Jumat, 04 Juni 2010

Jadi Mahasiswa Ideal, Siapa Takut???

Ketika kita mulai memasuki gerbang perguruan tinggi, maka status kita yang tadinya pelajar akan berubah menjadi mahasiswa. Perubahan status tersebut bukan hanya sebuah simbol, namun juga merupakan bentuk transformasi kaum remaja menjadi pra dewasa. Tingkat kedewasaan kita pun berkembang secara individual dan bersifat characterize (menciri khas) untuk setiap mahasiswa. Oleh sebab Itulah terdapat banyak ragam mahasiswa. Dilihat dari karakter yang terbentuk, terdapat empat tipe mahasiswa, yaitu:
1)mahasiswa study oriented yang hanya berfokus pada akademik (hard skills);
2)mahasiswa social oriented yang terlalu berfokus pada organisasi kemahasiswaan (soft skills),
3)mahasiswa ideal yang menjaga keseimbangan keduanya (hard skill and soft skills),
4)dan mahasiswa tanpa tujuan (dis-oriented).
Untuk karakter tipe pertama (study oriented), biasanya secara akademis mereka lancar, namun secara sosial mereka mengalami banyak kendala. Misalnya, sulit untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan mereka dalam bentuk lisan dan tulisan serta sulit untuk bekerjasama. Bagi sebagian mahasiswa tipe ini, kuliah sepertinya hanya untuk mendapatkan nilai bagus yang nantinya sebagai batu loncatan untuk dapat bekerja di perusahaan bonafid, gaji besar, bonus tinggi, fasilitas lengkap, dan sebagainya. Mereka mengecilkan peran dan aplikasi ilmunya kepada lingkungan sekitar dan tidak jauh berbeda dengan robot-robot industri. Sebaliknya, tipe social oriented, secara akademis mereka sering tersendat, akan tetapi secara sosial mereka memiliki soft skill, diantaranya:
(1) keterampilan komunikasi lisan dan tulisan (communication skills)
(2) keterampilan berorganisasi (organizational skills)
(3) kepemimpinan (leadership)
(4) kemampuan berfikir kreatif dan logis (logic)
(5) ketahanan menghadapi tekanan (effort)
(6) kerja sama tim dan interpersonal (group skills) dan
(7) etika kerja (ethics).

Adapun tipe ketiga, mereka berhasil dalam studi dan sosial. Bagi mahasiswa yang bisa multi-tasking antara organisasi dan kuliah, dapat dikatakan mereka belum kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Memang berat sepertinya menerapkan hakikat 'manusia' di dunia yang serba diukur dengan materi saat ini. Hal yang paling membahagiakan sebenarnya adalah kita bisa berbuat untuk orang lain. Sebaliknya, tipe keempat, mereka gagal dalam keduanya.
Keempat tipe mahasiswa itu memiliki paradigma berbeda tentang makna prestasi. Bagi mahasiswa study oriented, prestasi adalah manakala kuliah lancar tepat waktu dan meraih IP (indeks prestasi) cummload. Sedangkan prestasi menurut social oriented adalah ketika mampu melakukan peran sebagai agent of change. Adapun menurut mahasiswa ideal, kedua hal itu sama-sama penting. Sebaliknya, bagi mahasiswa tanpa tujuan, keduanya tidak penting.
Paradigma yang saat ini lebih dominan beredar di mahasiswa Indonesia sebagai insan akademik adalah “Lulus cepat, langsung kerja.” Sehingga yang sering terjadi adalah penanggalan peran penting mahasiswa sebagai pengabdi masyarakat, seperti yang dituangkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Paradigma ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk.
Orientasi mahasiswa saat ini lebih pragmatis ketimbang idealis, ditambah lagi budaya individualis yang terus mengakar dan merasuk dalam kepribadiannya. Mahasiswa saat ini masih berpikir, “Bagaimana cara yang instan untuk mendapatkan nilai yang baik?” Pemikiran ini sangat sesuai dengan hukum ekonomi klasik, “Dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Akhirnya jalan-jalan tidak jujur pun dihalalkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kepentingan pribadi. Ironisnya, ketika kita melihat seorang aktivis pembela mahasiswa dan rakyat kecil dari jeratan koruptor yang setelah melakukan aksi, mencontek saat ujian. Inilah sebuah fenomena yang disebut-sebut sebagai bibit-bibit koruptor. Ketika menjadi mahasiswa berteriak tentang ketidakadilan, namun ketika telah berdiri diatas, bungkam dan malah menjadi koruptor.
Perbedaan paradigma itu memunculkan perbedaan standar dalam menentukan apakah seorang mahasiswa itu berprestasi atau tidak. Terutama dari dua tipe awal —study oriented dan social oriented— sering berbeda, bahkan ketika berada di titik ekstrim, satu sama lainnya saling mencemooh, meremehkan, dan menghina. Tipe study oriented menganggap para aktivis hanya membuang waktu, tidak konsisten dengan tugas sebagai mahasiswa, tidak memiliki ilmu mendalam apalagi spesialisasi, dan seterusnya. Sebaliknya, tipe social oriented, mereka anggap tipe study oriented anti sosial, bukan mahasiswa sejati yang berperan sebagai agent of change di masyarakat, tidak mengamalkan ilmunya, dan seterusnya. Oleh karena itu, dibutuhkan tipe ideal untuk dapat menyatukan tipe study oriented dan social oriented dan membuktikan kepada kedua tipe tersebut bahwa antara studi dan organisasi, dapat berjalan selaras dan saling berkaitan satu sama lain.
Polarisasi antara kegiatan akademik dan organisasi ini dapat dikatakan merupakan sesuatu yang langka. Jarang sekali ada mahasiswa yang dapat menjalankan dua kegiatan ini dengan baik. Mahasiswa yang memiliki pilihan ekstrim terhadap kegiatan akademik (study oriented) kurang bisa memberikan kontribusi riil kepada masyarakatnya. Dalam menjalani kehidupan pasca-kampus, seorang mahasiswa yang study oriented kurang memiliki kecakapan untuk dapat bekerja secara tim, sehingga saat ini banyak perusahaan yang memiliki persyaratan khusus mengenai riwayat organisasi. Dalam titik ekstrim yang lain, mahasiswa yang organization oriented juga memiliki permasalahan krusial. Dengan fokus yang sangat berlebihan terhadap kehidupan berorganisasinya, mahasiswa tipe organization oriented ini tidak memiliki prestasi akademik yang baik, atau dalam sebuah guyonan sering dikatakan ‘nasakom’ (nasib IPK satu koma…).

http://bemf-farmasi-uad.blogspot.com/2009/03/jadi-mahasiswa-ideal-siapa-takut.html

2 komentar:

  1. bagusnya kalau yang ideal itu menyeimbangkan dunia dan akhirat
    ....aktivis, akademisi, agamis

    BalasHapus
  2. makasih atas masukannya....memang harus seperti itu untuk menjadi tuntutan hidup..........

    BalasHapus