BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Kimia Organik adalah disiplin ilmu kimia yang spesifik membahas studi mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi dan persiapan (sintesis atau arti lainnya) tentang persenyawaan kimiawi yang bergugus karbon dan hidrogen, yang dapat juga terdiri atas beberapa elemen lain, termasuk nitrogen, oksigen, unsur halogen, seperti fosfor, silikon dan belerang.
Salah satu reaksi yang terjadi pada senyawa karbon adalah reaksi substitusi. Reaksi substitusi adalah suatu reaksi dimana satu atom, ion atau gugus disubstitusikan atau digantikan dengan atom, ion atau gugus lain. Reaksi substitusi terdiri dari :
1.Reaksi substitusi nukleofilik (SN)
R-LG + Nu- R-Nu + LG-
Dimana :
RLG : substrat/reaktan
Nu- : nukleofil/basa
LG- : leaving group (gugus lepas/pergi)
RNu : produk reaksi
2.Reaksi substitusi elektrofilik (SE)
Reaksi substitusi elektrofilik yaitu reaksi penggantian suatu gugus dengan gugus lain, dimana terjadi apabila gugus yang pengganti merupakan pereaksi elektrofil.
Secara umum reaksi substitusi elektrofilik dapat dituliskan :
R-H + E+ RE + H+
Dimana:
RH : substrat
E+ : elektrofil
H+ : ion hidrogen
RE : produk reaksi
Reaksi substitusi elektrofilik merupakan reaksi pergantian elektrofil. Elektrofil merupakan kebalikan dari nukleofil. Elektrofil merupakan spesi yang tertarik pada muatan negatif. Jadi elektrofil merupakan suatu asam Lewis. Pada umumnya reaksi substitusi elektrofilik yang disubstitusi adalah H+ atau asam Lewis. Reaksi SE dapat terjadi pada senyawa benzena atau benzena tersubstitusi. Contoh reaksi SE benzena, meliputi: nitrasi, sulfonasi, halogenasi, alkilasi, asilasi, reaksi substitusi elektrofilik substituen EDG benzena monosubstitusi, reaksi substitusi elektrofilik substituen EWG benzena monosubstitusi dan reaksi substitusi elektrofilik benzena disubstitusi.
1.1RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah adalah :
1.Bagaimana mekanisme reaksi Reaksi Substitusi Elektrofilik ?
2.Bagaimana mekanisme reaksi substitusi elektrofilik benzena monosubstitusi?
3.Bagaimana mekanisme reaksi substitusi elektrofilik substituen EDG benzena monosubstitusi ?
4.Bagaimana mekanisme reaksi substitusi elektrofilik substituen EWG benzena monosubstitusi ?
5.Bagaimana mekanisme reaksi substitusi elektrofilik benzena disubstitusi ?
1.2TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.Menjelaskan mekanisme reaksi Reaksi Substitusi Elektrofilik
2.Menjelaskan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik benzena monosubstitusi
3.Menjelaskan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik substituen EDG benzena monosubstitusi
4.Menjelaskan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik substituent EWG benzena monosubstitusi
5.Menjelaskan mekanisme reaksi substitusi elektrofilik benzena disubstitusi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK BENZENA MONOSUBSTITUSI
Reaksi SE dapat terjadi pada senyawa benzena atau benzena tersubstitusi. Reaksi benzena dengan elektrofil secara umum tertulis seperti di bawah ini :
Mekanisme reaksi antara senyawa benzena dan elektrofilik dapat diterangkan secara umum.
Jenis Reaksi Substitusi Elektrofilik Senyawa Benzena.
Pereaksi
Pembentukan Elektrofil
Produk Reaksi
Halogenasi
Cl2 + AlCl3 Cl+ + AlCl4-
Br2 + FeBr3 Br+ + FeBr4-
Klorobenzena
Bromobenzena
Nitrasi
H2SO4 + HNO3 NO2+ + HSO4- + H2O
Nitrobenzena
Alkilasi / asilasi Friedel-Crafts
RCl + AlCl3 R+ + AlCl4-
+ AlCl3 + AlCl4-
Alkilbenzena
Fenilalkilketon
Sulfonasi
Asam benzensulfonat
a.Halogenasi
Halogenasi aromatic dicirikan oleh brominasi benzena. Katalis dalam brominasi aromatik adalah FeBr3. Peranan katalis adalah untuk menghasilkan elektrofil Br+. Ini dapat terjadi oleh reaksi langsung dan pembelahan ikatan Br-Br. Untuk lebih sederhananya, disini ditunjukkan Br+ sebagai elektrofilnya.
Tahap 1:
elektrofilik
Br – Br + FeBr3 Br – Br FeBr3 Br+ + FeBr4-
Terpolarisasi terbelah
Pada tahap kedua, terjadi reaksi antara benzena dengan elektrofil Br+. Tahap ini merupakan tahap lambat yang menghasilkan ion benzenonium.
Tahap 2 (lambat):
Ion benzenonium menyerahkan sebuah proton kepada basa campuran reaksi. Produknya adalah bromobenzena, suatu produk yang memperoleh kembali karakter aromatic dari cincinnya.
Tahap 3 (cepat):
bromobenzena
Tahap keempat, dalam mekanisme reaksi itu ialah terbentuknya kembali katalis asam lewis. Proton yang dilepaskan pada tahap 2 bereaksi dengan ion FeBr4- membentuk HBr dan FeBr3.
Tahap 4 (cepat):
H+ + FeBr4- FeBr3 + HBr
Dengan tak mengikutkan katalis, persamaan untuk keseluruhan reaksi brominasi aromatic darti benzena dapat dituliskan sebagai berikut :
Benzena ion benzenonium bromobenzena
(sebagai antara)
b.Nitrasi
Benzena menjalani nitrasi jika direaksikan dengan HNO3 pekat. Katalis asam lewis dalam reaksi ini adalah H2SO4 pekat.
Penambahan asam sulfat dapat menambah laju reaksi melalui penambahan konsentrasi elektrolit ion nitronium +NO2, yang terbentuk dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1:
Tahap 2:
Pada tahap1, asam nitrat melihatkan sifat sebagai basa dan menerima proton dari asam sulfat yang lebih kuat. Pada tahap kedua asam nitrat yang telah terprotonkan terurai menghasilkan ion nitronium. Selanjutnya terbentuk tahap-tahap berikut:
Tahap 3:
Tahap 4:
nitrobenzena
Pada tahap ketiga ion nitronium menyerang inti benzena membentuk ion benzenonium yang terstabilkan oleh resonansi dan pada tahap 4 ion benzenonium melepaskan proton menghaslkan nitrobenzena.
c.Alkilasi Friedel-Crafts
Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus alkil untuk sebuah hydrogen pada suatu cincin. Alkilasi dengan alkil halide dan runutan AlCl3 sebagai katalis, sering disebut sebagai alkilasi Friedel-Crafts, sesuai dengan nama ahli kimia perancis Charles Friedel dan James Crafts seorang ahli kimia Amerika, yang mengembangkan reaksi ini pada tahun 1877.
Secara umum reaksi alkilasi Friedel Crafts dituliskan sebagai berikut :
Salah satu contoh reaksi alkilasi Friedel-Crafts adalah reaksi antara isopropyl klorida dan benzena dengan katalis aluminium klorida, yang tahap-tahapnya dituliskan sebagai berikut:
Tahap 1:
Tahap 2:
Tahap 3:
isopropilbenzena
Pada tahap pertama isopropil klorida dan aluminium klorida membentuk kompleks yang segera terurai membentuk karbokation isopropyl dan AlCl4-. Pada tahap 2, karbokation isopropyl bentindak sebagai elektrofil menyerang inti benzena membentuk ion benzenonium. Pada tahap ketiga, ion benzenonium melepaskan proton membentuk isopropilbenzena. Pada tahap ini terbentuk HCl dan dihasilkan AlCl3 kembali.
d.Asilasi Friedel-Crafts
O O
Gugus RC- atau ArC- disebut gugus asil (acyl group). Substitusi suatu gugus asil pada cincin aromatic oleh reaksi dengan suatu halide asam disebut reaksi asilasi aromatic atau asilasi Friedel-Crafts.
Tahap-tahap pembentukan elektrofil (ion asilium) pada asilasi Friedel-Crafts adalah sebagai berikut :
Tahap 1:
Tahap 2:
Ion asilium
Tahap-tahap selanjutnya adalah sebagai berikut :
Tahap 3:
Tahap 4:
Tahap 5:
Pada tahap paling akhir, aluminium klorida (suatu asam lewis) membentuk kompleks dengan keton (suatu basa lewis), tetapi jika kompleks tersebut direaksikan dengan air akan diperoleh keton semula menurut persamaan sebagai berikut:
Tahap 6:
Fenilalkilketon
e.Sulfonasi
Pada temperature kamar benzena bereaksi dengan asam sulfat berasap menghasilkan asam benzena sulfonat. Asam sulfat berasap adalah asam sulfat yang mengandung gas SO3. Reaksi sulfonasi juga dapat berlangsung jika digunakan asam sulfat pekat meskipun reaksi lebih lambat.
Dalam reaksi sulfonasi benzena, yang bertindak sebagai elektrofil adalah SO3, baik menggunakan asam sulfat berasap maupun dengan asam sulfat pekat. Mekanisme reaksi sulfonasi menggunakan asam sulfat pekat melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1:
Tahap 2:
Tahap 3:
Tahap 4:
Asam benzena sulfonat
1.2REAKSI SE SUBSTITUEN EDG BENZENA MONOSUBSTITUSI
Reaksi SE benzene tersubstitusi bisa melakukan reaksi SE lebih cepat daripada benzene atau sebaliknya lebih lambat. Benzena tersubstitusi yang mempunyai substituen pendorong elektron (EDG) atau mempunyai gugus aktivasi dapat melakukan reaksi SE lebih cepat daripada benzena tetapi yang mempunyai gugus penarik elektron (EWG) atau mempunyai gugus deaktivasi lebih lambat daripada benzene. Gugus aktivasi akan mengakibatkan energi aktivasi menjadi lebih rendah sehingga laju reaksi lebih tinggi. Benzena tersubstitusi dengan gugus aktivasi merupakan pengarah orto dan para, sedangkan gugus deaktivasi merupakan pengarah meta.
Benzena tersubstitusi dengan gugus aktivasi, bertambahnya reaktivitas gugus aktivasi untuk melakukan reaksi SE sebagai pengarah orto dan para, urutan reaktivitas aktivasinya adalah sebagai berikut:
-NH2> -NHR> -NR2> -OH> -OR> -NHCOR(amida)>-C6H5> -R> X
Benzena tersubstitusi dengan gugus deaktivasi, bertambahnya reaktivitas gugus deaktivasi untuk melakukan reaksi SE sebagai pengarah meta, urutan reaktivitas deaktivasinya adalah sebagai berikut:
Mekanisme reaksi benzene tersubstitusi dengan substituen EDG:
Ket:
Akibat stabilisasi-resonansi benzene tersubstitusi membuat cincin bermuatan negative yang memudahkan elektrofil E+ masuk pada posisi orto dan para. Pada umumnya reaksi SE lebih banyak pada posisi para dibandingkan dengan orto hal ini disebabkan adanya interaksi tolak menolak substituen yang bertetangga. Sumber elektrofil dapat dilihat pada reaksi substitusi elektrofil benzene.Berikut ini salah satu contoh reaksi SE benzene tersubstitusi dengan gugus aktivasi yang kuat (-NH2, -OH), aktivasi sedang (-R) dan aktivasi yang lemah (-X). Reaksi SE dengan aktivasi kuat tidak memerlukan katalis seperti benzene, misalnya aniline dapat bereaksi dengan Br2 tanpa memerlukan katalis FeBr3 membentuk 2,4,6-tribromoanilin sedangkan reaksi SE benzene dengan Br2 memerlukan katalis FeBr3.
Reaksi SE dengan aktivasi yang kuat :
Anilin yang mempunyai gugus aktivasi kuat, karakternya akan berubah jika jika campuran reaksi merupakan asam Lewis seperti H2SO4 atau HNO3 maka anilin akan berubah menjadi gugus ammonium yang bersifat deaktivasi pengarah meta.
Reaksi SE dengan aktivasi sedang :
Reaksi SE dengan aktivasi lemah :
Reaksi substitusi SE benzene lebih cepat daripada klorobenzena, hal ini disebabkan selain gugus aktivasi, klor juga bersifat sebagai deaktivasi.
1.3REAKSI SE SUBSTITUEN EWG BENZENA MONOSUBSTITUSI
Telah disinggung di atas bahwa suatu yang mempunyai gugus deaktivasi merupakan pengarah meta.
a.Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik Benzena Disubstitusi Dengan Pengarah Orto Dan Para
Mengapa kebanyakan pengarah -o, -p merupakan gugus aktivasi? Mengapa mereka mengarahkan gugus masuk kepada posisi -o dan -p? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, akan dibahas anilina, suatu senyawa yang memiliki gugus NH2 (pengarah -o, -p) pada cincin. Struktur resonansi untuk anilina menunjukkan bahwa gugus NH2 itu bersifat melepas-elektron secara resonansi meskipun N merupakan atom elektronegatif.
Struktur resonansi untuk anilina :
Akibat stabilisasi-resonansi anilina ialah bahwa cincin menjadi negatif sebagian dan sangat menarik bagi elektrofil yang masuk. Semua posisi (o-, m-, dan p-) pada cincin anilina teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik; namun posisi-o dan-p lebih teraktifkan daripada posisi.-m. Struktur resonansi terpaparkan di atas menunjukkan bahwa posisi-posisi -o dan -p mengemban muatan negatif parsial, sedangkan posisi -m tidak.
Gugus amino dalam anilina mengaktifkan cincin benzena terhadap substitusi sedemikian jauh sehingga (1) tak diperlukan katalis asam Lewis, dan (2) sangat sukar untuk memperoleh monobromoanilina. Anilina bereaksi dengan cepat membentuk 2,4,6-tribromoanilina (kedua posisi -o dan posisi -p terbrominasikan).
Mekanisme brominasi anilina serupa dengan mekanisme brominasi benzena itu sendiri,
Struktur resonansi untuk zat antara para :
Dalam zat-antara untuk substitusi -m, nitrogendari gugus amino tak dapat membantu mengemban muatan positif. Oleh karena itu, zat-antara untuk substitusi –m berenergi lebih tinggi dibandingkan dengan zat-antara yang menghasilkan produk -o atau -p. Karena zat-antara itu berenergi lebih tinggi, maka keadaan transisinya pun berenergi lebih tinggi, dan laju reaksi pada posisi -m akan lebih rendah.
Gugus amino, bersama-sama dengan —OH, —OR, —NHCOR, dan fenul mengaktifkan cincin benzena terhadap substitusi elektrofilik dengan cara menyumbangkan sepasang elektron kepada cincin lewat resonansi. Substitusi terjadi pada posisi -o dan -p, karena gugus itu membantu mengemban muatan positif dalam zat-zat-antara (-o dan -p) ini.
Meskipun gugus amino merupakan pengarah -o, p dan suatu aktivator cincin, karakter ini akan berubah dalam suatu campuran reaksi yang berisi asam Lewis seperti H2SO4, HNO3, atau AlCl3, karena gugus amino itu akan bereaksi dengan suatu asam Lewis dan membentuk gugus ion amonium yang bersifat mengarahkan -m dan mendeaktivasikan.
b.Mekanisme Reaksi Substitusi Elektrofilik Benzena Disubstitusi Dengan Pengarah Meta
Dalam benzena yang tersubstitusi dengan pengarah-meta (seperti NO2 atau CO2H), atom substituen yang terikat pada cincin benzena tidak mempunyai pasangan elektron menyendiri dan mengemban muatan positif atau positif parsial. Akan nampak dengan mudah bahwa pengarah -m bersifat mendeaktivasi. Masing-masing bersifat penarik-elektron dan tak dapat menyumbangkan elektron secara resonansi. Masing-masing mengurangi rapatan elektron cincin dan membuatnya kurang menarik bagi elektrofil yang masuk. Energi keadaan transisi Tahap-1 lebih tinggi daripada energi untuk benzena tak-tersubstitusi.
Suatu pengarah meta tidak mengaktifkan posisi -m terhadap substitusi elektrofilik. Pengarah -m mendeaktivasi semua posisi dalam cincin, hanya saja deaktivasi posisi-m lebih kecil daripada posisi-posisi lain. Struktur resonansi zat-zat antara yang dihasilkan oleh serangan pada pelbagai posisi menunjukkan bahwa zat-zat antara -o dan -p didestabilkan oleh dekatnya dua muatan positif. Zat antara-m tidak mempunyai struktur resonansi yang terdestabilkan semacam itu. Berikut ini struktur resonansi untuk zat-antara dalam brominasi nitrobenzena;
1.3.1REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK BENZENA DISUBSTITUSI
Suatu benzene disubstitusi jika bereaksi dengan elektrofil, ke arah manakah posisi elektrofil tersebut? Beberapa aturan umum yang harus diperhatikan untuk reaksi SE tersebut:
1. Jika dua gugus aktivator yang kuat masing-masingnya pada posisi para, maka aktivator yang kuat lebih berperan.
2. Jika dua gugus dimana gugus aktivasi dan gugus deaktivasi masing-masinya terletak pada posisi orto, maka produk reaksi SE orto/para dari aktivasi dan meta terhadap gugus deaktivasi
3. Jika dua gugus dimana gugus aktivasi dan gugus deaktivasi masing-masinya terletak pada posisi meta, maka produk reaksi SE bukan pada posisi orto dari posisi substituen apit. Hal disebabkan oleh factor sterik. Pada umumnya gugus activator lebih berperan daripada gugus deactivator.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat simpulkan bahwa :
1.Reaksi benzena dengan elektrofilik secara umum dapat dituliskan:
2.Beberapa reaksi substitusi elektrofilik dari benzena adalah:
a.Halogenasi, menghasilkan halobenzena :
b.Nitrasi, menghasilkan nitrobenzena:
c.Alkilasi Friedel-Crafts, menghasilkan alkilbenzena:
d.Asilasi Friedel-Crafts, menghasilkan fenilalkilketon:
e.Sulfonasi, menghasilkan asam benzena sulfonat:
3.Benzena tersubstitusi yang mempunyai substituen pendorong elektron (EDG) atau mempunyai gugus aktivasi dapat melakukan reaksi SE lebih cepat daripada benzena tetapi yang mempunyai gugus penarik elektron (EWG) atau mempunyai gugus deaktivasi lebih lambat daripada benzena.
4.Benzena tersubstitusi dengan gugus aktivasi merupakan pengarah orto dan para, sedangkan gugus deaktivasi merupakan pengarah meta.
5.Jika dua gugus aktivator yang kuat masing-masing pada posisi para, maka aktivator yang kuat lebih berperan. Jika dua gugus dimana gugus aktivasi dan gugus deaktivasi masing-masinya terletak pada posisi meta, maka produk reaksi SE bukan pada posisi orto dari posisi substituen apit. Hal disebabkan oleh factor sterik. Pada umumnya gugus activator lebih berperan daripada gugus deactivator.
3.2 SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan, penjelasan mengenai substitusi elektrofilik kurang sempurna. Hal ini disebabkan kurangnya referensi yang ada. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dari pembaca demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bialangi, Nurhayati. 2008. Konsep Dasar Sifat Molekul, Stereokimia, Reaksi Substitusi, Reaksi Adisi, Reaksi Eliminasi Dan Reaksi Penataan Ulang. Gorontalo: UNG.
Fessenden & Fessenden, 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
http://didik-abd.blogspot.com/2008/07/hai-temen-temen-smua.html
http://tikaamore.blogspot.com/2008/11/huah.html
Lampiran Pertanyaan dan Jawaban Seminar
1.Apa yang dimaksud dengan reaksi substitusi elektrofilik ?
Jawab :
Reaksi substitusi elektrofilik adalah reaksi pergantian suatu gugus, ion atau atom dengan suatu elektrofilik
2.Mengapa reaksi substitusi elektrofilik banyak terjadi pada senyawa aromatik (benzena dan banzena tersubstitusi) ?
Jawab :
Pada dasarnya mekanisme reaksi substitusi elektrofilik adalah penyerangan gugus yang kaya elektron terhadap elektrofilik (E+ = gugus, ion atau atom yang miskin elektron). Benzena adalah suatu senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Ikatan rangkap sangat kaya elektron. sehingga ketika melakukan reaksi cenderung akan seka pada gugus, ion atau atom yang miskin elektron. Namun bukan hanya ikatan rangkap yang kaya elektron, tetapi pasangan eletron bebas yang terdapat pada gugus, ion atau atom juga kaya elektron. sehingga memungkinkan terjadi reaksi substitusi elektrofilik.
3.Apakah yang dimaksud dengan gugus aktivasi dan deaktivasi ?
Jawab :
Gugus aktivasi adalah suatu gugus pendorong elektron. gugus ini dapat meningkatkan keaktifan suatu cincin benzena. Sehingga ketika benzena berikatan dengan gugus ini, maka dapat melakukan reaksi lebih lanjut. Benzena tersubstitusi yang mempunyai substituen pendorong elektron (EDG) atau mempunyai gugus aktivasi dapat melakukan reaksi SE lebih cepat. Gugus aktivasi akan mengakibatkan energi aktivasi menjadi lebih rendah sehingga laju reaksi lebih tinggi. Benzena tersubstitusi dengan gugus aktivasi merupakan pengarah orto dan para. Benzena tersubstitusi dengan gugus aktivasi, bertambahnya reaktivitas gugus aktivasi untuk melakukan reaksi SE sebagai pengarah orto dan para, urutan reaktivitas aktivasinya adalah sebagai berikut:
-NH2> -NHR> -NR2> -OH> -OR> -NHCOR(amida)>-C6H5> -R> X
Gugus deaktivasi adalah suatu gugus penarik elektron. gugus ini sangat lambat bereaksi dengan benzena. karena gugus ini dapat menurunkan energi aktivasi. Benzena tersubstitusi dengan gugus deaktivasi merupakan pengarah meta. Benzena tersubstitusi dengan gugus deaktivasi, bertambahnya reaktivitas gugus deaktivasi untuk melakukan reaksi SE sebagai pengarah meta, urutan reaktivitas deaktivasinya adalah sebagai berikut:
4. Mengapa gugus aktivasi menghasilkan pengarah orto dan para, sedangkan gugus deaktivasi mengasilkan pengarah meta ?
Jawab :
Gugus aktivasi (EWG) ketika tersubstitusi pada senyawa benzena, maka terjadi resonansi sebagai berikut :
dari resonansi tersebut terlihat bahwa atom karbon yang kelebihan elektron (bermuatan negatif) berada pada posisi orto dan para. Sehingga subtituen selanjutnya akan terikat pada posisi orto dan para. sedangkan untuk resonansi senyawa benzena yang mengandung gugus deaktivasi akan menghasilkan pengarah meta. Jika substituen selanjutnya masuk pada posisi orto dan para, akan terdapat muatan positif berdampingan, yang akan menyebabkan energinya sangat tinggi. Sehingga pengarah orto dan para kurang stabil.
5.Apa yang dimaksud dengan resonansi ?
Jawab :
Resonansi adalah perubahan struktur karena adanya pergeseran elektron ikatan phi (π), untuk mencapai kestabilan. Misalnya resonansi pada nitrobenzena :
Struktur hasil resonansi disebut struktur kanonis.
6.Jelaskan manfaat dari reaksi substitusi elektrofilik !
Jawab :
Hasil reaksi substitusi elektrofilik adalah senyawa-senyawa yang sangat berguna dalam bidang kimia. Misalnya pada alkilasi Friedel-Crafts, sebagai berikut :
Tahap 1:
Tahap 2 :
Tahap 3 :
Toluena
Toluena sebagai hasil subtitusi elektrofilik sangat berguna sebagai pelarut reaksi-reaksi kimia. Selain toluena sebagai hasil utama, dihasilkan pula asam klorida sebagai hasil samping.
0 komentar:
Posting Komentar