Senin, 14 Juni 2010

Laporan Akhir PKM-M

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN
PADA MASYARAKAT
LAPORAN AKHIR
SEGMEN BARU INDUSTRI AGROPOLITAN MELALUI TEROBOSAN
Binthe Biluhuta Instan
OLEH

Ketua Kelompok Wulandari M Suleman Akuntansi 241308119 Angkatan 2008
Anggota Yulianti Mobilingo Akuntansi 241308124 Angkatan2OO8
Anggota Eko Cahyono Kimia 441406012 Angkatan 2006
Anggota Icin Sulingo Biologi 431408033 Angkatan2008
Anggota Fehrianti Biologi 431408021 Angkatan 2008


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KOTA GORONTALO
TAHUN 2010

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR


1.Judul Kegiatan :Segmen Baru Industri Agropolitan MelaluiTerobosan Binthe Biluhuta Instant.
2.Bidang Kegiatan : PKM-M
3.Bidang Ilmu : Sosial Ekonomi
4.Ketua Pelaksana Kegiatan
a.Nama lengkap : Wulandari M Suleman
b.NIM : 241308119
c.Jurusan : Akuntansi
d.Universitas : Universitas Negeri Gorontalo
e.Alamat Rumah dan No. Telp : Jln. Palma No. 158 Kel. Libuo Kec. Dimgingi 085240601430
f.Alamat Email : wulandari.sweeet@yahoo.co.id
5.Anggota pelaksana kegiatan : 4 Orang
6.Dosen pendamping
a.Nama lengkap dan gelar : Marleni Limonn S.P, M.Si
b.NIP : 19691115200812 2 001
c.Alamat Rumah dan No. Telp : Jln. Bali, Kota Gorontalo
7.Biaya kegiatan total:
a.Dikti : Rp. 6,628,500
b.Sumber Lain : -
8.Jangka waktu pelaksanaan : 3 Bulan


Gorontalo, Juni 2010
Menyetujui
Ketua Jurusan



Tri Handavani Amalia
NIP: I972I207 200312 2 001



Ketua Pelaksana Kegiatan




Wulandari M. Suleman
NIM: 241 308119

Pembantu Rektor III
Bidang Kemahasiswaan



Prof. Dr. Hi. Ani M. Hasan M.Pd
NIP: 19660820 199202 2 001


Dosen Pembimbing




Marleni Limonn S.P, M.Si
NIP: 19691115 20082 2 001


ABSTRAK


Gorontalo merupakan porovinsi yang dikenal dengan potensi lokalnya berupa jagung yang merupakan komoditi eksport unggulan daerah ini. Pemilihan jagung sebagai komoditas unggulan karena sejak dulu Gorontalo adalah penghasil jagung, bahkan jagung telah menjadi bahan pangan kedua setelah beras. Makanan khas daerah Gorontalo berbahan dasar jagung dikenal dengan nama “Binte Biluhuta” (jagung siram). Kegiatan ekonomi jagung didaerah ini cenderung hanya terbatas pada kegiatan ekspor jagung yang masih berupa tongkol tanpa ada pengolahan terlebih dahulu sehingga kurang memberikan nilai tambaha pada jagung tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan jiwa kewirausahaan serta kreatifitas dari masyarakat Gorontalo. Oleh karenanya melalui program ini kami bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan serta memupuk jiwa kewirausahaan dikalangan masyarakat agar masyarakat mampu mengolah jagung menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Dalam pelaksanaan kegiatan ini mahasiwa melakukan beberapa metode yang diawali dengan metode pendekatan daerah sasaran hingga pada pelaksanaan pelatihan. Diversifikasi yang kami pilih melalui kesempatan ini dalah pelatihan pembuatan Binthe biluhuta instan, dalam hal ini binte biluhuta merupakan makanan khas daerah yang patut dilestarikan dan diperkenalkan pada masyarakat luas. Oleh karenanya program ini memiliki tiga sisi keuntungan yakni tidak hanya keuntungan pada bidang ekonomi, namun juga pada biang sosial dan budaya. Adapun daerah sasaran yang kami angkat sebagai sample sekaligus objek pelaksanaan pelatihan PKMM ini bertempat di Desa Labanu, Kec. Tibawa, Kab. Gorontalo. Hal ini didasari dengan kondisi daerah tersebut yang merupakan salah satu daerah pertanian jagung, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani jagung.

Kata Kunci: Jagung, Nilai Tambah, Binthe Bilhuta Instant.



KATA PENGANTAR



Segala puji kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Kuasa-Nyalah sehingga laporan akhir ini dapat diselesaikan. Adapun Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah merupakkan lanjutan dalam upaya memberikan informasi kepada masyarakat Gorontalo tentang potensi jagung yang dapat diolah menjadi makanan olahan rumah tangga.

Dalam penulisan ini, kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak karena begitu banyak masukan dan dorongan yang diberikan kepada kami. Sebagai manusia biasa, kami menyadari tulisan ini mempunyai kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, sehingga dapat menjadi masukan demi penyusunan karya tulis ilmiahlainnya. Akhirnya, besar harapan kami, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi masyaakat khususnya masyarakat Gorntalo.




Gorontalo, Juni 2010


Tim Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah, negara ini merupakan negara agraris dilihat dari sumber utama mata pencaharian masyarakat pada umumnya terletak pada sektor pertanian. Indonesia memiliki potensi yang sebenarnya cukup menjamin kehidupan masyarakatnya namun sayangnya banyak petani kita yang kini tengah hidup dibawah garis kemiskinan.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan Pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan Furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Dibawah pemerintahan Gubernur Ir. Fadel Muhammad provinsi Gorontalo dikenal sebagai provinsi “Agropolitan”. Program ini mampu memperkenalkan provinsi Gorontalo ke tingkat nasional bahkan sampai tingkat internasional terbukti dengan berbagai penghargaan yang diperoleh baik dari tingkat nasional hingga internasional diantaranya kunjungan dan Study Banding beberapa provinsi ke Provinsi Gorontalo Tahun 2005, Pemerintah Provinsi Gorontalo menerima Penghargaan Ketahanan Pangan dari Presiden RI yang diterima secara langsung oleh Ir. Fadel Muhammad selaku Gubernur Gorontalo Tahun 2004, Ditetapkannya Gorontalo sebagai salah satu Pilot Project Revitalisasi Pertanian, Perikanan Peternakan dan Kehutanan dari 6 (enam) Provinsi di Indonesia (Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Selawesi Selatan dan Jambi) Tahun 2005
Kegiatan eksport jagung memang cukup membawa dampak positif bagi masyarakat Gorontalo khususnya para petani karena kegiatan ini merupakan kegiatan ekonomi yang secara otomatis meningkatkan pendapatan perkapita sampai pada pendapatan daerah.
Akan tetapi kegiatan eksport ini hanya berkisar pada eksport jagung yan masih berupa tongkol yang kemudian dikelolah oleh negara atau daerah lain, sehingga keuntungan yang didapatkan oleh daerah kita tidak seberapa dibandingkan jika kita mampu memanfaatkannya dalam bentuk olahan industri rumah tangga kecil sehingga mampu menambah nilai ekonomis.
Realitasnya pemanfaatan olahan jagung dalam bentuk industri rumah tangga kecil sangatlah minim. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan serta keterampilan dan pelatihan masyarakat tentang pengolahan jagung dalam bentuk industri rumah tangga. Adapun yang menjadi olahan industri jagung antara lain dalam bentuk kripik jagung, bakwan jagung, sayur jagung, nasi jagung, dan bahkan yang merupakan makanan khas Gorontalo yakni Binthe Biluhuta atau Jagung Siram.
Binthe Biluhuta merupakan makanan khas daerah Gorontalo yang cukup unik dan merupakan warisan budaya Gorontalo yang patut dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat luar bahkan dengan penyajian yang praktis melalui olahan jagung industri rumah tangga. Tentunya makanan ini memiliki potensi nilai jual ekonomis yang mampu membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi baik masyarakat maupun daerah.
Dewasa ini makanan khas daerah Gorontalo yakni Binthe Biluhuta sudah jarang ditemui, makanan ini cenderung hanya terdapat pada tempat-tempat tertentu seperti pedesaan. Disamping itu banyak masyarakat yang tengah di sibukkan dengan rutinitasnya sehingga memaksa mereka untuk hidup serba instant didalam memenuhi kebutuhan hidup diantaranya persoalan memenuhi kebutuhan makanan, apalagi bagi mereka yang mencintai masakan daerah seperti Binthe Biluhuta. Oleh karenanya kami berusaha memberikan sebuah alternatif untuk mengatasi masalah di atas dengan menghadirkan Segmen Baru Industri Agropolitan melalui Terobosan Binthe Biluhuta Instant dalam bentuk pelatihan yang dilaksanakan di Desa Labanu, Kec. Tibawa, Kab. Gorontalo.

1.2Perumusan Masalah
1.Bagaimana cara mengolah jagung menjadi produk Binthe Biluhuta instant dalam industri rumah tangga untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Provinsi Gorontalo khususnya di Desa Labanu, Kec. Tibawa, Kab. Gorontalo?
2.Bagaimana cara memperkenalkan makanan khas daerah Gorontalo Binthe Biluhuta dengan penyajian yang instan sehingga lebih mudah untuk di perkenalkan?





1.3Tujuan Program
Adapun tujuan program ini yaitu memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat petani jagung khususnya ibu-ibu PKK pada daerah sasaran dalam mengolah jagung menjadi Binthe Biluhuta instant sehingga dapat memberi nilai tambah terhadap komoditas jagung untuk peningkatan perekonomian Provinsi Gorontalo, sekaligus wujud dari upaya untuk memperkenalkan makanan khas Gorontalo Binthe Biluhuta dengan penyajian yang instant atau mudah.

1.4Luaran yang Diharapkan
Masyarakat diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta kemandirian dalam mengolah jagung menjadi Binthe Biluhuta instant untuk menjadi suatu usaha dalam skala kecil (rumah tangga) .

1.5Kegunaan Program
1.Bagi masyarakat, program ini dapat memberikan pengetahuan dan kepada masyarakat petani jagung khususnya ibu-ibu PKK pada daerah sasaran agar dapat mengolah jagung menjadi suatu komoditi ekspor industri olahan rumah tangga dalam bentuk Binthe Biluhuta instant yang memiliki nilai tambah ekonomis dibandingkan diekspor dalam bentuk jagung yang masih berupa tongkol.
2.Bagi pemerintah, program ini dapat membantu upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian serta upaya pengentasan pengangguran yang ada di Provinsi Gorontalo, khususnya di Desa Labanu, Kec. Tibawa, Kab. Gorontalo.
3.Dalam Ilmu Pengetahuan, program ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang teknology industri pangan beserta cara pengaplikasiannya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kawasan penghasil jagung terbesar di Provinsi Gorontalo. Desa ini memiliki 2063 jiwa penduduk yang terdiri dari + 642 Kepala keluarga, diantaranya 986 laki-laki dan 1077 perempuan, 72% dari mereka adalah pekerja aktif dalam usaha pertanian. Kegiatan perekonomian masyarakat di Desa Labanu sangat bergantung pada pertanian dalam hal ini pertanian Jagung. 93,3% hasil pertanian jagung.
Namun sejauh ini para petani di desa Labanu cenderung mengekspor jagung yang masih dalam bentuk tongkol tanpa mengolahnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi, yang proses pengolahannya dapat dilaksanakan dalam industri rumah tangga kecil. Karena komoditi jagung dapat dibuat menjadi berbagai macam produk dengan pemanfaatan jagung sebagai bahan baku dan sekaligus sebagai ajang pemberdayaan para ibu rumah tangga di daerah setempat. Namun dengan melihat kondisi yang ada berdasarkan survei atas daerah sasaran, ternyata industri rumah tangga dalam skala kecil yang bertempat di desa ini terbilang minim. Keadaan ini berimbas pada pendapatan penduduk di daerah inipun menjadi minim. Hal ini dilatar belakangi oleh minimnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara mengelolah potensi lokal yang ada, dalam hal ini jagung untuk menjadi suatu produk industri rumah tangga kecil yang lebih dapat memberikan nilai tambah dibandingkan ketika jagung dijual atau diekspor begitu saja. Minimnya pengetahuan dari masyarakat setempat khusunya kaum ibu dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pelatihan dalam hal penciptaan industri rumah tangga kecil.
Melalui kegiatan ini diharapkan permasalahan yang ada yakni minimnya pengetahuan ibu-ibu PKK di daerah sasaran tentang pengelolaan jagung dalam bentuk industri rumah tangga dapat terpenuhi, salah satunya melalui varian pembuatan Binte Biluhuta instan sekaligus sebagai upaya pengelolaan potensi lokal yang ada dan sebagai bentuk pelestarian dan pengenalan makanan khas daerah Gorontalo. Masalah di atas dapat diselesaikan dengan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga Desa Labanu melalui tim penggerak PKK untuk dapat memanfaatkan potensi sumber daya lokal berupa jagung yang diolah menjadi Binte Biluhuta instan agar dapat diolah melalui industri rumah tangga kecil, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu di desa ini dan tentunya produk ini mempunyai nilai jual yang tinggi dipasaran mengingat di era globalisasi pada umumnya masyarakat di daerah perkotaan lebih disibukan dengan rutinitasnya, sehingga Binte Biluhuta instan menjadi salah satu alternatif yang membantu masyarakat dalam memudahkan penyajian makanan khas daerah ini.


BAB III
METODE PENDEKATAN

Dalam pelaksanaan program ini melalui beberapa metode pendekatan. Pada awalnya dilakukan 2 kali pertemuan dengan masyarakat dan aparat desa setempat, dalam hal ini mahasiswa melakukan pendekatan terhadap masyarakat sasaran untuk mengetahui kondisi daerah dan masyarakatnya demi kelancaran pelaksanaan kegiatan pelatihan yang dilakukan nantinya. Dalam hal ini, metode ini diawali dengan survei lokasi, wanwancara, penyampaian maksud dan tujuan serta sosialisasi tentang bentuk kegiatan, waktu kegiatan, dan manfaat kegiatan kepada pemerintah setempat sekaligus kepada pihak yang mewakili masyarakat setempat dalam hal ini pemerintah Desa setempat.
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan, terdiri atas dua tahapan yaitu:
a.Ceramah
Dalam tahap ini, mahasiswa memberikan penyuluhan mengenai materi yang nantinya akan didemonstrasikan dalam proses pelatihan. Dimana dalam materi tersebut berisi tentang kegunaan dan keunggulan produk hingga pada proses pembuatan baik dari proses awal ( pengenalan alat dan bahan kepada masyarakat), pemaparan prosedur kerja beserta kendala-kendala yang mungkin akan dihadapi dalam proses pengolahan, pemaparan alternatif atau solusi yang ditawarkan untuk mengantisipasi kendala tersebut, hingga pada proses akhir pelaksanaannya.
b.Demonstrasi
Dalam tahapan demonstrasi, mahasiswa memberikan pengarahan sekaligus praktik terhadap masyarakat akan proses pembuatan Binthe Biluhuta Instan. Pada proses ini, mahasiswa menyampaikannya dengan menggunakan bahasa yang informal, hal ini dilakukan agar masyarakat lebih mudah memahami atas apa yang disampaikan oleh pemateri. Dalam proses demontrasipun, terjadi proses tanya jawab, hal ini menandakan adanya feed back dari masyarakat terkait dengan demonstrasi yang dilakukan. Dan dari tanya jawab tersebut, mahasiswa dapat mengukur tingkat pemahaman masyarakat.



Adapun tahapan metode pendekatan yang dilaksanakan dapat diklsifikasikan sebagai berikut:

1.Tahap persiapan
Persiapan awal sebelum pelaksanaan
1.Persiapan khalayak sasaran dengan mendatangi Kepala Desa Labanu, Kec. Tibawa
2.Mengurus perijinan sekaligus menentukan waktu pelaksanaan pelatihan.
3.Pelatihan ditujukan pada ibu-ibu PKK di Desa Labanu secara perwakilan, dengan asumsi dari peserta yang hadir dapat mewakili masyarakat setempat. Peserta pelatihan sebanyak 40 Orang, penetapan peserta diserahkan kepada ketua PKK dan Kepala Desa Labanu
2.Tata laksana pe-
latihan
2.1Persiapan Pelatihan
a.Materi pelatihan berupa materi Power pint yang berisi : bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Binthe Biluhuta Instant serta cara/tehknik pengolannya.
b.Penyiapan alat dan bahan yang terdiri dari bahan mentah,bahan setengah mentah dan bahan jadi

2.2Pelaksanaan Pelati-
Han.
1.Pengenalan baha-bahan yang digunakan dalam pembuatan Binthe Biluhuta Instant
2.Cara/teknik pembuatan Binthe Biluhuta Instant
3.Demonstrasi pembuatan Binthe Biluhuta Instant.




BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan PKMM yakni Segmen Baru Industri Agropolitan Melalui Terobosan Binte Biluhuta Instant melalui pelatihan dilaksanakan selama 3 Bulan, terhitung mulai Bulan Februari sampai dengan Bulan April 2010. Adapun kegiatan ini dilaksanakan di Balai Desa Labanu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo

4.2 Tahapan Pelaksanaan/ Jadwal Faktual Pelaksanaan
Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan



4.3



Instrumen Pelaksanaan
Ada beberapa yang instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan pelatihan PKMM ini, yang terdiri atas:
1.Peserta, yakni pihak yang mengikuti pelaksanaan pelatihan pengolahan jagung menjadi Binthe Biluhuta Instan.
2.Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan, yakni sebagai berikut:





a)Jagung
b)Bawang merah
c)Daun Bawang
d)Daun Kemangi
e)Kelapa
f)Garam
g)MSG
h)Ikan cakalang kering
i)Natrium Metabiisulfit Food Grade
j)Tepung Maizena
k)Kompor Gas
l)Loyang
m)Baskom
n)Panci untuk pengukusan
o)Timbangan
p)Pisau
q)Alat Peniris
r)Pengaduk
s)Meja Kompor
t)Meja Pengemasan
u)Alat Penapis
v)Tempat Pengeringan
w)Sendok
x)Oven
y)Blender
z)Kemasan
aa)Termometer
bb)LPG
cc)Gas
dd)Regulator
ee)Selang Kompor Gas
ff)Clem Selang
gg)Pipa cabang

3.Alat dan bahan yang digunakan dalam operasional pada pelaksanaan pelatihan hingga pada proses penyusunan laporan akhir antara lain adalah sebagai berikut:

1)Kamera
2)Lakban
3)Spanduk
4)Transportasi
5)Laptop
6)Flash disk
7)LCD
8)Sound System
9)Baterai Microfon
10)Kertas
11)Printer
12)Tinta printer
13)CDR


4.4 Realisasi Biaya
Adapun realisasi biaya pada pelaksanaan PKMM untuk Segmen Baru Industri Agropolitan Melalui Terobosan Binte Biluhuta Instant dibagi menjadi 2 bagian, yakni pada tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap pembuatan laporan baik laporan kemajuan serta pembuatan laporan akhir kegiatan.

A.Tahap Pelaksanaan Pelatihan

a.Biaya Pembelian Alat Dan Bahan

Tabel 1.2 Pembelian Alat dan Bahan


No
Nama Alat dan Bahan
Spesifikasi/ Ukuran
 
Harga/ Satuan
Estimasi Biaya

1
Jagung
50 
Tgkl
 
Rp. 1,000
Rp 50,000

2
Bawang merah
 1
Kg
 
Rp. 5,000
Rp 5,000

3
Daun Bawang
 5
Ikt
 
Rp. 1,000
Rp 5,000

4
Daun Kemangi

Ikt
 
Rp. 1,000
Rp 5,000

5
Kelapa
2
Buah
 
Rp. 2,000
Rp 4,000

6
Garam
1
bks
 
Rp. 2,500
Rp 2,500

7
MSG
1
Pak
 
Rp. 2,500
Rp 2,500

8
Ikan cakalang kering
1
kg
 
Rp 10,000
Rp 10,000

9
Natrium Metabiisulfit Food Grade
1
Bks
 
Rp 210,000
Rp 210,000

10
Tepung Maizena
1
dos
 
Rp. 2,500
Rp 2,500

11
Kompor Gas
2
buah
 
Rp 187,500
Rp 375,000

12
Loyang
4
buah
 
Rp 4,000
Rp 16,000

13
Baskom
3
buah
 
Rp 7,500
Rp 22,500

14
Panci untuk pengukusan
1
buah
 
Rp 20,000
Rp 20,000

15
Timbangan
1
buah
 
Rp. 100,000
Rp. 100,000

16
Pisau
1
buah
 
Rp 10,000
Rp 10,000

17
Alat Peniris
1
buah
 
Rp 7,500
Rp 7,500

18
Pengaduk
1
buah
 
 Rp. 5,000
 Rp. 5,000

19
Meja Kompor
1
buah
 
 Rp. 25,000
 Rp. 25,000

20
Meja Pengemasan
1
buah
 
 Rp. 25,000
 Rp. 25,000

21
Alat Penapis
2
buah
 
Rp 7,500
Rp 15,000

22
Tempat Pengeringan
1
buah
 
 Rp. 5,000
 Rp. 5,000

23
Sendok
1
lusin
 
 Rp. 12,500
 Rp. 12,500

24
Alat Peniris
1
buah
 
 Rp. 6,000
 Rp. 6,000

25
Oven
1
Buah
 
Rp 150,000
Rp 150,000

26
Blender
 1
buah
 
 Rp. 250,000
 Rp. 250,000

27
Kemasan
1
bks
 
Rp 5,250
Rp 5,250

28
Termometer
1
Buah
 
Rp 35,000
Rp 35,000

29
LPG
1
Buah
 
Rp 131,000
Rp 131,000

30
Gas
 1
 Tbg
 
Rp 130,000
Rp 130,000

31
Regulator
1
pcs
 
Rp 240,000
Rp 240,000

32
Selang Kompor Gas
2
pcs
 
Rp 90,000
Rp 180,000

33
Clem Selang
6
buah
 
Rp 6,000
Rp 36,000

34
Pipa cabang
1
Buah
 
Rp 30,000
Rp 30,000

35
Biaya Pemasangan


 
Rp 50,000
Rp 50,000

Jumlah
Rp 2,178,250


b.Biaya Opersional



Tabel 1.2 Pembelian Alat dan Bahan



No
Nama Alat dan Bahan
Harga/ Satuan
Jumlah
 




(Rupiah)
(Rupiah)



1
Pengadaan Proposal
 
 
Rp. 100,000
 

2
Materai
Rp 7,000
 
Rp 7,000
 

3
Amplop
Rp 10,000
 
Rp 10,000
 

4
Lakban
Rp 3,000
 
Rp 3,000
 

5
Dokumentasi
 Rp. 50,000
 
 Rp. 50,000
 

6
Publikasi
 Rp. 25,000
 
 Rp. 25,000
 

7
Pengadaan Spanduk
Rp 200,000
 
Rp 200,000
 

8
Transportasi
Rp 497,000
 
Rp 497,000
 

9
Pembelian Flash Disk 1 GB 1 buah
 Rp 80,000
 
 Rp. 80,000
 

10
Penyediaan LCD 1 hari
 Rp 100,000
 
 Rp 100,000
 

11
Penyediaan sound system
 Rp 100,000

 Rp 100,000


12
Biaya Komunikasi
Rp 109,000

Rp 109,000


13
Konsumsi
 Rp 1,419,250
 
 Rp 1,419,250


14
Kwitansi 1 buah
Rp 2,500
 
Rp 2,500


15
Baterai
Rp 19,000
 
Rp 19,000


16
DLL
-

-



Jumlah
 
 
Rp. 2,721,750


B.Tahap Pembuatan Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir

Dalam pembuatan laporan kemajuan dan laporan akhir sekaligus dilakukan kembali pembuatan produk sehingga biaya yang terealisasi pada tahapan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3 Pembuatan Laporan dan produk

No
Nama Alat dan Bahan
Spesifikasi/ Ukuran
 
Harga/ Satuan
Estimasi Biaya

1
Jagung
75 
Tgkl
 
Rp. 1,000
Rp 75,000

2
Bawang merah
 5
Kg
 
Rp. 5,000
Rp 25,000

3
Daun Bawang
 20
Ikt
 
Rp. 1,000
Rp 20,000

4
Daun Kemangi
20
Ikt
 
Rp. 1,000
Rp 20,000

5
Kelapa
5
Buah
 
Rp. 2,000
Rp 10,000

6
Garam
3
bks
 
Rp. 1,000
Rp 3,000

7
MSG
1
Pak
 
Rp. 2,500
Rp 2,500

8
Ikan cakalang kering
5
Ekr
 
Rp 10,000
Rp 50,000

9
Gas
1
Tbg

Rp. 130,000
Rp. 130,000

10.
Tepung Maizena
3
dos
 
Rp. 5,000
Rp 15,000

11.
Oven
2
Buah

Rp. 150,000
Rp. 300,000

12.
Kemasan
4
Bks

Rp. 7,000
Rp. 28,000


Total Keseluruhan:
Pembelian Alat dan Bahan (Tabel 1.1) = Rp. 2,178,250
Pembelian Alat dan Bahan Operasional (Tabel 1.2) = Rp. 2,721,750
Pembuatan Laporan dan Produk Akhir = Rp 1,728,500
Total Biaya Rp. 6,628,500







BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh dari obervasi adalah:
1.Masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana cara memberikan nilai tambah pada jagung muda dengan cara mengelolahnya menjadi Binte Biluhuta instan. Indikator pengukuran ketercapaiannya adalah tingkat pemahaman masyarakat sasaran tentang konsep difersifikasi atau pembuatan varian makanan olahan hasil pertanian jagung. Jagung tidak hanya dapat dijual atau dieksport begitu saja seperti realitas yang ada, akan tetapi bisa diolah menjadi makanan olahan yang lebih menarik dan memiliki nilai tambah serta nilai jual yang cukup tinggi.
2.Masyarakat sasaran termotifasi memiliki jiwa kewirausahaan dan semangat sehingga dapat menciptakan lapangan kerja melalui pemanfaatan potensi sumber daya alam berupa hasil pertanian jagung dan dapat melihat peluang pasar lokal yang ada. Dari pendekatan dan pelatihan yang diberikan oleh mahasiswa, mahasiswa berhasil memberikan sugesti dan menanamkan jiwa kewirausahan pada mayarakat serta motivasi, sehingga mereka memiliki keinginan untuk dapat menjalankan usaha ini karena melihat peluang kerja yang akan tercipta nantinya dan benar-benar dapat memanfaatkan potensi jagung yang ada di Desa Labanu.
3.Masyarakat khususnya kaum ibu melalui ketua Tim Penggerak PKK Desa Labanu mampu mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan pelatihan ini, sehingga dapat membentuk kelompok wirausaha melalui kegiatan ibu-ibu PKK. Sejauh ini ketua tim penggerak PKK bersama mahasiswa berusaha untuk dapat memperoleh investor guna keberlanjutan usaha ini, mengingat dana yang ada masih sangat terbatas.
4.Produk Binte Biluhuta instan memiliki peluang pasar yang cukup menjanjikan untuk ke depan serta dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas daerah Gorontalo.
5.Program memberikan dampak positif terhadap pelestarian makanan khas Gorontalo yang saat ini sudah mulai jarang ditemui.





Dari uraian diatas, hasil observasi dapat digambarkan sebagai berikut:



Dalam pelaksanaan pelatihan ini, mahasiswa menemui beberapa kendala, namun dengan koordinasi yang semakin baik maka mahasiswa dapat menyelesaikan kendala yang dihadapi. Adapun kendala yang dihadapi mahasiswa antara lain:

a) Administratif
Adapun kendala yang dihadapi dari segi administrasi yakni kesulitan dalam hal surat menyurat terkait dengan peminjamn laboratorium yang sedikit menghabat pelaksanaan kegiatan utamanya pada tahapan persiapan sebelum dilakukan sosialisasi dan pelatihan. Untuk mengatasi hal ini maka mahasiswa melakukan pendekatan secara khusus dengan pihak-pihak yang berwenang.

b) Teknis
Kendala teknis yang dihadapi oleh kelompok ini adalah tidak dapat melaksanakan pengadaan alat (oven pengering) terkait dengan prosese pengeringan bahan-bahan yang dibutuhkan, karena oven pengering yang ada di Laboratorium Fakultas Pertanian tidak dapat dibawa keluar dari Laboratorium tersebut. Untuk mengatasi hal ini kami memberikan solusi kepada masyarakat dengan melakukan pengeringan secara alami melalui bantuan matahari, dan alternatif lain yakni pengeringan melalui oven biasa akan tetapi dengan menggunakan kompor gas agar suhu tetap teratur, kendala lainnya berupa transportasi pelaksana mengingat tempat daerah sasaran yang cukup jauh, untuk hal ini mahasiswa meminta bantuan mahasiswa lain dalam hal kenderaan yang tidak termasuk dalam kelompoknya. Selain kendala yang dihadapi diatas, kendala tekhnis lainnya adalah kurangnya sesi dokumentasi yang disebabkan karena terjadinya kecelakaan kecil sehingga berdampak pada alat dokumentasi dan sekaligus mempengaruhi jalan sesi dokumentasi.

c) Organisasi Pelaksana
Dalam hal organisasi kelompok terdapat pembagian tugas mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, dan Humas. Untuk pelaksanaan terdapat beberapa kendala pada pertengahan kegiatan yakni sulitnya membangun koordinasi karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh anggota kelompok yang dikarenakan oleh padatnya jadwal kuliah, praktek, persiapan ujian outline sampai pada adanya lomba tingkat nasional yang harus diikuti oleh anggota kelompok lainnya. Untuk itu ketua kelompok berinisiatif untuk dapat membagi jadwal sesuai dengan waktu yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok. Kendala lainnya dalam hal organisasi pelaksnaan kegiatan mahasiswa sedikit mengalami kesulitan terkait dengan koordinasi bersama dosen pembimbing karena kondisi kesehatan beliau yang terus labil dan tidak dapat dipaksakan, untuk mengatasi hal ini ketua kelompok bersma anggota lain mengkoordinasikan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan bersama Pembantu Dekan Tiga Fakultas Ekonomi dan Bisnis sehingga kendala yang dihadapi dapat tertangani.
Setiap minggu setelah pelaksanaan kegiatan mulai dari tahapan awal hingga kini seluruh anggota kelompok mengadakan evaluasi dengan masyarakat sasaran tentang keberlanjutan program ini untuk ke depannya. Selain itu, evaluasi internal kelompok tentang desain dan pengontrolan ketercapaian target luaran kegiatan selalu dilaksanakan setelah pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dalam evaluasi tersebut, dibahas persoalan yang ditemukan di lapangan untuk kemudian di temukan solusinya secara bersama-sama dengan koordinasi ketua kelompok.
d) Keuangan
Permasalahan yang ditemui dalam bagian keuangan adalah minimnya jumlah dana yang didapatkan sebelum kegiatan pelatihan dimulai. Penganggaran dalam proposal mengalokasikan dana yang cukup besar. Dana tersebut dialokasikan untuk pembelian alat dan bahan serta proses pelaksanaan tahapan kegiatan karena mengingat peserta yang ada sebanyak 46 orang dan tempat derah sasaran yang cukup jauh. Melihat kondisi keuangan yang berkurang dari jumlah dana yang diajukan , maka dilakukan upaya seperti mengurangi anggaran pembelian peralatan khususnya oven pengering dengan jalan melakukan peminjaman yang bertempat di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Melibatkan mahasiswa lain diluar dari kelompok guna meminimalisasi biaya transpot, mengalokasikan waktu untuk evaluasi dengan ibu-ibu PKK di bagian akhir penyuluhan, hal ini bermaksud untuk membangun komunikasi antara ibu-ibu serta kelompok pelaksana. Diskusi yang dilakukan terkait dengan minimnya dana yang dimiliki yang berdampak pada keberlanjutan kegiatan ini, diskusi ini membuahkan solusi yang disepakati bersama yaitu pencarian investor atu tambahan dana oleh kedua belah pihak dengan usaha-usaha yang sah.



BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jagung merupakan salah satu komoditas yang dapat dijadikan berbagai macam produk olahan rumah tangga. Terbukti, tanpa hanya menjual atau mengekspor jagung yang berupa tongkol, masyarakat mampu menambah pendapatan mereka dengan usaha pengolahan jagung. Apalagi provinsi gorontalo yang merupakan daerah penghasil jagung terbesar, tentunya penjualan tongkol jagung serta makanan olahan jagung baik di dalam daerah maupun luar daerah. Salah satu upaya yang dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat petani desa khususnya di provinsi Gorontalo sebagai daerah penghasil jagung yakni dengan cara pengolahan jagung menjadi makanan olahan produk Binthe Biluhuta instant. Selain upaya memberi nilai tambah terhadap jagung, hal ini secara langsung berdampak pada pemberdayaan sumber daya manusia, yakni dengan adanya industri rumah tangga kecil sehingga dapat membantu memberikan lapangan kerja terhadap ibu-ibu rumah tangga khususnya. Dan pula secara tidak langsung hal ini membantu upaya pemerintah dalam peningkatan perekonomian masyarakat serta pengendalian tingkat jumlah pengangguran yang semakin meningkat.

6.2 Saran
Jagung sebagai makanan khas Gorontalo sekaligus komoditi terbesar di provinsi Gorontalo dapat direkomendasikan sebagai salah satu bahan baku pangan khas Gorontalo tentunya setelah melalui proses pengolahan melalui industri rumah tangga. Selain itu, pengolahan jagung melalui industri tangga dapat membantu pemerintah dalam peningkatan pendapatan masyarakat khususnya petani sekaligus pemberdayaan sumber daya manusia yang tersedia, hal ini juga dapat memberikan pembelajaran kepada para msyarakat untuk dapat menggali jiwa kewirausahaan agar dapat membaca sekaligus memanfaatkan peluang pasar yang ada.
Upaya ini juga perlu mendapatkan perhatian dadri masyarakat intelektual dan masyarakat pada umumnya. Sebagai masyarakat intelektual, semestinya kita dapat menerapkan dan memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat serta dapat menawarkan berbagai solusi bagi permasalahan masyarakat, khususnya untuk masyarakat Gorontalo baik itu permasalahan ekonomi maupun sosial. Pada akhirnya,masyarakat dapat merasakakn langsung manfaat dari ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat tidak akan berpendapat bahwa pengetahuan hanya untuk mereka yang berduit dan duduk di bangku formal.

0 komentar:

Posting Komentar