Jumat, 04 Juni 2010

mahasiswa.......

Mahasiswa adalah sebutan bagi orang-orang yang melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi. Mahasiswa selalu mempunyai kedudukan yang lebih di mata masyarakat.Karena mereka menganggap bahwa mahasiswa adalah jaminan di dunia kerja. Selepas dari itu, mahasiswa harus belajar dengan baik agar berhasil di dunia kerja. Menurut fakta, masih banyak lulusan mahasiswa yang masih menjadi pengangguran. Jadi tidak sepenuhnya anggapan dari masyarakat tentang mahasiswa itu benar.
Mahasiswa mempunyai peranan yang amat penting bagi masyarakat. Selain belajar, mahasiswa merupakan penyalur aspirasi rakyat ke pemerintah. Mahasiswa mempunyai banyak akses untuk menyalurakan aspirasi rakyat ke pemerintah. Mahasiswa adalah harapan rakyat. Tetapi pada kenyataannya, pada jaman sekarang, mahasiswa dapat dibedakan menjadi dua. Mahasiswa yang hanya mengejar keberhasilan di dunia kerja dan mahasiswa yang tidak hanya mengejar keberhasilan tetapi juga sebagai penyalur aspirasi. Segala keluhan masyarakat terhadap pemerintah dapat disalurkan melalui mahasiswa. Hanya segelintir mahasiswa yang mau menunaikan kewajiban ini. Hal ini sangat kontras dengan mahasiswa yang berada di jaman Orde Baru. Sebagian besar mahasiswa bergerak bersama-sama untuk melawan rezim Orde Baru. Mereka mengemban amanat dari seluruh masyarakat Indonesia.
Paradigma ini menuntut setiap mahasiswa untuk aktif dalam setiap moment di kampus bahkan sampai tingkat negara. Mengapa paradigma ini perlu? Jika mahasiswa cuek terhadap perkembangan suatu kebijakan kampus ataupun negara dan ternyata kebijakan tersebut merugikan rakyat, siapa yang akan melakukan penentangan dan pengkritisan? Orang miskin, tukang becak atau pengusaha?

Sejarah mencatat bahwa tahun 1996–1998, mahasiswa mengalami
masa–masa menegangkan dan penuh perjuangan dalam mengawal masa kepemimpinan rezim Soeharto. Bukan hanya harta ataupun waktu, tetapi
nyawapun siap untuk mereka korbankan. ”Beda zaman, beda kondisi”. Mungkin
itulah yang sedang melanda sebagian besar mahasiswa Indonesia. Pernyataan di
atas ada benarnya. Namun, kebanyakan mahasiswa sekarang menafsirkan
berbeda. Mereka beranggapan bahwa kuliah itu yang penting lulus dengan IPK
bagus dan cepat kerja. Tidak seperti mahasiswa dulu yang lebih senang berurusan
dengan birokrasi. ”Sekarang kondisinya sudah lain, tak seperti dulu”. Inilah yang
menjadi trend mahasiswa sekarang.
Tampaknya telah terjadi pergeseran paradigma mahasiswa kemarin dan
saat ini. Kalau kemarin mahasiswa cenderung bergerak untuk kesejahteraan
rakyat, tetapi terkadang lupa akan studinya. Sekarang malah sebaliknya, aktif
mengejar urusan studi, tetapi jiwa sosialnya mulai luntur. Bila kita mencermati dua kondisi mahasiswa di atas maka tampak bahwa tiap zaman, mahasiswa memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Lalu, tipe mahasiswa apa yang ideal? Mahasiswa merupakan golongan elit di bangsa ini. Dari sekian banyak
pemuda di negeri ini, merekalah yang memiliki kapasitas keilmuan lebih dari
sisanya. Sebenarnya, merekalah yang paling bisa diharapkan untuk memimpin
perubahan bangsa ini. Dan pada kenyataannnya memang bangsa ini berharap
pada mereka, walaupun bangsa ini tidak menyadarinya. Karena itu, mahasiswa telah dibebani tiga buah peran:
1.Agen perubahan,
2.Penjaga nilai,
3.Cadangan masa depan.
Mahasiswa ideal adalah mereka yang dapat menyadari, memahami, dan menjalankan peran yang diberikan kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Diperlukan kapasitas yang cukup untuk menjalankan peran-peran tersebut dengan baik. Ada tiga kelompok besar kapasitas yang diperlukan:
1)Kapasitas akhlak dan moral,
2)Kapasitas sosial politik,
3)Kapasitas keilmuan dan keprofesian.
Seorang agen perubahan dituntut untuk memberikan pengaruh kepada
manusia yang lain sehingga perubahan itu dapat terjadi di sekitarnya. Ini menuntut
adanya pengetahuan yang cukup tentang manusia. Di sinilah letak pentingnya
kapasitas sosial politik. Agar para agen tersebut dapat berkomunikasi secara baik
dengan manusia lainnya untuk menyampaikan gagasan perubahan yang
dibawanya serta efektif dalam merekayasa perubahan sosial di sekitarnya.
Mahasiswa sebagai penjaga nilai memerlukan kapasitas akhlak dan moral yang baik. Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa akar permasalahan yang ada di bangsa ini adalah busuknya moralitas. Mahasiswalah yang masih dianggap idealis untuk mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah. Karena mahasiswa dinilai tidak memiliki kepentingan politis dalam memperjuangkan apa yang dikatakannya. Sebagai cadangan masa depan, mahasiswa yang akan mengisi posposkepemimpinan negeri ini. Mereka adalah calon ilmuan, insinyur, dokter, menteri, jaksa, polisi, presiden, dsb. Untuk dapat memimpin, kemampuan retorika dan moralitas yang baik saja tidak cukup. Melainkan diperlukan juga kompetensi konkret yang mumpuni di bidang masing-masing. Semakin banyak bidang yang kita unggul di dalamnya, semakin banyak bahasa yang bisa kita gunakan untuk membahasakan kita. Dengan keseimbangan antara ketiga peran dan kapasitas yang diperlukan dalam menjalankan peran tersebut, maka akan mucul generasi baru dan era baru mahasiswa yang lebih baik, generasi dari sebuah akumulasi dua era sebelumnya, sudah saaatnya kita bergerak memulai era tersebut, mulailah saat ini, dan mulailah dari diri kita masing-masing.
Mahasiswa, selama ini dianggap sebagai kelas khusus dalam masyarakat. Selain karena jumlahnya yang sangat sedikit (tidak sampai 5 persen dari total penduduk Indonesia), jenjang pendidikan mahasiswa juga lebih tinggi dari kelompok masyarakat lain. Mahasiswa dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan lebih. Karena itu, berbagai harapan ditumpukan masyarakat kepada mahasiswa.
Mahasiswa diantaranya diharapkan menjadi agent of change, pemicu perubahan. Dengan pengetahuan dan kemampuannya, mereka diharapkan oleh masyarakat untuk menjadi pendobrak kejumudan, membongkar pola pikir anti-kemajuan, serta menawarkan pemikiran baru dan segar untuk memajukan masyarakat. Mereka diharapkan menjadi pelopor perubahan masyarakat. Mahasiswa, dengan idealisme yang dimiliki, juga diharapkan menjadi kontrol pemerintah terhadap berbagai kebijakan tidak pro-rakyat.

0 komentar:

Posting Komentar