyak menarik perhatian publik. Eksistensi mereka dalam karyanya merupakan perjuangan ditengah budaya lisan yang lebih mendominasi masyarakat.
Kata kunci : menulis, budaya, lisan
Menulis merupakan sebuah kegiatan yang lumrah, biasa, dan tidak populer. Tapi jika menulis karya sastra, hal itu merupakan pekerjaan populer di masyarakat masa kini. Sebut saja Djenar Maesa Ayu, Dee, Ayu Utami, Albertien Endah, Andrea Hirata, dan masih banyak penulis-penulis muda lainnya yang banyak menarik perhatian publik. Eksistensi mereka dalam karyanya merupakan perjuangan ditengah budaya lisan yang lebih mendominasi masyarakat.
Kenyataan di atas sungguh menggembirakan, namun bila dibandingkan dengan berapa juta manusia yang hidup di bumi Indonesia ini. Mereka yang menulis hanya sepersekian jutanya. Padahal hampir setiap orang dapat menulis. Namun, menulis yang paling disukai oleh masyarakat adalah menulis apa yang ada dalam angan-angannya, isi hatinya, kemarahannya, dan bentuk tulisan ekspresif lainnya. Masyarakat mengenal istilah buku diari yang selalu tersimpan rahasia yang pembacanya hanya pemiliknya sendiri.
Ketika sesorang menulis diari, secara tidak disadari mereka sedang menulis karya sastra. Mengapa? Karena menulis buku diari lebih banyak didominasi oleh kata-kata yang indah bahkan ada yang menulisnya dalam bentuk puisi. Terlebih jika seseorang sedang dilanda jatuh cinta yang akut. Kelemahan dari budaya tulis ini adalah tidak diperkenankannya tulisan mereka untuk dipublikasikan sebagai sebuah karya. Sehingga, penikmat tulisan tersebut hanya dirinya sendiri.
Apa yang lebih populer di masyarakat sekarang adalah budaya lisan. Budaya yang turun temurun dan tidak perlu pempublikasian. Budaya ini tidak punya hak paten, jika sudah tidak digunakan oleh masyarakat, maka punahlah budaya hasil tradisi lisan tersebut. Salah satu budaya lisan yang ada kaitannya dengan sastra banyak sekali terjadi di masyarakat. Mereka tidak punah sebelum masyarakat meninggalkan budaya tersebut. Hal itulah yang menjadi kelemahan satra lisan tersebut.
Oleh karena itu, menulis karya sastra menjadi sesuatu yang penting yang harus diperjuangkan ditengah budaya lisan. Sehingga generasi penerus kita dapat merasakan karya sastra yang populer pada setiap jamannya. Sejarah akan terukir dengan baik jika ditinggalkan dalam bentuk tulisan. Masyarakat sekarang dapat mengetahui jaman dahulu berkat peninggalan karya-karya tulis pada jamannya.
Budaya lisan yang diringi dengan budaya tulis akan menghasilkan keseimbangan bagi pengetahuan generasi penerus kita. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mneciptakan masyarakat menulis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Budaya menulis lebih sulit daripada budaya membaca. Masyarakat akan lebih baik mengalami proses dulu, lebih tepatnya harus tercipta sebagai masyarakat gemar membaca dahulu, kemudian menjadi masyarakat gemar menulis.
Untuk menciptakan kedua budaya tersebut, hal yang mutlak ada dalam masyarakat adalah pendidikan. Pendidikan, membaca, dan menulis merupakan sebuah kausalitas. Hubungan antara ketiganya memberikan suatu dampak keberhasilan suatu masyarakat. Dengan pendidikan masyarakat dapat membaca dan menulis.
Pendidikan mengantarkan masyarakat kepada kondisi masyarakat yang beradab. Bayangkan! Bagaimana masyarakat menjadi masyarakat yang gemar membaca, jika mereka tidak mampu untuk membaca. Bagaimana masyarakat menjadi masyarakat gemar menulis, jika mereka tidak mampu membaca. Pengetahuan tidak datang dari budaya lisan saja, tapi pengetahuan seringkali datang dari bahan bacaan. Bahan bacaan lebih valid tingkat kebenarannya daripada budaya lisan.
Oleh karena itu, marilah kita mulai menjadi generasi yang gemar membaca dan menstimulus diri kita masing-masing untuk membudayakan budaya tulis. Sehinbgga tidak mustahil bahwa bangsa kita akan lebih baik dengan banyakknya pengeathuan yang kita baca dan dituliskan kembali untuk generasi penerus kita. Paling tidak, kita telah berikhtiar untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik untuk anak cucu kita di masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar