Rabu, 16 Juni 2010

UJI KULAITATIF UNTUK IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT




UJI KULAITATIF UNTUK IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

A. Tujuan Praktikum
Mengetahui cara identifikasi karbohidrat secara kualitatif
membuktikan adanya gula pereduksi atau gula inversi
membuktikan adanya monosakarida
membuktikan adanya gula ketosa
hirolisis pati atau amilum

B. Dasar Teori
Karbohidrat sangat akrab dengan kehidupan manusia. Karena ia adalah sumber energi utama manusia. Contoh makanan sehari-hari yang mengandung karbohidrat adalah pada tepung, gandum, jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain sebagainya.
Karbohidrat adalah polihidroksildehida dan keton polihidroksil atau turunannya. selian itu, ia juga disusn oleh dua sampai delapan monosakarida yang dirujuk sebagai oligosakarida. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Rumus itu membuat para ahli kimia zaman dahulu menganggap karbohidrat adalah hidrat dari karbon.
Penting bagi kita untuk lebih banyak mengetahui tentang karbohidrat beserta reaksi-reaksinya, karena ia sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam organik pekat, misalanya H2­SO4 menyebabakan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, semantara golongan heksisosa menjadi hidroksi-multifurfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu kemrah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka warna hijau adalah negatif.
Untuk kegaitan praktikum kedua, yang mendasari percobaan uji iodium adalah penmabahan iodium pada suatu polisakarida akan menyababkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna spesifik. Amilum atau pati dengan iodium mengahailkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengn iodium membantuk warna erah coklat.
Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed.
Pada uji bial, dasar dari percobaannya adalah dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dengan penambahan orsinol (3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga menjadi dasar dari uji Seliwanoff.
Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik.
Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas., sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
Sedangkan teori yang mendasari hidrolisis pati dan sukrosa adalah, pati (starch) tau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (kurang lebih 20 %) memilki struktur linier dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (+- 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Patai dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjdi senyawa-senyawa yang lebih sedrhana. Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghaislkan warna biru samapi tidak berwarna. Hasil akhir hidrolisis dapat ditegaskan dengan uji Benedict.
Sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhirolisis, lalu menghasilkan glukosan dan fruktosa. Hal ini menyebabkan uji Benedict dan uji Seliwanoff yang sebelum hidrolisis memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji Barfoed menjadi positif pula dan menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilakn monosakarida.

+HCl
Sukrosa ----------- Glukosa + Fruktosa

C. Alat dan Bahan
Alat:
1.Tabung reaksi Pyrex
2.Rak tabung reaksi
3.Pipet tetes
4.Penjepit tabung reaksi
5.Penangas air
6.Alat pemanas
7.Pipet ukur
Bahan:
1.Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, amilum, air kelapa muda masing-masing dalam larutan 1 %.
2.Pereaksi Molisch
3.H2SO4 pekat
4.Larutan Iodium
5.Pereaksi Benedict
6.Pereaksi Barfoed
7.HCl pekat (37 %)
8.Perekasi Seliwanoff
9.Natrium asetat
10.HNO3 pekat
11.HCl 2 N
12.NaOH %
13.Kertas lakmus

D. Prosedur Kerja
Uji Molisch



Masukkan ke dalam tabung reaksi
+ Pereaksi Molisch 3 tetes
+ H2SO4 pekat beberapa tetes



Uji Benedict

Masukan ke dalam tabung reaksi
+ Pereaksi Benedict 15 tetes
Kocok
Masukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit
Dinginkan perlahan-lahan


Uji Iodium


Uji Barfoed


Masukan ke dalam tabung reaksi
+ 5 mL pereaksi Barfoed
Masukkan dalam penangas air

Uji Seliwanoff

Masukan ke dalam tabung reaksi
+ 10 tetes pereaksi Seliwanoff
Masukkan dalam penangas air selama 1 menit

E. Hasil Pengamatan
Uji Molisch
No.
Zat Uji
Hasil Uji Molisch
Karbohidrat (+/-)
1.
Glukosa 1%
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
2.
Fruktosa 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
3.
Galaktosa 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
4.
Maltosa 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
5.
Laktosa 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
6.
Sukrosa 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
7.
Arabinosa 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
8.
Amilum 1 %
Terbentuk cincin berwarna ungu
+
9.
Air Kelapa Muda
Terbentuk cincin berwarna ungu
+




Uji Benedict
No.
Zat Uji
Hasil Uji Benedict
Gula Reduksi (+/-)
1.
Glukosa 1%
Terbentuk endapan kuning
+
2.
Fruktosa 1 %
Terbentuk endapan kuning
+
3.
Galaktosa 1 %
Terbentuk endapan kuning
+
4.
Maltosa 1 %
Terbentuk endapan kuning
+
5.
Laktosa 1 %
Terbentuk endapan kuning kecoklatan
+
6.
Sukrosa 1 %
Terbentuk edapan kuning kecoklatan
+
7.
Arabinosa 1 %
Terbentuk endapan merah bata
+
8.
Amilum 1 %
Tidak terbentuk endapan
-
9.
Air Kelapa Muda
Terbentuk endapan kuning kecoklatan
+

Uji Iodium
No.
Zat Uji
Hasil Uji Iodium
Hidrolisis(+/-)
1.
Amilum 1 % + air + iodin
Warna bening ada endapan hitam dan berubah menjadi kuning kehijauan
+
2.
Amilum 1 % + HCl + iodin
Waran larutan hijau berubah menjadi biru-hijau dan terbebtuk endapan hitam
+
3.
Amilum 1 % + NaOH + iodin
Warna larutan bening
-
Uji Barfoed
No.
Zat Uji
Hasil Uji Barfoed
Monosakarida (+/-)
1.
Glukosa 1%
tidak terbentuk endapan
-
2.
Fruktosa 1 %
tidak terbentuk endapan
-
3.
Galaktosa 1 %
tidak terbentuk endapan
-
4.
Maltosa 1 %
tidak terbentuk endapan
-
5.
Laktosa 1 %
tidak terbentuk endapan
-
6.
Sukrosa 1 %
tidak terbentuk endapan
-
7.
Arabinosa 1 %
tidak terbentuk endapan
-
8.
Amilum 1 %
tidak terbentuk endapan
-
9.
Air Kelapa Muda
tidak terbentuk endapan
-


Uji Seliwanoff
No.
Zat Uji
Hasil Uji Seliwanoff
Ketosa(+/-)
10.
Glukosa 1%
Warna kekuning-kuningan
-
11.
Fruktosa 1 %
Warna merah bata
+
12.
Galaktosa 1 %
bening
-
13.
Maltosa 1 %
bening
-
14.
Laktosa 1 %
Warna kekuning-kuningan
-
15.
Sukrosa 1 %
Warna merah bata
+
16.
Arabinosa 1 %
Warna kekuning-kuningan
-
17.
Amilum 1 %
Warna kekuning-kuningan
-
18.
Air Kelapa Muda
Warna merah bata

F. Pembahasan
Pada praktikum ini membahas mengenai uji kualitatif karbohidrat diantaranya yaitu uji molisch, benedict, iodium, barfoed dan seliwanoff. Masing-masing uji kualitatif karbohidrat dapat dijelaskan berikut ini.
1. Uji Molisch
Uji Molisch digunakan untuk menidentifikasi apakah suatu zat mengandung karbohidrat. Uji ini dilakukan dengan menambahkan dua tetes pereaksi molisch pada larutan uji dan ditambahkan H2SO4 pekat perlahan-lahan pada dinding tabung sampai terbentuk cincin berwarna ungu. Apabila suatu larutan uji menunjukkan adanya cincin berwarna ungu, maka larutan uji tersebut positif mengandung karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi positif, sedangka warna hijau adalah negatif.
Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H +

OH
Pentosa Furfural α-naftol


H

CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O

→ H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol





Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:
O



║ ­__SO3H
H2C─ ─────C───── ─OH


Cincin ungu senyawa kompleks

2. Uji Benedict
Uji Benedict digunakan untuk mendeteksi zat uji mengandung gula pereduksi atau gula invers. Pereaksi benedict terdiri dari kupri sulfat, natrium sitrat, dan natrium karbonat. Ke dalam 5 ml pereaksi dalam tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan warna hijau , kuning, atau merah orange menunjukkan adanya gula pereduksi.
Pada uji benedict, teori yang mendarsarinya adalah gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O.
Berikut reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
Dari hasil uji benedict, larutan uji postif terdapat gula pereduksi adalah glukosa, maltosa, sukrosa, galaktosa, fruktosa, laktosa, arabinosa dan air kelapa muda. Sedangkan yang tidak memiliki gula pereduksi adalah amilum.

3. Uji Iodium
Pati (starch) atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa (kurang lebih 20 %) memilki struktur linier dan dengan iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak larut disebut amilopektin (kurang lebih 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjdi senyawa-senyawa yang lebih sedrhana. Hasil hidrolisis dapat dengan iodium dan menghasilkan warna biru samapi tidak berwarna.
Dari hasil uji hidrolisis menggunakan pereaksi iodium hasil positif dihasilkan pada amilum yang dihidrolisis dengan air dan asam (HCl). Dengan ditunjukannya perubahan warna dari bening menjadi biru menunjukkan bahwa amilum dapat terhidrolisis oleh air dan asam menjadi amilosa dan amilopektin. Mungkin juga dengan bantuan panas, amilum bisa terhidrolisis menjadi monosakarida-monosakarida. Tetapi praktikum tidak sampai mengidentifikasi karbohidrat hasil hidrolisis dari amilum.

4. Uji Barfoed
Pada uji barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Pereaksi barfoed terdiri dari kupri asetat dan asam asetat. Ke dalam 5 ml peraksi dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 1 menit. Endapan berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam contoh.
Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mndasari uji Barfoed.
Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya :
O O
║ Cu2+ asetat ║
R—C—H + ─────→ R—C—OH + Cu2O+ CH3COOH
n-glukosa E.merah
monosakarida bata
Pada praktikum ini tidak terdeteksi adanya monosakarida. Kemungkinan adanya pemanasan yang terlalu lama menyebabkan perubahan warna tidak terdeteksi. Menurut Winarno (2004) dalam pengujian monosakarida mengunakan perekaksi Barfoed, setelah dipanaskan selama 1 menit, didiamkan beberapa saat sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi pada larutan uji tersebut.

5. Uji Seliwanoff
Pada uji Seliwanof, ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna merah bata; yaitu karena terbentuknya resorsinol.
Berikut reaksinya :
CH2OH OH O OH OH
+HCl ║ │ │
H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks
│ berwarna
OH H OH merah bata
5-hidroksimetil furfural resorsinol
Pada hasil uji seliwanoff ketosa terdeteksi pada zat uji fruktosa, sukrosa dan air kelapa muda.

G. Kesimpulan
1.Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, amilum, air kelapa muda masing-masing dalam larutan 1 %. Terbukti positif karbohidrat
2.Glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa, sukrosa, arabinosa, air kelapa muda terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan kuning dan merah bata.
3.Pada uji barfoed tidak teridentifikasi adanya monosakarida.
4.Pada hidrolisis pati (amilum) dapat terhidrolisis dengan air dan asam.
5.Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa, sukrosa dan air kelapa muda.

H. Daftar Pustaka
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta
Jalip, IS. 2008. Praktikum Kimia Organik, Edisi kesatu. Laboratorium Kimia Universitas Nasional. Jakarta
Team Teaching. 2008. Modul Praktikum Biokimia. Gorontalo: UNG
Winarno, G.F. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia

0 komentar:

Posting Komentar