Minggu, 18 April 2010

Bangun molekul : ”Perbandingan antara senyawa ion dengan senyawa kovalen”

  1. Tujuan percobaan

    • Mengenal perbedaan senyawa antara sentyawa ion dan senyawa kovalen

    • Mempelajari bagaimana jenis ikatan dan struktur molekul langsung mempengaruhi sifat senyawanya.

    • Membandingkan sifat fisik dan kimia beberapa isomer.

    • Mengenal senyawa organik



  1. Dasar Teori

. Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu. Macam-macam ikatan kimia yang dibentuk oleh atom tergantung dari struktur elektron atom. Misalnya, energi ionisasi dan kontrol afinitas elektron dimana atom menerima atau melepaskan elektron. Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori besar : ikatan ion dan ikatan kovalen. Ikatan ion terbentuk jika terjadinya perpindahan elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik menarik di antara ion-ion yang bermuatan berlawanan merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen terbentuk dari terbaginya (sharing) elektron di antara atom-atom. Dengan perkataan lain, daya tarik-menarik inti atom pada elektron yang terbagi di antara elektron itu merupakan suatu ikatan kovalen (Brady, 1999).

Ikatan ion adalah ikatan antara ion positif dan negatif. Atom yang melepaskan elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan menjadi ion negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang seling membentuk molekul raksasa (Syukri, 1999).

Sifat Senyawa Ion

Beberapa sifat senyawa ion yang penting adalah sebagai berikut: larutan atau leburannya dapat menghantarkan arus listrik, mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi, sangat keras dan getas, pada umumnya larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar (Baroroh, 2004).

Sifat Senyawa Kovalen

Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau (Syukri, 1999).

Ikatan kovalen adalah sejenis ikatan kimia yang dikarakterisasikan oleh pasangan elektron yang saling terbagi (kongsi elektron) di antara atom-atom yang berikatan. Singkatnya, stabilitas tarikan dan tolakan yang terbentuk di antara atom-atom ketika mereka berbagi elektron dikenal sebagai ikatan kovalen.

Ikatan kovalen merangkumi banyak jenis interaksi, yaitu ikatan sigma, ikatan pi, ikatan logam-logam, interaksi agostik, dan ikatan tiga pusat dua elektron. [1] [2] Istilah bahasa Inggris untuk ikatan kovalen, covalent bond, pertama kali muncul pada tahun 1939. [3] Awalan co- berarti bersama-sama, berasosiasi dalam sebuah aksi, berkolega, dll.; sehingga "co-valent bond" artinya adalah atom-atom yang saling berbagi "valensi", seperti yang dibahas oleh teori ikatan valensi. Pada molekul H2, atom hidrogen berbagi dua elektron via ikatan kovalen. Kovalensi yang sangat kuat terjadi di antara atom-atom yang memiliki elektronegativitas yang mirip. Oleh karena itu, ikatan kovalen tidak seperlunya adalah ikatan antara dua atom yang berunsur sama, melainkan hanya pada elektronegativitas mereka. Oleh karena ikatan kovalen adalah saling berbagi elektron, maka elektron-elektron tersebut perlu ter-delokalisasi. Lebih jauh lagi, berbeda dengan interaksi elektrostatik ("ikatan ion"), kekuatan ikatan kovalen bergantung pada relasi sudut antara atom-atom pada molekul poliatomik.

Isomer

Dalam ilmu kimia, isomer ialah molekul-molekul dengan rumus kimia yang sama (dan sering dengan jenis ikatan yang sama), namun memiliki susunan atom yang berbeda (dapat diibaratkan sebagai sebuah anagram). Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip satu sama lain. Juga terdapat istilah isomer nuklir, yaitu inti-inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda.

Contoh sederhana dari suatu isomer adalah C3H8O. Terdapat 3 isomer dengan rumus kimia tersebut, yaitu 2 molekul alkohol dan sebuah molekul eter. Dua molekul alkohol yaitu 1-propanol (n-propil alkohol, I), dan 2-propanol (isopropil alkohol, II). Pada molekul I, atom oksigen terikat pada karbon ujung, sedangkan pada molekul II atom oksigen terikat pada karbon kedua (tengah). Kedua alkohol tersebut memiliki sifat kimia yang mirip. Sedangkan isomer ketiga, metil etil eter, memiliki perbedaan sifat yang signifikan terhadap dua molekul sebelumnya. Senyawa ini bukan sebuah alkohol, tetapi sebuah eter, dimana atom oksigen terikat pada dua atom karbon, bukan satu karbon dan satu hidrogen seperti halnya alkohol. Eter tidak memiliki gugus hidroksil.

Terdapat dua jenis isomer, yaitu isomer struktural dan stereoisomer. Isomer struktural adalah isomer yang berbeda dari susunan/urutan atom-atom terikat satu sama lain. Contoh yang disebutkan diatas termasuk kedalam isomer struktural. Sedangkan stereoisomer memiliki struktur yang sama, namun beberapa atom atau gugus fungsional memiliki posisi geometri yang berbeda.

  1. Hasil pengamatan

  1. senyawa kovalen

    • Pada deti 45 dan 540C naftalena bagaian bawah mencair

    • Detik 90 dan suhu 68 0C naftalena telah mencair

    • Detik 180 dan suhu 740C naftalena hampir

  2. Perbandingan Kearutan

  1. NaCl + Air : larut semourna dalam air

  2. KI + Air : cepat larut dalam air

  3. MgSO47H2O + Air : Lambat melarut dalam air tetapi akhirnya melarut sempurna.

  4. o-dikloro benzena + air : tidak larut dalam air.

  1. Pembahasan

1. Perbandingan titik leleh

Dari hasil percobaan perbandingan titik leleh senyawa kovalen, dengan memanaskan senyawa seperti urea dan naftalena, maka didapatkan beberapa perbedaan pada perbandingan titik leleh, sehingga dari nilai-nilai tersebut didapatkan kisaran titik leleh urea antara 70oC sampai 96oC. Namun dengan literatur titik lelehnya jauh berbeda yaitu 132oC -1330C. Adapun untuk naftalena, kisaran titik lelehnya yaitu antara 70oC sampai 76oC. Jauh berbeda dengan literatur titik lelehnya yaitu 600C sampai 1100C. Perbedaan perbandingan titik leleh hasil percobaan dengan literatur titik leleh disebabkan : ketidaktepatan penelitian yang dilakukan saat percobaan, ketidaktepatan data hasil percobaan, saat pencucian tabung reaksi yang akan digunakan masih ada zat yang tersisa (belum benar-benar bersih).

Titik leleh senyawa ion jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan senyawa kovalen, hal ini disebabkan oleh ikatan antara ion-ion dengan gaya elektrostatis sangat kuat dengan susunan kristal yang tertentu dan teratur.

Data yang telah didapatkan dari literatur tentang titik leleh senyawa ion adalah sebagai berikut :

- NaCl mencair pada kisaran suhu 801oC sampai 804oC

- KI meleleh pada suhu 681oC

- MgSO4 meleleh pada suhu 1124oC


2. Perbandingan Kelarutan

Dari data perbandingan kelarutan antara senyawa ion dengan senyawa kovalen diperoleh bahwa urea larut dalam pelarutnya (air) tetapi dalam senyawa CCl4 tidak larut. Begitu pula untuk senyawa-senyawa NaCl dan KI yang juga larut dalam air dan tidak larut dalam senyawa CCl4. Hal ini menandakan bahwa senyawa-senyawa ion larut dalam pelarut polar karena dipol-dipolnya yang tidak saling meniadakan dan sukar larut dalam CCl4 sebagai pelarut non polar akibat dari dipol-dipolnya yang saling meniadakan. Meskipun demikian, ada juga senyawa ion yang larut dalam pelarut non polar. Untuk senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam air, misalnya isopropil alkohol yang tampak keruh pada larutan CCl4. Dari hasil pengamatan, naftalena tidak larut dalam air maupun tetapi larut hanya dalam CCl4.

3. Perbandingan Daya Hantar Listrik

Dari data perbandingan daya hantar listrik antara senyawa ion dengan senyawa kovalen diperoleh bahwa air tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga lampu tidak menyala. Pada urea yang ditambahkan dengan akuades lampu juga tidak menyala. Perlakuan di atas juga dilakukan pada naftalena dan menghasilkan hasil yang sama yaitu lampu tidak dapat menyala.

Perlakuan di atas dilakukan juga pada akuades yang dicampurkan dengan NaCl dan menghasilkan hasil yang berbeda dari perlakuan sebelumnya yaitu lampu menyala dengan tegangan 13 Volt. Pada percobaan yang dilakukan pada KI yang ditambahkan dengan akuades juga menghasilkan hal yang serupa yaitu lampu menyala dengan tegangan 15 Volt, dan yang terakhir percobaan dilakukan pada MgSO4 yang ditambahkan dengan air dan menghasilkan hasil yang sama yaitu lampu menyala tetapi dengan teganga yang lebih besar yaitu 20 Volt.

Dari data yang telah didapat di atas didapatkan hasil yang bervariasi yaitu lampu ada yang menyala dan ada pula yang tidak menyala. Hal itu dikarenakan dalam senyawa kovalen tidak semuanya dapat menghantarkan arus listrik. Meskipun demikian, ada juga senyawa kovalen yang dapat menghantarakan arus listrik, contohnya : asam asetat. Isopropil alkohol dan naftalena merupakan senyawa kovalen. Urea, NaCl, KI, dan MgSO4 merupakan senyawa ion.

VI. KESIMPULAN

  1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

  • Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan kovalen bisa dilihat berdasarkan titik leleh dan titik leburnya, wujud senyawa, kelarutan, daya hantar listrik, kemudahan terbakar serta dengan menguji bau dari tiap-tiap senyawa.

  • Jenis ikatan kimia seperti ikatan ion dan kovalen sangat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia senyawa.

  • Senyawa yang dapat larut dalam air adalah urea, NaCl, KI, MgSO4

  • Senyawa yang dapat larut dalam CCl4 adalah urea, MgSO4 dan naftalena.

  • Yang merupakan senyawa ion adalah urea, NaCl, KI, dan MgSO4

  • Yang merupakan senyawa kovalen adalah isopropil alkohol dan naftalena.

DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Anorganik. 2008. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG

Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.

Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



0 komentar:

Posting Komentar