BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Pemikiran
Dewasa ini masalah kekurangan gizi merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko menimbulkan berbagai penyakit tertentu juga dapat berdampak buruk pada produktifitas kerja. Namun di lain pihak masyarakat juga diperhadapkan dengan masalah kelebihan gizi yang disebabkan oleh adanya gaya hidup modern yang ditandai dengan pola makan yang tidak terkontrol dan tidak di imbangi dengan olah raga yang teratur. Hal ini akan memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti gangguan pada sistem kardiovaskuler misalnya hipertensi. Penyakit lain yang ditimbulkan adalah obesitas, disiplidemia, dan penyakit diabetes melitus.
Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang membahayakan, karena jika terjadi komplikasi pada penderita mengakibatkan penderita akan meninggal dunia (Soegondo, 2005:3).
Diketahui terdapat dua jenis penyakit diabetes melitus yakni diabetes melitus tipe I (Insulin dependent) dan diabetes melitus tipe II (Non-insulin dependent). Diabetes melitus tipe I terjadi akibat adanya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah melebihi batas normal (hiperglikemia) yang kronik. Kondisi ini terjadi karena proses autoimmun dimana sel-sel beta dihancurkan oleh antibodi dalam tubuhnya sendiri, sehingga produksi insulin berkurang. Akibat kekurangan insulin maka protein dan lemak dilepaskan ke dalam darah, sehingga tubuh menjadi kurus dan lemah. Diabetes melitus tipe I ini sering terjadi pada usia muda di bawah 20 tahun dan mutlak memerlukan insulin untuk mengobatinya (Tjokroaminoto : 1996:28).
Penyakit diabetes melitus tipe II terjadi jika tubuh tidak sanggup memberikan respon terhadap insulin, yaitu hormon yang membersihkan gula darah setelah makan dan menyimpannya di dalam sel-sel untuk digunakan sebagai energi. Kadar gula yang tinggi dapat mempertinggi resiko komplikasi seperti penyakit jantung dan kebutaan. Diabetes melitus tipe II adalah penyakit yang paling banyak diderita oleh orang dewasa. Kasusnya mencapai 85-90% dari total jumlah penderita diabetes (Aman, 2004:2). Berdasarkan data yang diperoleh dari rumah sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo tahun 2004, penderita penyakit diabetes melitus tipe II berjumlah 100 orang, sedangkan dari bulan Mei sampai Juli tahun 2005 berjumlah 22 orang.
Penyakit ini didiagnosis secara sederhana hanya dengan melihat tingginya kadar glukosa dalam darah. Diabetes melitus tipe II biasanya dihubungkan dengan faktor kegemukan, semakin orang gemuk makin besar kemungkinan untuk menderita diabetes melitus tipe II. Hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, misalnya makanan yang cenderung tinggi kalori, protein dan lemak. Dengan demikian perlu pengaturan asupan makanan untuk menurunkan berat badan melalui diet rendah kalori.
Untuk mencegah semakin parahnya penyakit ini, disarankan penderita mengatur menu makannya, dengan perencanaan menu yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi dan kalori. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan dan penatalaksanaan pola makan yang benar melalui diet. Dianjurkan penderita diabetes melitus tipe II mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi sehat dan seimbang.
Berdasarkan asumsi di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan formulasi judul “Korelasi Asupan Gizi Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita Diabetes Melitus Tipe II”.
1.1Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
1.2Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
1.2.2Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Sebagai bahan informasi pada masyarakat akan pentingnya keseimbangan gizi dalam pengobatan penyakit diabetes melitus tipe II.
2.Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa baik biologi, kimia maupun kedokteran terutama penulis pada perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Fisiologi Manusia dan Biokimia serta Gizi dan Kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Umum Tentang Gizi.
2.1.1. Pengertian Gizi.
Menurut Prawiranegara (dalam Winarno, 1997:47) gizi berasal dari bahasa Arab yakni “Al-gizai” yang mengandung arti “makanan” atau “sari makanan” yang bermanfaat untuk kesehatan.
Secara teknis, gizi berarti pemberian makanan kepada seluruh sel-sel dan jaringan dalam tubuh, sehingga memungkinkan tubuh menjadi kuat. Pada umumnya kandungan gizi dalam makanan menentukan nilai dan mutu bahan makanan itu sendiri. Zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral termasuk air. Setiap jenis zat gizi tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk proses metabolisme dalam tubuh. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi, maka tubuh akan terasa lemah, malas dan sakit. Namun apabila terlalu banyak zat gizi yang dikonsumsi, dapat membuat kesehatan memburuk dan menyebabkan tubuh beresiko terhadap penyakit kronis seperti diabetes melitus tipe II.
2.1.2. Penggolongan Zat Gizi.
Berdasarkan struktur dan fungsinya zat gizi dapat digolongkan menjadi enam macam yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis (Lehninger, 1994). Berdasarkan fungsinya, karbohidrat adalah penghasil utama energi dalam makanan maupun di dalam tubuh.
Sumber karbohidrat terutama terdapat dalam tumbuh-tumbuhan seperti beras, gandum dan umbi-umbian. Karbohidrat terdiri dari tiga macam unsur yaitu karbon, oksigen dan hidrogen.
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat dapat digolongkan atas monosakarida, disakarida dan polisakarida.
a)Monosakarida.
Monosakarida merupakan senyawa karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis lagi (Toha, 2001:79). Beberapa contoh monosakarida yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa.
Glukosa disebut juga dekstrosa, zat ini banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Semua macam karbohidrat dalam tubuh akhirnya akan diubah menjadi glukosa. Fruktosa disebut juga levulosa, zat ini bersama-sama glukosa terdapat dalam sayur-sayuran, terutama dalam madu. Galaktosa hanya merupakan pecahan dari disakarida yaitu laktosa.
b)Disakarida
Disakarida adalah gabungan dari dua macam monosakarida. Disakarida ini akan dipecah menjadi dua molekul monosakarida oleh enzim dalam tubuh. Beberapa contoh disakarida yang terdapat dalam makanan yaitu sukrosa, maltosa, dan laktosa.
Sukrosa terdapat dalam gula tebu dan gula aren. Maltosa didapat sebagai hasil antara dari pemecahan zat tepung contohnya gula gandum. Sedangkan laktosa banyak terdapat dalam gula susu.
c)Polisakarida
Polisakarida adalah gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Beberapa polisakarida yang penting ialah zat pati, glikogen, dan selulosa.
Zat pati merupakan sumber kalori yang sangat penting karena sebagian besar karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk zat pati. Glikogen merupakan cadangan karbohidrat dalam tubuh yang disimpan dalam hati dan otot-otot, namun jumlah cadangan glikogen ini sedikit. Selulosa merupakan bagian dari tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh alat pencernaan manusia.
2.Lemak
Istilah Lemak pada awalnya ditujukan kepada suatu zat hasil esterifikasi suatu asam lemak dengan gliserol. Namun pada perkembangan berikutnya istilah tersebut ditujukan terhadap zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti benzena, etil, eter dan kloroform . Lemak di dalam makanan yang memegang peranan penting ialah lemak netral. Lemak netral terdiri atas satu molekul glycerol (glycerin) dan tiga molekul asam lemak. Molekul-molekul tersebut akan berkaitan dengan ikatan ester. Ketiga asam lemak tersebut bisa sama semua, tetapi dapat juga dua sama atau ketiganya tidak ada yang sama.
Beberapa fungsi lemak adalah sebagai berikut :
a)Sebagai cadangan utama energi aktivitas tubuh.
b)Sebagai penyusun membran plasma sel dan organel lainnya.
c)Sebagai pelindung alat-alat tubuh dan sebagai pelindung tubuh dari temperatur rendah.
d)Sebagai pelarut Vitamin tertentu, seperti Vitamin A, D, E dan K sehingga dapat dipergunakan oleh tubuh.
e)Bagian struktural beberapa enzim dan hormon.
3.Protein.
Nama biomolekul protein berasal dari kata Yunani, yaitu proteos yang berarti utama (Toha, 2001:51). Kata ini pertama kali diberikan oleh Gerardus Mulder (Yunani) yang menganggap zat ini paling penting dari semua molekul organik pada kehidupan manusia. Bahan baku penyusun protein adalah molekul-molekul asam amino.
Protein terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang-kadang juga mengandung unsur fosfor dan belerang (sulfur).
Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a)Protein sederhana, yaitu protein yang tidak berikatan dengan zat lain, contoh albumin dalam telur (ovalbumin), albumin dalam susu (laktoalbumin) dan globulin.
b)Protein bersenyawa, yaitu protein yang membentuk ikatan dengan zat lain seperti glikagon membentuk glikoprotein.
c)Turunan atau derivat dari protein. Termasuk turunan protein adalah albuminosa, pepton, gelatin, peptida dan sebagainya.
Sumber protein dapat diperoleh melalui tumbuh-tumbuhan (protein nabati), terutama pada kacang-kacangan, serta hewan (protein hewani) terutama pada daging, telur dan lain-lain.
Beberapa fungsi utama dari protein sebagai berikut :
a)Sebagai pembangun struktur sel,
b)Sebagai sumber energi apabila diperlukan. Dalam hal ini tiap gram protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori,
c)Protein memberikan bahan dasar untuk pembentukkan cairan pencernaan, hormon, plasma protein, hemoglobin dan enzim,
4.Vitamin
Nama vitamin berasal dari istilah latin vitamine. Senyawa ini pertama kali digunakan bagi mikronutrien organik spesifik yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit kekurangan gizi seperti beri-beri. Dalam sejarahnya senyawa ini untuk pertama kalinya dimurnikan oleh Casimir Funk (ahli biokimia berkebangsaan Polandia). Dia menemukan bahwa senyawa ini mempunyai sifat-sifat suatu amine, maka ia menyebutnya “vitamine” yang dapat diartikan sebagai amine yang esensial bagi kehidupan. Setelah sejumlah mikronutrien organik esensial lainnya ditemukan, huruf ”e” dihilangkan dari kata “vitamine” karena didapati bahwa tidak semua vitamin merupakan amin.
Berdasarkan pelarutnya vitamin dapat dibedakan atas dua golongan yaitu:
1.Vitamin yang larut dalam air meliputi tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat, asam pantotenat, piridoksin (vitamin B6), biotin, asam folat (vitamin B12) dan asam askorbat (vitamin C).
2.Vitamin yang larut dalam lemak, misalnya A, D, E dan K.
Beberapa fungsi vitamin adalah sebagai berikut :
1)Berperan dalam pertumbuhan dan pembentukan tulang.
2)Untuk pembentukan jaringan-jaringan tertentu dan daya tahan terhadap penyakit.
3)Untuk pembentukan butir-butir darah merah.
4)Untuk pembentukan darah.
5)Sebagai komponen koenzim yang penting untuk berbagai proses metabolisme tubuh. Koenzim adalah substansi non protein yang dibutuhkan oleh protein untuk aktivitas biologi.
Vitamin banyak kita temukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Jika tubuh kekurangan vitamin akan menyebabkan penyakit defisiensi yang disebut avitaminosis. Sebaliknya, bila tubuh mengalami kelebihan vitamin yang diperlukannya, maka akan terjadi hipervitaminosis. Kedua kondisi tersebut menimbulkan gangguan terhadap kesehatan tubuh.
5.Mineral
Mineral dalam tubuh manusia digunakan sebagai zat pelengkap bangunan tubuh. Sisa konsumsi mineral dikeluarkan sebagai hasil sekresi berbentuk keringat, urin dan tinja.
Kekurangan dan kelebihan mineral akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh, rangsangan terhadap saraf, kontraksi dan relaksasi otot serta jumlah cairan tubuh. Mineral berfungsi sebagai regulator metabolisme atau struktur penyusun bagian sel. Mineral yang terdapat sebagai garam yang terlarut dalam cairan tubuh, memiliki fungsi untuk memelihara tekanan osmosis sel, cadangan elektrolit dan mengatur pH cairan tubuh.
Berdasarkan kebutuhan tubuh, mineral dapat di bagi 2 kelompok yaitu:
1.Mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar disebut makroelemen, contohnya : Ca, P, Na, Cu, K, Mg dan S.
2.Mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil disebut mikroelemen, contohnya: Fe, I, Zn, Mn dan F.
Jumlah kebutuhan mineral untuk setiap orang berbeda satu dengan lainnya, tergantung pada fungsi yang dimiliki dan proses-proses faal yang melibatkannya.
6.Air
Air merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem hidup, mencakup 70% atau lebih dari bobot hampir semua bentuk kehidupan. Air berfungsi sebagai pelarut dan menjaga stabilitas suhu tubuh. Tanpa air makhluk hidup di muka bumi ini akan punah.
Kebutuhan akan air dalam tubuh diatur oleh beberapa kelenjar seperti hifofise, tiroid, anak ginjal dan kelenjar keringat. Semua reaksi biokimiawi di dalam sel dan jaringan terjadi di dalam medium air (Sediavetama, 1985).
2.2. Tinjauan tentang Diabetes melitus
2.2.1.Pengertian Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan istilah yang diambil dari bahasa Yunani, “diabet” berarti “mengalir terus” atau “bocor”, sedangkan ”melitus” berasal dari bahasa latin ”melitus” yang berarti “madu”. Istilah diabetes melitus juga dipakai untuk menyatakan suatu kelompok penyakit yang mempunyai manifestasi menonjol berupa hiperglikemia (Wodley dan Whelan, 1995). Istilah lain yang digunakan ialah difisiensi insulin, yang menimbulkan cacat pemakaian karbohidrat dengan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh (Robins dan Kumar, 1995).
Seseorang dikatakan menderita diabetes melitus apabila kadar glukosa plasma vena (tidak puasa) diatas 200 mg/dl. Sedangkan kadar glukosa darah ketika puasa lebih besar dari 126 mg/dl (plasma vena). Sementara orang yang sehat kadar glukosa darah puasanya di bawah 100 mg/dl (plasma vena).
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa penyakit diabetes melitus terbagi menjadi dua jenis yakni diabetes melitus tipe I (insulin dependent) dan Diabetes melitus tipe II (non-insulin dependent).
Diabetes melitus tipe I adalah kelainan sistemik akibat adanya gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah melebihi batas normal (hiperglikemia) yang kronik. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh proses autoimun yang merusak sel beta pankreas sehingga produksi insulin berkurang atau bahkan terhenti.
Diabetes melitus tipe II biasanya timbul setelah dewasa dan tidak berkaitan dengan hilangnya seluruh kemampuan mensekresi insulin. Insulin yang ada tidak berfungsi dengan baik (Ganong, 1998).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi dalam pengaturan metabolisme glukosa di seluruh jaringan tubuh, kecuali otak (Ganong, 1998) In sulin dapat menurunkan kadar gula darah, kadar asam lemak darah dan kadar asam amino darah.
Pada penderita diabetes melitus tipe II, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik atau kurang aktif karena reseptor insulin pada sel berkurang sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya sel akan mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah dan menimbulkan berbagai komplikasi ( Pranadji dkk, 1995).
Diagnosa awal diabetes melitus tipe II, biasanya tidak diketahui dan jarang berkaitan dengan ketosis, serta memperlihatkan morfologi dan kandungan insulin sel beta yang normal. Namun demikian, sebagian besar penderita diabetes melitus tipe II ini mengalami kegemukan dan toleransi glukosa yang berlebihan. Hal ini merupakan akibat dari ketidak sesuaian respon sel beta. Respon-respon ini tidak menekan pengeluaran glukosa dari hati ke tingkat yang normal.
Penderita diabetes melitus tipe II biasanya memiliki jumlah transporter GLUT-4 yang normal di sel peka insulin. Tetapi sel-sel tersebut gagal memasukkan transporter ke dalam membran sel sampai ke tingkat normal.
Kerja insulin berpengaruh juga terhadap lemak yaitu insulin memiliki peran dalam menurunkan asam lemak darah dan memfasilitasi penyimpanan trigliserida dengan cara sebagai berikut:
1. Insulin meningkatkan transport glukosa ke jaringan adiposa dengan GLUT-4, glukosa merupakan prekursor untuk pembentukkan gliserol yang merupakan bahan kasar sintesis trigliserida.
2. Insulin mengaktivasi enzim yang mengkatalisa produksi asam lemak dari turunan glukosa. .
3. Insulin membantu masuknya asam lemak ke dalam sel jaringan adiposa
4. Insulin menghambat lipolisis, oleh sebab itu menurunkan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah.
Hormon lain yang berperan dalam pengaturan keseimbangan glukosa dalam darah adalah glukagon. Glukagon dikenal sebagai hormon antagonis dari hormon insulin yang disekresi oleh sel alfa pankreas.
Fungsi glukagon pada metabolisme karbohidrat adalah pada proses terjadinya peningkatan produksi glukosa dan pelepasan glukosa oleh hati, dengan demikian kadar glukosa di dalam darah meningkat. Glukagon memiliki efek hiperglikemia dengan cara menurunkan glikogenesis, meningkatkan glikogenolisis dan menstimulasi glukoneogenesis.
Adapun kerja glukagon pada lemak yaitu glukagon memiliki efek meningkatkan pemecahan lemak dan menghambat sintesis trigliserida, sedangkan kerja glukagon pada protein yaitu glukagon menghambat sintesis protein dan merangsang degradasi protein hati.
Regulasi hormon insulin dan glukagon diatur oleh somatostatin yaitu hormon lain yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Efek penghambatan hormon tersebut melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Somatostatin bekerja secara lokal di dalam pulau Langerhans sendiri guna menekan insulin dan glukagon.
2. Somatostatin menurunkan gerakan lambung, duodenum dan kandung empedu.
3. Somatostatin mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran cerna.
Faktor-faktor yang merangsang somatostatin adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pencernaan makanan yaitu naiknya:
1)Glukosa darah
2)Asam amino
3)Asam lemak
4)Konsentrasi beberapa hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna sebagai respon terhadap asupan makanan.
2.2.2. Pengaturan Gizi Pada Diabetes melitus Tipe II
Diabetes melitus tipe II pada dasarnya adalah gangguan metabolisme karbohidrat yang merupakan salah satu unsur zat gizi makro. Gangguan metabolisme ini juga menyebabkan gangguan metabolisme zat gizi lain yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral yang mana proses metabolisme tubuh itu saling berinteraksi antara sesama unsur zat gizi. Selain itu, ketidak seimbangan zat gizi yang dikonsumsi dapat membuat kesehatan memburuk dan dapat menyebabkan tubuh beresiko terhadap penyakit kronis. Oleh karena itu, pengaturan dan penatalaksanaan zat gizi (makanan) mutlak diperlukan. Adapun pengaturan makanan lewat diet merupakan salah satu kunci menatalaksana diabetes melitus tipe II dengan baik (Soegondo, 2005).
Pada diabetes melitus tipe II pengaturan makanan merupakan hal yang sangat penting. Bila pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan berakibat buruk bagi penderita.
Tujuan utama dari pengaturan makanan adalah menurunkan berat badan ke berat badan ideal. Untuk itu, penderita diberi diet rendah kalori atau rendah energi. Diet rendah kalori pada umumnya akan memperbaiki hiperglikemia. Menurut Feingold (1990), efek pada kadar glukosa darah ini terjadi sebelum penurunan berat badan. Pada beberapa penderita, pengurangan jumlah total energi waktu puasa dapat menormalkan kadar glukosa darah.
Diet bagi pasien penderita diabetes melitus tipe II ditujukan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dimakan setiap hari. Dalam melaksanakan diet, hendaklah mengikuti pedoman 3J (Jumlah, Jadwal dan Jenis) artinya:
J1 = Jumlah kalori yang sesuai dengan resep dokter yang harus dihabiskan.
J2 = Jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar
J3 = Jenis makanan harus diperhatikan (pantang gula dan makanan manis).
Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan obat-obat hipoglikemia OAD (Oral Anti-Diabetic) untuk penderita ini (Pranadji dkk, 1995).
Penderita diabetes melitus tipe II yang kurus tidak memerlukan pembatasan jumlah kalori yang terlalu ketat. Akan tetapi semua penderita diabetes melitus Tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol.
Pengaturan makanan untuk penderita diabetes melitus tipe II harus memperhatikan beberapa hal yaitu prinsip, tujuan dan syarat diet, dasar penyusunan diet, komposisi dan indikasi diet serta penggunaan diet dan perencanaan menu.
1. Prinsip, Tujuan dan Syarat Diet
Prinsip pemberian makanan bagi penderita diabetes melitus tipe II adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Saat ini anjuran persentase karbohidrat berkisar antara 60-68% dari total energi makanan dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat (Pranadji dkk ,1995)
Makanan yang dimakan oleh penderita diabetes melitus tipe II sehari-hari disusun agar tujuan diet tercapai. Tujuan diet yaitu:
a.Memperbaiki kesehatan umum penderita,
b.Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal /normal,
c.Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan optimal dan aktivitas normal,
d.Mempertahankan kadar gula darah pada kondisi normal,
e.Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik,
f.Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita (misalnya sedang hamil, mempunyai penyakit hati atau tuberkulosis paru), serta
g.Perencanaan diet dibuat dengan mempertimbangkan kesukaan, penghasilan dan kebutuhan masing- masing pasien.
Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa syarat pemberian makanan yang harus mencakup kandungan gizinya antara lain:
a.Energi, diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, aktifitas fisik dan proses pertumbuhan.
b.Karbohidrat (60-70%) penting untuk mempertahankan pemasukan kalori. Makanan dan minuman yang banyak mengadung gula dibatasi, dan hendaknya digunakan jenis karbohidrat komplek / makanan yang berserat.
c.Protein (10-20%) hendaknya cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mendorong pertumbuhan. Sebaiknya digunakan protein yang bernilai biologi tinggi /nilai cernanya tinggi.
d.Lemak (25-30%) agar dibatasi, pemasukan kolesterol hendaknya kurang dari 300 mg/hari dan lemak jenuh hendaknya diganti dengan lemak tak jenuh.
e.Serat (25 gr/1000 kal) dalam diet dapat memperlama penyerapan gula sehingga dapat memperbaiki kenaikan kadar glukosa darah post pandrial.
a)Pemanis buatan tersedia sebagai pengganti sukrosa dalam minuman ringan dan dalam banyak jenis makanan.
2. Dasar Penyusunan Diet
Dasar diet untuk penyakit diabetes melitus tipe II adalah harus memenuhi kebutuhan gizi. Sebagai dasar perhitungan dapat digunakan cara perhitungan kebutuhan gizi untuk orang sehat dengan beberapa modifikasi sesuai dengan penyakitnya.
Khusus untuk keadaan darurat, seperti dalam keadaan operasi, diet atau terapi yang diberikan harus dalam jangka waktu yang sangat singkat, syarat pemenuhan kebutuhan gizi dapat diabaikan sementara. Pada keadaan demikian, yang penting diperhatikan adalah bentuk makanan, jenis bahan makanan, dan volume makanan.
Pengaturan diet perlu memperhatikan pola makan penderita sebelum sakit. Hal ini diupayakan agar pola makan tidak terlalu menyimpang dari biasanya sehingga makanan dapat mudah diterima oleh penderita (Pranadji dkk, 1995:22).
Kebutuhan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi minimal yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya jenis kelamin, aktivitas, berat badan, kondisi fisiologis seseorang (hamil, menyusui), tahap perkembangan (bayi, anak-anak, remaja, dewasa), serta keadaan sakit dan penyembuhan. Penderita yang membutuhkan zat gizi, terutama bila mengalami penyakit infeksi yang menyebabkan terjadi banyak kehilangan nitrogen tubuh sehingga memerlukan konsumsi protein sebagai pengganti.
3. Komposisi dan Indikasi Diet
Komposisi diet yang dianjurkan untuk penderita diabetes melitus tipe II berulangkali mengalami perubahan. Mula-mula mengacu pada diet diabetes melitus tipe II di negara barat dengan komposisi karbohidrat rendah sekitar 40-50% dari total energi (diet A). Namun saat ini dianjurkan persentase karbohidrat lebih tinggi hingga 60-70% dari total kebutuhan energi atau disebut juga diet B. Di samping anjuran mengenai karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat dan rendah kolesterol (Pranadji dkk, 1995:28). Asupan komposisi diet A dan diet B dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 : Komposisi diet A dan diet B
No
Zat Gizi
Diet A
Diet B
1
2
3
4
5
Karbohidrat
Protein
Lemak
Kolesterol
Serat
50 %
20 %
30 %
500 mg
Sayuran tipe A
60-68 %
12-20 %
20 %
100-150 mg
Sayuran tipe B
Komposisi diet B merupakan diet yang umum digunakan di Indonesia. Selanjutnya diet tersebut dikembangkan menjadi beberapa jenis diet.
1)Diet B = 68 % karbohidrat
= 12 % protein
= 20 % lemak
2)Diet B – 1 = 60 % karbohidrat
= 20 % protein
= 20 % lemak
3)Diet B – 2 = 68 % karbohidrat + tinggi kalori (> 2.000 kal)
= 12 % protein + kaya asam amino essensial
= 20 % lemak
4)Diet B – 3 = 40 g protein/hari, tinggi kalori sisanya di bagi untuk
karbohidrat dan lemak dengan perbandingan 4:1.
Masing-masing jenis diet tersebut mempunyai indikasi sebagai berikut:
a)Diet B.
Diet tipe ini sangat cocok untuk penderita diabetes melitus tipe II yang kurang tahan lapar, menderita hiperkolesterlemia dan makroangiopati serta sudah lebih dari 15 tahun mengidap penyakit diabetes melitus tipe II.
b)Diet B-1.
Diet tipe B-1 cocok untuk penderita diabetes melitus tipe II yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan berprotein tinggi, berusia muda dan berbadan kurus, sedang hamil/menyusui, mengalami patah tulang, menderita hepatitis kronik (sirosis hati), tuberkulosis paru, sesulitis (gangren), hipertiroid, kanker, dan mengidap penyakit infeksi cukup lama (dalam keadaan pasca bedah).
c)Diet B – 2.
Diet tipe ini digunakan oleh penderita diabetes melitus tipe II dengan komplikasi gagal ginjal (nefropati diabetik) tipe B-2, dimana kretinin serumnya berkisar antara 2,5 – 4 mg/dl, dan klirens kreatininnya berkisar antara 25 – 60 ml/menit.
d)Diet B – 3.
Diet tipe ini cocok untuk penderita diabetes melitus tipe II dengan komplikasi gagal ginjal (nefropati diabetik) tipe B – 3, dimana kreatinin serumnya berkisar antara 4 - 0 mg/dl, dan klirens kreatininnya berkisar antara 7–25 ml/menit
Setiap jenis diet, baik diet B, diet B-1, diet B-2, dan diet B-3, dianjurkan mengandung serat, terutama serat yang bersifat larut, sebanyak 35 g per 1000 kal. Kandungan serat dari beberapa jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2. 2 : Kandungan Serat Berbagai Jenis Pangan Per 100 gram Bahan.
No
Jenis pangan
Berat Serat (g)
1
2
3
4
Biji-bijian dan umbi-umbian
a. Beras
b. Jagung
c. Terigu dan olahannya
d. Singkong
e. Ubi jalar
f. Kentang
Kacang-kacangan
a. Kacang kedelai dan olahannya
b. Kacang hijau
c. Kacang merah
d. Kacang tanah
e. Kacang tolo
Sayur-sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Katuk
d. Daun singkong
e. Buncis
f. Wortel
g. Kol
h Tomat
i. Kulit melinjo
Buah-buahan
a. Jambu biji
b. Pisang
c. Apel
d. Jeruk
e. Salak
f. Pepaya
g. Nenas
0,4 – 0,7
1,3 – 2,2
0,3 – 0,4
0,9 – 1,3
1,1
0,5
3,2 – 5,3
5,7
2,1
2,4
1,6
I,2
2.0
1,5
2,4
1,9
1,0
0,9
1,5
5,0
4,5
0,6
0,8
0,4
1,3
1,0
0,6
(Sumber: Mahmud, M.K. dkk, 1990)
4. Penggunaan Diet
Pada dasarnya penggunaan diet harus memperhatikan pedoman diet yang telah dianjurkan. Untuk penderita diabetes melitus tipe II yang tergolong obesitas, diet yang diberikan berkisar antara 1100-1500 kal setiap hari dan jika berat badan penderita tergolong normal, maka kandungan kalori dalam diet diperkirakan antara 1700 kal – 2100 kal sehari (Moehyi, 1988:89).
Selain itu dalam pemberian diet diberikan interval waktu 3 jam meliputi 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan:
1)Pukul 06.30 = Makan pagi
2)Pukul 09.30 = Snack atau buah
3)Pukul 12.30 = Makan siang
4)Pukul 15.30 = Snack atau buah
5)Pukul 18.30 = Makan malam
6)Pukul 21.30 = Snack atau buah
Pada bulan ramadhan, ada penderita diabetes melitus tipe II yang boleh tetap melakukan puasa. Penderita tersebut adalah penderita diabetes melitus tipe II tanpa insulin, yaitu dengan pemberian tablet OAD atau diet saja, dan kadar glukosa darah < 200 mg/dl.
Jadwal waktu pemberian diet bulan puasa dapat mengikuti pedoman sebagai berikut.
1) Pukul 18.00 (makan 30% kalori)
a) Berbuka puasa (makan utama I)
b) Tablet OAD dan vitamin yang biasanya diminum pagi hari
2) Pukul 21.00 ( makan 25% kalori)
a) Sesudah tarawih (makan utama II)
b) Gerak badan sesudah tarawih
3) Sebelum tidur malam (makan 10 % kalori)
a) Makanan kecil atau buah
b) Tablet OAD yang biasanya diminum siang hari
4) Pukul 03.00 (makan 25% kalori)
Makan sahur (makanan utama III)
5) Pukul 03.30 (makan 0% kalori)
Makanan kecil atau buah
Pada prinsipnya dasar pengaturan makanan lewat diet adalah dengan memberikan kalori sesuai dengan kebutuhan, agar kadar glukosa dalam darah berada dalam batas-batas normal, sehingga memberi peluang masuknya zat-zat gizi lainnnya yang diperlukan untuk perbaikkan sel-sel tubuh serta mengurangi resiko terjadinya komplikasi-kompikasi di kemudian hari (Tjokroaminoto, 1996: 21).
Selain itu Beck (2004), dalam bukunya Nutrition and Dieties For Nurses menganjurkan ada tiga jenis diet yang harus dilakukan oleh penderita diabetes melitus tipe II yaitu:
1. Diet Rendah Kalori
Pada penderita diabetes melitus tipe II yang mempunyai kelebihan berat badan untuk mengurangi insulin yang diperlukan tubuh. Total kalori yang dianjurkan tidak boleh melebihi kecukupan kalori.
2. Diet Bebas Gula
Pada penderita diabetes melitus khususnya penderita diabetes melitus tipe II lanjut usia, diet ini dilakukan dengan dua cara yaitu tidak mengkonsumsi gula sama sekali atau mengurangi konsumsi makanan yang berasal dari karbohidrat. Selain itu, lemak di dalam makanan sehari-hari sebaiknya dibatasi seperti santan, minyak goreng, mentega dan lain-lain.
c. Diet Kaya Serat atau Selulosa
Penderita diabetes melitus tipe II perlu memperbanyak konsumsi makanan berserat. Serat terbukti dapat menurunkan kadar gula darah karena dapat memperbaiki pencernaan makanan dan mempersingkat lewatnya makanan di dalam usus, serta memperlambat penyerapan gula di dalam lemak. Di antara serat-serat makanan tersebut yang paling dianjurkan adalah serat-serat yang larut dalam air seperti apel, jenis kacang-kacangan dan biji-bijian yang tidak digoreng serta serat yang tidak larut di dalam air berupa kulit buah-buahan, sayur-sayuran dan buah-buahan yang biasanya dikonsumsi sebagai lalapan.
Oleh karena penderita diabetes melitus tipe II harus menyesuaikan hidupnya dengan berbagai keadaan akibat penyakitnya, maka untuk kesembuhan perlu ditekankan terhadap penderita mengenai cara-cara mengatur makananya
2.3. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis yakni “Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara Asupan Gizi Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita Diabetes Melitus Tipe II”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit Prof. Dr H.Aloei Saboe kota Gorontalo.
3.1.2 Waktu penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan Mei 2005 sampai dengan bulan Juli 2005.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe II yang ada di rumah sakit Prof. Dr. H.Aloei Saboe kota Gorontalo.
3.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe II dengan kriteria sebagai berikut:
1.Usia 40-60 tahun
2.Berobat secara teratur
3.Sedang dalam perawatan di rumah sakit
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebasnya adalah asupan gizi pasien diabetes melitus tipe II, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II yang ditentukan oleh dokter.
3.4 Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan metode survey yang di analisis secara kuantitatif.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.Observasi, dengan mengamati secara langsung keberadaan lokasi penelitian dan pasien diabetes melitus tipe II.
2.Wawancara, untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari dokter, pasien dan keluarga pasien.
3.Angket, sebagai data primer atau data utama dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar yang diajukan secara tertulis untuk mendapatkan tanggapan, informasi dan jawaban kepada penderita diabetes melitus tipe II.
4.Studi dokumentasi berupa rekap medis pasien
3.6. Teknik Analisa Data
Untuk menganalisis data yang terkumpul digunakan teknik analisis kuantitatif dengan analisis data yang diuji melalui persyaratan yang terdiri dari :
3.6.1. Pengujian Keampuhan Instrumen
Uji keampuhan instrumen meliputi uji validitas dan reliabilitas angket. Uji validitas angket dimaksudkan untuk melihat apakah butir-butir pernyataan angket yang digunakan sebagai alat pengumpul data benar-benar menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Pengujian validitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus product moment yaitu :
dengan N = jumlah responden
X = skor setup item,
Y = skor total responden
Kemudian uji reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mendeteksi apakah instrumen yang digunakan untuk menjaring data terpercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
Pengujian ini ditempuh melalui analisis statistik dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu
dengan = reliabilitas instrumen = jumlah varians tiap item
k = banyaknya butir soal = varians total
3.6.2. Pengujian Normalitas Data
Kenormalan data merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam analisis korelasional. Oleh karena itu, sebelum menguji hipotesis, telebih dahulu harus di uji apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujiannya digunakan teknik uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.Data pengamatan X1, X2, ..., Xn, disusun dari urutan kecil keurutan besar kemudian dijadikan angka baru Z1, Z2, ..., Zn dengan rumus:
Dimana : = rata-rata skor sampel.
S = simpangan baku.
Harga simpangan baku diperoleh dari rumus:
S2 =
b.Setiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).
c.Dihitung proporsi Z1, Z2, ..., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi dinyatakan S(Zi), maka:
d.Dihitung selisih │F(Zi)-S(Zi)│kemudian ditentukan harga mutlaknya.
e.Harga terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut dinamakan Lo.
f.Dibandingkan Lo dengan nilai kritis (Ldaftar) untuk taraf nyata α yang dipilih.
g.Populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data melebihi Ldaftar.
3.6.3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Mencari Persamaan Regresi Linear
Persamaan umum yang digunakan dalam perhitungan untuk mencari persamaan regresi linear adalah :
(Sudjana, 1992 : 315). Koefisien regresi linear a dan b dengan persamaan:
dengan X = jumlah nilai X
Y = jumlah nilai Y
X2 = jumlah kuadrat dari nilai X
Y2 = jumlah kuadrat dari nilai Y
XY = hasil kali antara nilai X dan nilai Y
b) Uji Linearitas dan Keberartian Persamaan Regresi Linear
Pengujian ini menggunakan rumus:
dan
Tabel 3.1 : Analisis Varians (ANAVA) untuk Uji Kelinearan Regresi
Sumber
Variasi
Dk
JK
KT
F
Total
N
-
Regresi (a)
Regresi (b│a)
Residu
1
1
n – 2
JKreg = JK(b│a)
JKres =
s2reg = JK(b│a)
s2res =
Tuna Cocok
Kekeliruan
k – 2
n – k
JK (TC)
JK(E)
s2TC =
s2E =
Rumusan hipotesis untuk uji linearitas
Ho = regresi asupan gizi terhadap tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II adalah linier
HA ≠ regresi asupan gizi terhadap tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II adalah tidak linear.
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika F < F(1-), (k-2,n-k)
Rumusan hipotesis untuk uji keberartian/independen:
Ho = regresi asupan gizi independen secara linear dari tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
HA ≠ regresi asupan gizi tidak independen dari tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
Kriteria pengujian adalah terima HA jika F > F(1-), (1,n-2)
c) Mencari Koefisien Korelasi
Selanjutnya, hipotesis diuji dengan menggunakan korelasi product moment antara variabel X dan Y , yaitu dengan rumus
d) Uji Keberartian Korelasi
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan statistik uji t melalui rumus sebagai berikut:
dengan r adalah koefisien korelasi, dan r2 adalah koefisien determinasi serta n adalah jumlah sampel.
Kriteria pengujian yaitu untuk taraf nyata = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n - 2 ), maka :
Terima Ho, jika thitung < t(1-1/2), (n-2)
Terima HA, jika thitung > t(1-1/2), (n-2)
Pasangan hipotesis yang diuji adalah :
Ho ; = 0 : Tidak terdapat hubungan antara asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
HA ; ≠ 0 : Terdapat hubungan antara asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dari hasil angket yang diisi oleh pasien dan keluarga pasien diketahui bahwa kebutuhan menu setiap pasien berbeda yang disesuaikan dengan usia dan jenis penyakit yang dideritanya.
Rata-rata pasien memiliki kadar gula yang tinggi dalam darahnya dan mengalami obesitas (kelebihan berat badan). Hal ini diketahui dari hasil tes laboratorium dengan memeriksa sampel darah pasien.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan dengan kondisi pasien dalam keadaan puasa. Dalam hal ini sebelum melakukan pemeriksaan, pasien diharuskan berpuasa selama 4-5 jam. Selanjutnya sampel darah pasien diambil untuk diperiksa kandungan gulanya.
Selama dalam pengobatan setiap pasien diberi diet rendah kalori atau rendah energi dan diharuskan untuk mengurangi asupan lemak dan kolesterol. Untuk itu pihak pengelola rumah sakit telah mengatur pola makan penderita diabetes melitus tipe II dengan selalu memperhatikan perencanaan menu yang tepat untuk penyakit ini. Penyusunan menu ini tentu saja dengan memperhatikan kebutuhan gizi setiap pasien. Pola makan pasien sebelum sakit pun diperhitungkan dalam pengaturan diet ini agar pola makan tidak terlalu menyimpang dari biasanya sehingga makanan dapat dengan mudah diterima oleh penderita. Selanjutnya setelah diberikan terapi ini pasien diperiksa lagi kandungan gula dalam darahnya. Sesuai hasil pemeriksaan kandungan gula dalam darah untuk 22 orang pasien, menunjukkan bahwa semua pasien mengalami penurunan gula darah sampai pada batas normal sebagaimana tercantum dalam tabel 8 lampiran 4.
Analisis terhadap data tersebut menghasilkan nilai rata-rata dan simpangan baku untuk setiap karakteristik fisik fisiologis seperti yang tercantum dalam tabel 4.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa simpangan deviasi untuk setiap karakteristik yag dimaksud bersifat relatif sama.
Tabel 4.1 : Karakteristik Fisik Fisiologis Subjek Penelitian.
Sd
Min
Max
Usia
49,32
6,45
31
60
Awal
262,68
32,50
217
330
Akhir
132,14
15,26
107
150
Range
131,14
27,50
100
180
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian, maka diperlukan harga atau skor hasil angket untuk variabel X, dapat dilihat dalam tabel 10 Lampiran 6 dan untuk variabel Y, dapat dilihat dalam tabel 11 Lampiran 6. Untuk itu skor yang telah ditemukan dan dijumlahkan untuk masing-masing responden diklasifikasikan sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian.
Sebagaimana penjelasan pada bab sebelumnya bahwa untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel dalam penelitian ini dipergunakan dua bentuk analisa regresi dan analisa korelasi. Analisis regresi digunakan untuk mengukur atau menentukan bentuk hubungan antara variabel asupan gizi dan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II. Adapun untuk analisis korelasi dipergunakan untuk mengukur derajat hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian.
4.1.1. Hasil Pengujian Normalitas Data.
Sebelum masuk pada analisis regresi dan korelasi untuk menguji tingkat keberartian variabel-variabel dalam penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan langkah pengujian normalitas data.
a. Uji Normalitas Variabel X.
Normalitas data merupakan asumsi statistik yang harus dipenuhi agar uji statisitik untuk hipotesis penelitian dapat digunakan. Untuk keperluan pengujian normalitas data ini dipergunakan teknik Liliefors. Adapun pengujiannya dapat dilihat dalam tabel 12 lampiran 7 dengan hasil sebagai berikut : L0 = 0,174. Dengan n = 22 dan taraf nyata = 0,05, dari daftar nilai uji Liliefors di dapat L = 0,190. Sehingga dapat diasumsikan bahwa atau 0,174 < 0,190, maka data untuk variabel X adalah berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Variabel Y
Berdasarkan perhitungan pada tabel 13 Lampiran 7 dengan menggunakan uji Liliefors menunjukkan bahwa data pada variabel Y berdistribusi normal sebab = 0,154 sedangkan untuk n = 22 dan taraf nyata = 0,05 adalah 0,190, maka .
4.1.2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi
Untuk analisis regresi digunakan rumus (Sudjana, 1984), sebagaimana tercantum dalam lampiran 8. Dari hasil perhitungan didapatkan a = -124,41 dan b= 3,94. Dengan demikian persamaan regresi dalam penelitian ini adalah . Dari persamaan regresi ini dapatlah diprediksikan bahwa persamaan diatas berbentuk linear dalam artian bahwa , jika pemberian asupan gizi tetap dilaksanakan dan tidak ditingkatkan maka tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II tetap pada taraf -124,41. Adapun b = 3,94 berarti bila pelaksanaan lebih dinaikkan 100 kali maka tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II akan naik sebesar 394 unit.
b. Uji Linearitas Regresi Linear
Untuk mengetahui linearitas dan keberartian persamaan regresi linear, digunakan uji F seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.2 : Analisis Varians (ANAVA) untuk Uji Kelinearan Regresi
Sumber Variasi
Dk
JK
KT
F
Total
22
394215
394215
-
Regresi (a)
Regresi (b│a)
Residu
1
1
20
378328
7230,81
8655,78
378328
7230,81
432,79
16,71
Tuna Cocok
Kekeliruan
8
12
4752,52
3903,26
325,27
594,065
1,83
Dari tabel diatas, diperoleh Fhitung untuk uji linearitas sebesar 1,83 dan uji keberartian sebesar 16,71. Untuk = 0,05 di dapat F(0,95),(8,12) = 2,85. Dari kriteria pengujian, Fhitung < Fdaftar (1,83 < 2,85) maka hipotesis Ho diterima dan menolak hipotesis HA, sehingga persamaan regresi yang diperoleh adalah linear.
Untuk F(0,95),(1,20) = 4,35, dari kriteria pengujian Fhitung > Fdaftar (16,71 > 4,35) maka hipotesis Ho ditolak dan menerima hipotesis HA, sehingga persamaan regresi linear tidak independen.
c. Analisis Korelasi.
Berdasarkan perhitungan korelasi dengan menggunakan rumus product moment seperti yang tercantum dalam lampiran 9, didapat harga r sebesar 0,675. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II sebesar 0,675 atau 67,5%. Besaran hubungan tersebut jika dimasukan dalam norma pengukuran maka termasuk pada hubungan korelasi tinggi dengan harga hubungan antara 0,600 sampai dengan 0,800.
d. Uji Keberartian Korelasi.
Selanjutnya, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,675 maka didapat koefisien determinasi (r2) sebesar 0,456. Setelah didapatkan nilai r2 langkah selanjutnya adalah, menentukan keberartian korelasi dengan menggunakan uji statistik yaitu uji t. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
Pada taraf nyata = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 20 diperoleh t(0,975)(20) = 2.09. Olehnya dapat dikatakan bahwa thitung = 4,09 lebih besar tdaftar = 2,09. Dengan demikian hipotesis Ho dalam penelitian ini ditolak dan menerima Hipotesis Alternatif (HA) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
4.2. Pembahasan
Umumnya penderita diabetes melitus tipe II yang berobat di rumah sakit Prof. Dr. Aloei Saboe periode Mei-Juli 2005, memiliki kadar glukosa yang tinggi dalam darahnya. Ini disebabkan oleh glukosa darah yang masuk kedalam sel kurang dari yang seharusnya, sehingga sel kekurangan glukosa. Di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini jika tidak cepat ditangani, akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai gangguan atau komplikasi.
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien-koefisien regresi linear sederhana dari data asupan gizi dengan tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II, diperoleh a = -124,41 dan b= 3,94. Dengan demikian, maka bentuk persamaan regresi linear sederhana yang diperoleh adalah . Dari hasil analisis varians menunjukkan bahwa persamaan ini linear. Dengan kata lain, model persamaan regresi linear diterima dan dapat digunakan untuk memprediksikan bahwa jika asupan gizi bertambah sebesar 1 (satu) unit maka tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II bertambah sebesar 3,94 satuan pada konstanta -124,41.
Telah diketahui, bahwa diabetes melitus tipe II tidak bisa sembuh total. .Dengan demikian menurut teori, tidak ada obat yang benar-benar dapat memulihkan kesehatan penderita diabetes melitus tipe II seperti keadaannya sebelum terserang penyakit tersebut. Oleh karena itu tujuan umum pengobatan pada diabetes melitus tipe II adalah meningkatkan kualitas hidup penderita. Untuk mencapai tujuan ini, menurut Tjokroprawiro (2004), pengobatan pada diabetes melitus tipe II dapat dilakukan dengan pengaturan makanan dengan memperhatikan kebutuhan gizi penderita untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala-gejala klinik dari penyakit ini. Pengaturan makanan atau terapi diet bagi penderita diabetes melitus tipe II dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara tingkat kesehatan optimal sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,675, dengan koefisien determinasi sebesar r2 = 0,456. Hasil ini menunjukkan bahwa konstribusi asupan gizi terhadap tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II adalah sebesar 45,6%. Sedangkan sisa sebesar 54,4% dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya antara lain :
a)Olah raga yang teratur
b)Minum obat yang dianjurkan dokter secara teratur.
Penderita diabetes melitus tipe II memerlukan perawatan di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan diet yang ketat. Hal ini selain berguna sebagai sarana penyuluhan agar penderita terbiasa dengan pola makan yang teratur, juga untuk memperbaiki kontrol metabolisme penderita. Setiap pasien harus mempunyai tekad yang kuat dan mendisiplinkan diri dalam mengatur pola makanan sehari-hari.
Dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari penderita harus memperhatikan menu makanan yang dianjurkan oleh dokter. Penderita disarankan dapat membuat atau merencanakan menu makannya sendiri, demi memperbaiki kualitas hidupnya.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji t (uji student) diperoleh maka hipotesis yang berbunyi "Terdapat Hubungan Yang Signifikan Antara Asupan Gizi Dengan Tingkat Kesembuhan Penderita Diabetes Melitus Tipe II" diterima pada taraf nyata = 0,05. Informasi ini mengartikan bahwa pemberian asupan gizi yang dilaksanakan secara teratur dapat memberikan konstribusi yang berarti bagi peningkatan kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II.
Menurut Pranadji dkk (1995) bahwa pengaturan menu makanan sangat penting untuk penderita diabetes melitus tipe II agar penyakitnya tidak kambuh, dengan mempertimbangkan jumlah kalori, jumlah gizinya atau kandungan gizinya, sebagaimana yang tercantum dalam lampiran 2.
Pengaturan asupan gizi untuk penderita diabetes melitus tipe II harus memperhatikan syarat penyusunan menu yang sesuai untuk jenis penyakit ini. Ada beberapa syarat pemberian makanan yang harus mencakup kandungan gizinya antara lain :
b)Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan, aktifitas fisik dan proses pertumbuhan.
c)Karbohidrat diberikan sejumlah 60-70% dari total konsumsi; jenis karbohidrat kompleks/makanan yang berserat.
d)Protein, digunakan yang bernilai biologi tinggi/nilai cernanya tinggi.
e)Lemak jenuh dan kolesterol tidak dikonsumsi
f.Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan.
Berdasarkan uraian teoritis, analisa data dan pembahasan serta mengacu pada permasalahan dan tujuan penelitian , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.Pada diabetes melitus tipe II, pengaturan dan penatalaksanaan asupan zat gizi (makanan) merupakan syarat utama untuk memperbaiki kesehatan umum penderita dan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran normal.
2.Pengaturan asupan gizi memberikan kontribusi sebesar 45,6% terhadap tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II, sedangkan 54,4% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain, seperti ; olah raga yang teratur, minum obat yang dianjurkan dokter secara teratur.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitan yang diperoleh, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1.Untuk penderita diabetes melitus tipe II, harus menyesuaikan hidupnya dengan berbagai keadaan akibat penyakitnya, sehingga untuk kesembuhan perlu ditekankan terhadap penderita mengenai cara-cara mengatur makanannya, diantaranya adalah dengan mengurangi konsumsi makanan yang berasal dari karbohidrat dan memperbanyak mengkonsumsi makanan yang berserat.
2.Untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti masalah diabetes melitus tipe II ini, bisa mengembangkan penelitiannya dengan mengangkat gejala khas diabetes melitus tipe II yang lainnya (disamping hiperglikemia dengan menggunakan sampel darah) misalnya dengan menggunakan sampel urin (glukosuria) atau dengan meneliti gejala-gejala lain seperti: poliuria, polidipsia, polifagia.
DAFTAR PUSTAKA
Aman. 2004. Setiap Bulan ada Kasus Diabetes Melitus Pada Anak. Jakarta: Mitra Media Prima.
Beck E. 2004. Serba Serbi Kesehatan. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 27 Januari 2005.
Echoln Erik P. 1995. Masalah Kesehatan. Jakarta: Gramedia
Ganong. 1998. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku kedokteran
Lehninger. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: Erlangga
.
Marsetyo dan Kartasapoetra. 1995. Ilmu Gizi. Jakarta: Rineka Cipta
Moehji S. 1992. Ilmu gizi. Jakarta: Bhratara
Moehji S. 1988. Ilmu Pengaturan Makanan Diit Untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta: Gramedia
Pranadji, Martianto Dan Subandrio. 1995. Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: penebar swadaya.
Robins dan Kumar. 1995. Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran.
Sediavetama. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.
Soedjana. 1996. Tekhnik Analisis Regresi Dan Korelasi Bagi Peneliti. Bandung: Tarsito
Sugiyono, 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta .
Tjokroaminoto. 1996. Diabetes Melitus (Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi). Jakarta: Gramedia
Toha, 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekuler Bandung: Alfabeta.
Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Woodley dan Whelan. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta: Andi Ofset.
Lampiran I : Angket
LEMBAR ANGKET BUAT PASIEN
A. Kata Pengantar
Angket ini ditujukan kepada Bapak dan Ibu pasien dengan harapan kiranya dapat diisi berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam penyelesaian angket ini dimohon Bapak dan Ibu untuk mengisi dengan sejujurnya. Karena kerahasiaan isian angket ini dijamin oleh peneliti.
Kesediaan Bapak dan Ibu dalam memberikan informasi yang sebenarnya merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi peneliti.
Atas kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
B. Petunjuk Umum
1.Bacalah secara seksama setiap pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap benar.
3.Jawablah setiap pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang (x) pada jawaban.
4.Usahakan jangan sampai ada pertanyaan yang tidak terjawab.
C.Pertanyaan Khusus
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
1.Pernahkah anda menderita penyakit selain Diabetes melitus ?
a.Ya
b.Tidak
2.Apakah Ayah/Ibu anda pernah mengalami penyakit Diabetes melitus ?
a.Ya
b.Tidak
3.Selain Ayah/Ibu, apakah ada keluarga anda menderita Diabetes melitus ?
a.Ya
b.Tidak
7.Pertanyaan Umum
1.Dalam sehari, berapa kali anda makan ?
a.3 kali
b.4 kali
c.2 kali
2.Apakah anda makan dalam sehari menggunakan interval waktu 3 jam meliputi 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan.
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
3.Apakah jumlah menu yang anda makan saat ini berbeda sebelum anda sakit ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
4.Pilihlah makanan dibawah ini sebagai bahan makanan pengganti nasi yang paling anda sukai.
a.Roti, ubi rebus dan jagung rebus.
b.Tempe, tahu dan kacang ijo.
c.Pisang, pepaya dan semangka
5.Apakah selama dalam perawatan dokter anda menghindari makanan yang mengandung gula misalnya gula pasir, gula madu, gula merah, susu kental, permen dan kue-kue manis.
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
6.Dalam menjalani perawatan dokter, apakah anda rutin minum obat ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
7.Apakah selama anda sakit, pernah melakukan olah raga ?
a.Ya
b.Jarang
c.Tidak
8.Apakah anda pernah mengalami gejala seperti buang air (kencing), sering lapar dan sering haus ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c Tidak
9.Apakah anda makan sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah ditentukan dalam daftar diet ?.
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
10.Makanan mana yang dianjurkan untuk anda konsumsi setiap hari ?
a.Seimbang
b.Manis
c.Pahit
11.Apakah gejala yang anda rasakan, sering dikonsultasikan dengan dokter ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
12.Apakah dalam mengkonsumsi makanan anda mengikuti pola makan yang dianjurkan ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
13.Pilihlah jenis buah dibawah ini yang sering anda konsumsi
a.Semangka, apel, pisang, alpukat, pepaya dan kedondong.
b.Mangga, durian, rambutan, jambu bol dan jambu air
c.Sawo, anggur, duku dan belimbing.
14.Dalam mengkonsumsi buah-buahan biasanya anda mengkonsumsi buah yang .............
a.Segar
b.Diawetkan
c.Dimasak
15.Apakah setiap hari anda makan buah-buahan segar ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
16.Apakah menu yang dimakan pada siang hari sama dengan menu yang dimakan pada malam hari ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
17.Apakah dalam sehari anda mengkonsumsi menu yang terdiri dari makan pagi, makan siang, makan selingan dan makan malam ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
18.Menu yang anda makan setiap hari terdiri dari ........
a.Nasi + ikan + sayur + buah
b.Nasi + ikan + sayur + susu
c.Nasi + ikan + sayur + buah + susu
19.Apakah anda menghabiskan jumlah makanan yang diberikan ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
20.Manakah jenis sayur di bawah ini yang anda konsumsi ?
a.Kangkung, mentimun, kol, taoge dan selada
b.Lobak, daun labu, bayam dan buncis
c.Daun singkong, kacang panjang, nangka dan wortel
21.Apakah setiap hari anda mengkonsumsi makanan berupa nasi ?
a.Ya
b.Kadang-kadang
c.Tidak
22.Pada siang hari anda mengkonsumsi makanan berupa ..............
a.Nasi + Lauk + Sayur + Buah
b.Nasi + Lauk + Sayur
c.Nasi + Lauk + Buah
23.Manakah minuman yang sering anda konsumsi setiap hari ?
a.Air putih
b.Teh manis
c.Susu kental
Lampiran 2 : Pengaturan menu pada Diabetes melitus Tipe II
Tabel 1 : Menu pada Diabetes melitus Tipe II Jenis B dengan 1100 kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat
(g)
Energi
(kal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pagi
Roti isi omelet
Roti,
margarin,
telur,
selada daun,
tomat
56
5
25
10
15
138,8
36
40,5
1,5
10
4,48
0,03
3,2
0,1
0,5
0,67
4,05
2,8
0,02
0,15
Snack
Talam hunkwe
-Tepung hunkwe,
santan,
cokelat
40
10
5
138
12,2
14,9
4,8
0,2
0,4
0,6
1
1,2
Siang
-Bubur beras
-Tahu umbu
Kare
-Tumis tauge +
Wortel
-Pisang
Ambon
-Beras
-Tahu,
Santan
-Taoge,
wortel,
minyak
Pisang ambon
28
25
10
50
50
5
100
100,8
17
12,2
11,5
21
43,5
99
1,9
1,95
0,2
1,45
0,6
0
1,2
0,19
1,15
1
0,1
1,15
4,9
0,2
Snack
-Crackers
Crackers
40
91,1
1,3
0
Malam
-Bubur beras
-Perkedel tahu
-Sayurbayam +
wortel
-Pisang ambon
Beras,
Tahu,
telur
Bayam,
wortel
Pisang ambon
28
25
10
50
50
100
100,8
17
16,2
18
17,5
99
1,9
1,95
1,28
1,75
1,2
1,2
0,10
1,15
1,5
0,25
0,1
0,2
Jumlah total
1.056,5
31,59
22,48
Tabel 2 : Menu pada Diabetes melitus Tipe II Jenis B dengan 1300 kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat
(g)
Energi
(kal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pagi
Hamburger
Tempe
Roti,
Tempe,
Telur,
Tomat,
Mentimun,
Daun Selada
40
20
10
5
5
5
99
30
16
1
1
1
3,2
3,7
1,3
0,1
0,04
0,1
0,5
0,8
1,2
0,01
0,01
0,01
Snack
Risoles
Risoles
40
134
2,1
1,4
Siang
-Bubur beras
-Daging bumbu
Balado
-Sayur menir
-Semangka
-Beras
-Daging,
Minyak kelapa
- Bayam
- Semangka
150
25
1,5
100
150
144
52
13
36
42
2,7
4,7
0,02
3,5
0,8
0,3
3,5
1,5
0,5
0,3
Snack
-Pilus
Pilus
50
257
0,5
13,9
Malam
-Bubur beras
-Loaf daging
-Sup sayuran
-Pisang ambon
-Beras
-Daging
-Wortel,
- kol,
- Kembang kol,
- Buncis,
- Kentang
- Pisang ambon
150
25
40
10
10
30
10
125
144
52
17
2
3
11
8
124
2,7
4,7
0,5
0,14
0,24
0,7
0,2
1,5
0,3
3,5
0,12
0,02
0,02
0,1
0,01
0,3
Snack
Kentang rebus
Kentang
150
125
3
0,2
Jumlah total
1.312
36,44
28,5
Tabel 3 : Menu pada Diabetes melitus Tipe II Jenis B dengan 1500 kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat
(g)
Energi
(kal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pagi
Roti
Telur dadar
Roti,
Telur,
Minyak
margarin,
80
30
5
3,5
198
49
44
25
6,4
3,8
0,1
0,02
0,96
3,5
4,9
2,8
Snack
Pisang ambon
Pisang ambon
150
149
1,8
0,3
Siang
-Nasi putih
-Daging ungkep
-Tempe saus
bolognes
-Cah jagung
muda + Wortel
-Pisang Ambon
-Beras
-Daging sapi,
-Tempe,
Margarin
-Jagung Muda,
wortel,
Minyak kelapa
- Pisang ambon
60
25
25
2,5
25
25
4
150
214
52
37
18
32
11
35
149
2,5
4,7
4,6
0,02
1,0
0,3
0,04
1,8
0,12
3,5
1
2,0
0,3
0,1
3,9
0,3
Snack
-Biskuit
Biskuit
20
92
1,4
2,9
Malam
-Kentang
ongklok
-Tim tahu telur
-Gulai daun
Singkong
-Apel
Kentang
Margarin
Tahu
Telur
-Daun singkong,
Santan,
Minyak
Apel
150
5
20
30
50
50
3,5
75
125
36
14
49
37
61
30
44
3
0,03
1,6
3,8
3,4
1
0,04
0,2
0,2
4,1
0,9
3,5
0,6
5
3,4
0,3
Jumlah total
1.501
41,55
44,58
Tabel 4 : Menu pada Diabetes melitus Tipe II Jenis B dengan 1700 kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat
(g)
Energi
(kal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pagi
-Nasi putih
-Semur daging
Ayam
-Gadon tempe
-Cah sayuran
-Beras
-Daging ayam,
-Tempe,
-wortel,
Kembang kol,
Minyak
45
25
25
100
25
5
160,2
51,75
37,25
42
12,5
43,5
1,89
4,7
4,6
1,2
1,2
0,05
0,09
3,5
1
0,3
0,1
4,9
Snack
Pisang ambon
Pisang ambon
150
148,5
1,8
0,3
Siang
-Nasi putih
-Daging cincang
bumbu bali
-Sayur asem
-Beras
-Daging sapi
-Daun melinjo,
Kacang panjang,
Pepay muda,
Minyak
65
40
50
50
50
7,5
231,4
82,8
49,5
22
13
65,25
2,73
7,52
2,5
1,35
1,05
0,07
0,13
5,6
0,6
0,2
0,05
7,3
Snack
Kentang rebus
Kentang
175
145,45
3,5
0,2
Malam
Snack
-Nasi puth
-Ikan bumbu
Tomat
-Sayur bening
Pisang rebus
-Beras
Ikan,
Minyak.
-Bayam,
Jagung muda,
Rebung.
-Pisang siam
65
25
7,5
50
50
50
75
231,4
25,75
65,25
18
70
13,5
201
2,73
5,5
0,07
1,75
2,4
0,3
3,22
0,3
0,2
7,3
0,2
0,6
0,15
9,4
Jumlah total
1.730
50,13
42,42
Tabel 5 : Menu pada Diabetes melitus Tipe II Jenis B dengan 1900 kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat
(g)
Energi
(kal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pagi
-Nasi putih
-Hati goreng
-Sup sawi +
Wortel + tahu
- Pepaya
-Beras
-Hati sapi,
-Sawi
wortel,
Tahu,
Minyak
Pepaya
50
25
50
100
50
7,5
100
178
34
11
42
24
65,25
46
2,1
4,93
1,15
1,2
3,9
0,8
0,5
0,1
0,8
0,15
0,1
2,3
7,35
0
Snack
Pastel
Pastel
45
100
2,6
7,7
Siang
-Nasi putih
-Ayam bumbu
tomat
-Cah jagung
Muda +
kembang kol +
jamur
Pisang
-Beras
-Ayam,
Jagung muda,
Kembang kol,
Jamur
-Pisang ambon
70
40
100
50
25
100
249,2
120,8
140
12,5
3,75
173,25
2,94
7,28
4,7
1,2
0,95
2,1
0,14
10,6
1,3
0,1
0,15
0,35
Snack
Martabak telur
-Martabak telur
50
100
4,45
2,55
Malam
-Nasi puth
-Semur telur
-Cah kangkung + jagung
Apel
-Beras
-Telur,
Kecap.
-Kangkung,
Minyak goreng,
Jagung muda.
Apel
70
60
25
50
7,5
100
100
249,2
97,2
11,5
14,5
65,25
140
58
2,94
7,7
1,43
1,5
0,03
4,7
0,3
0,14
6,9
0,15
0,3
7,35
1,3
0,4
Jumlah total
1.935,4
58,95
50,23
Tabel 6 : Menu pada Diabetes melitus Tipe II Jenis B dengan 2100 kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat
(g)
Energi
(kal)
Protein
(g)
Lemak
(g)
Pagi
-Nasi putih
-Sup bola tahu
-Ikan goreng
-Beras
Tahu,
Wortel
Taoge
-Ikan segar,
Minyak
55
25
100
25
40
5
195,8
17
42
5,75
65,0
43,5
2,3
1,9
1,2
0,72
5,5
0,05
0,11
0,15
0,3
0,05
0,2
4,9
Snack
Getuk lindri
-Singkong,
-Kelapa muda
150
50
219
34
1,8
0,5
0,4
0,4
Siang
-Nasi putih
-Sayur Lodeh
-Semur daging
cincang
-Beras
-Kacang panjang,
Buncis,
Kubis,
Santan
-Daging sapi,
Kecap,
Minyak
75
50
50
25
50
40
10
10
267
22
35
6
61
82
4,6
87
3,2
1,35
2,4
0,35
1
7,52
0,57
0,1
0,2
0,2
0,2
0,05
5
5,6
0,1
9,8
Snack
Purl kentang
Pisang ambon
Kentang
Pisang Ambon
200
100
106
198
4
2,4
0,2
0,4
Malam
-Nasi puth
-Sup bayam +
kembang Kol
-Telur bumbu
Tomat
-Tahu goreng
-Beras
-Bayam,
Kembang kol.
-Telur,
Tomat
-Minyak,
Tahu
75
100
25
50
20
10
25
267
36
12,5
81
4
87
17
3,2
3,5
1,2
6,4
0,2
0,1
1,9
0,2
0,5
0,1
5,7
0,06
9,8
1,9
Snack
-biskuit
-Apel
-Biskuit
-Apel
40
75
14
43,5
0,32
0,22
0,4
0,3
Jumlah total
2.022,65
53,9
47,22
(Pranadji dkk, 1995)
Lampiran 3 : Data Angket Asupan Gizi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
Tabel 7 :Data Angket Asupan Gizi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
RESP.
SKOR SETIAP ITEM SOAL
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Total
Kuadrat
1
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
50
2500
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
60
3600
3
3
2
3
2
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
54
2916
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
64
4096
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
2
64
4096
6
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
68
4624
7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
68
4624
8
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
68
4624
9
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
67
4489
10
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
65
4225
11
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
66
4356
12
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
63
3969
13
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
66
4356
14
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
63
3969
15
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
69
4761
16
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
69
4761
17
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
66
4356
18
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
66
4356
19
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
65
4225
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
2
2
64
4096
21
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
67
4489
22
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
69
4761
X
63
64
64
60
62
64
62
59
61
64
64
64
64
61
63
61
59
59
62
61
61
60
59
1421
92249
X2
124
125
126
118
122
125
122
116
120
126
125
125
126
120
124
120
116
116
122
120
120
118
116
XY
246
248
249
234
242
248
242
229
237
249
248
248
249
237
246
237
229
229
241
237
237
233
229
Penjelasan Lampiran 3
Pengujian validitas menggunakan rumus product moment sebagai berikut :
Dengan mempergunakan rumus ini maka koefisien korelasi untuk masing -masing butir soal adalah :
(1). Butir soal nomor 1
r = 0,598
(2). Butir soal nomor 2
r = 0,522
(3). Butir soal nomor 3
r = 0,556
Dengan menggunakan alat bantu hitung kalkulator Casio fx 3600P maka didapatkan hasil validitas setiap butir soal selengkapnya adalah sebagai berikut :
Lampiran 4 : Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II
Tabel 8 :Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II
No.
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Umur
Pemeriksaan Kandungan
Gula Darah
Bulan Mei-Juli 2005
Ket.
Awal
Akhir
Range
1.
TD
LK
49
221
121
100
Sembuh
2.
AB
LK
50
250
150
100
Sembuh
3.
SH
Pr
47
240
140
100
Sembuh
4.
SW
Pr
47
224
119
105
Sembuh
5.
IT
Pr
58
273
150
123
Sembuh
6.
RB
Pr
47
267
124
143
Sembuh
7.
HS
Pr
48
326
150
176
Sembuh
8.
SA
Pr
48
280
149
139
Sembuh
9.
HA
LK
50
282
110
172
Sembuh
10.
DR
Pr
48
241
121
120
Sembuh
11.
HL
Pr
57
300
150
150
Sembuh
12.
NM
Pr
50
261
148
113
Sembuh
13.
US
Pr
36
237
126
111
Sembuh
14.
YL
LK
53
252
150
102
Sembuh
15.
RM
Pr
50
280
118
162
Sembuh
16.
IA
LK
49
330
150
180
Sembuh
17.
YT
Pr
31
288
126
162
Sembuh
18.
AM
Pr
53
250
120
130
Sembuh
19.
HR
Pr
52
218
123
100
Sembuh
20.
FD
Pr
46
217
107
110
Sembuh
21.
MI
Pr
56
249
117
132
Sembuh
22.
LL
Pr
60
293
138
155
Sembuh
Lampiran 5 : Validitas Angket
Tabel 9 : Data Uji Validitas Angket ( Variabel X)
Butir Soal
Koefisien Korelasi
Status Validitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
0,598
0,522
0,556
0,611
0,445
0,522
0,471
0,491
0,589
0,556
0,522
0,522
0,488
0,494
0,454
0,612
0,597
0,555
0,445
0,565
0,541
0,500
0,470
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari 23 butir soal yang diuji cobakan semuanya valid dan selanjutnya digunakan untuk pengumpulan data.
Langkah selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas instrumen mempergunakan rumus Alpha sebagai berikut :
(Arikunto, 1987 :165)
dengan (Varians butir soal)
(Varians total)
Dengan menggunakan rumus varians butir soal, didapat :
(1). Butir soal nomor 1
= 0.118
(2). Butir soal nomor 2
= 0,083
(3). Butir soal nomor 3
= 0,083
Selanjutnya dengan mempergunakan alat bantu kalkulator fx 3600P maka untuk soal berikutnya di dapatkan harga sebagai berikut :
Jumlah varians seluruh butir soal dan untuk varians total adalah :
Dengan menggunakan rumus Alpha, maka diperoleh :
Berdasarkan hasil perhitungan realibilitas instrumen diatas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen asupan gizi memiliki realiabilitas tinggi dan layak digunakan sebagai instrumen pengumpul data.
Lampiran 6 : Variabel X dan Y
Tabel 10 : Data Variabel X
No
X
X2
1
50
2500
2
54
2916
3
60
3600
4
63
3969
5
63
3969
6
64
4096
7
64
4096
8
64
4096
9
65
4225
10
65
4225
11
66
4356
12
66
4356
13
66
4356
14
66
4356
15
67
4489
16
67
4489
17
68
4624
18
68
4624
19
68
4624
20
69
4761
21
69
4761
22
69
4761
1421
92249
Tabel 11 : Data Variabel Y
No
Y
Y2
1
100
10000
2
100
10000
3
100
10000
4
100
10000
5
102
10404
6
105
11025
7
110
12100
9
111
12321
10
113
12769
8
120
14400
12
123
15129
13
130
16900
14
132
17424
15
139
19321
16
143
20449
11
150
22500
17
155
24025
18
162
26244
19
162
26244
20
172
29584
21
176
30976
22
180
32400
2885
394215
Lampiran 7 : Uji Normalitas Data Variabel X dan Y
a. Uji Normalitas Variabel X
1. Mencari nilai rata-rata
Dengan memasukkannya pada rumus :
2.Mencari nilai standar deviasi dengan menggunakan rumus :
s = 4,71
Dengan demikian maka didapatkan harga-harga sebagai berikut :
(1). Jumlah data (n) = 22
2). Rata-rata data (x) = 64,59
3). Standar deviasi (s) = 4,71
Dari data-data di atas, maka untuk variabel asupan gizi diperoleh data sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 12 : Uji Normalitas variabel X (uji Liliefors)
No
Xi
zi
F(zi)
S(zi)
F(zi) – S(zi)
1
50
-3.10
0.001
0.045
0.044
2
54
-2.25
0.0122
0.091
0.079
3
60
-0.97
0.166
0.136
-0.030
4
63
-0.34
0.3669
0.227
-0.140
5
63
-0.34
0.3669
0.227
-0.140
6
64
-0.13
0.4483
0.364
-0.085
7
64
-0.13
0.4483
0.364
-0.085
8
64
-0.13
0.4483
0.364
-0.085
9
65
0.09
0.5359
0.455
-0.081
10
65
0.09
0.5359
0.455
-0.081
11
66
0.30
0.6179
0.636
0.018
12
66
0.30
0.6179
0.636
0.018
13
66
0.30
0.6179
0.636
0.018
14
66
0.30
0.6179
0.636
0.018
15
67
0.51
0.695
0.727
0.032
16
67
0.51
0.695
0.727
0.032
17
68
0.72
0.7642
0.864
0.099
18
68
0.72
0.7642
0.864
0.099
19
68
0.72
0.7642
0.864
0.099
20
69
0.94
0.8264
1
0.174
21
69
0.94
0.8264
1
0.174
22
69
0.94
0.8264
1
0.174
Dari tabel diatas didapat L0 = 0,174. Dengan n = 22 dan taraf nyata = 0,05, dari daftar nilai uji liliefors didapat L = 0,190. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa atau 0,174 < 0,190, maka data untuk variabel X adalah berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Variabel Y
1.Mencari nilai rata-rata
Dengan memasukkannya pada rumus :
2.Mencari nilai standar deviasi dengan menggunakan rumus :
s = 27,50
Dari data-data di atas, maka untuk variabel tingkat kesembuhan penderita diabetes melitus tipe II diperoleh data sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 13 : Uji Normalitas variabel Y (uji Liliefors)
No
Yi
zi
F(zi)
S(zi)
F(zi) – S(zi)
1
100
-1.13
0.1292
0.1818
-0.0526
2
100
-1.13
0.1292
0.1818
-0.0526
3
100
-1.13
0.1292
0.1818
-0.0526
4
100
-1.13
0.1292
0.1818
-0.0526
5
102
-1.06
0.1446
0.2273
-0.0827
6
105
-0.95
0.1711
0.2727
-0.1016
7
110
-0.77
0.2206
0.3182
-0.0976
8
111
-0.73
0.2327
0.3636
-0.1309
9
113
-0.66
0.2546
0.4091
-0.1545
10
120
-0.41
0.3409
0.4545
-0.1136
11
123
-0.30
0.3821
0.5000
-0.1179
12
130
-0.04
0.4840
0.5455
-0.0615
13
132
0.03
0.5120
0.5909
-0.0789
14
139
0.29
0.6141
0.6364
-0.0223
15
143
0.43
0.6664
0.6818
-0.0154
16
150
0.69
0.7549
0.7273
0.0276
17
155
0.87
0.8078
0.7727
0.0351
18
162
1.12
0.8686
0.8636
0.0050
19
162
1.12
0.8686
0.8636
0.0050
20
172
1.49
0.9319
0.9091
0.0228
21
176
1.63
0.9484
0.9545
-0.0061
22
180
1.78
0.9625
1
-0.0375
Dari tabel diatas didapat L0 = 0,154. Dengan n = 22 dan taraf nyata = 0,05, dari daftar nilai uji liliefors didapat L = 0,190. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa atau 0,154 < 0,190, maka data untuk variabel Y adalah berdistribusi normal.
Lampiran 8 :Persamaan Regresi Linier sederhana dan Uji Kelinieran Regresi
a. Persamaan Regresi Linear Sederhana
Untuk analisis regresi digunakan (Sudjana, 1984 :279) dimana a dan b adalah parameter-parameter regresi yang dapat dicari melalui rumus :
a = - 124,41
dan
b = 3,94
Dengan demikian, persamaan regresi linear dalam penelitian ini adalah .
b. Uji Kelinearan Regresi
JK(b׀ a) = b
JK(b׀ a) = 3,94
JK(b׀ a) = 3,94 x 1835,23
JK(b׀ a) = 7230,81
JKres = JK(b│a)
JKres = 394215 - - 7230,81
JKres = 34215 - 378328,41- 7230,81
JKres = 8655,78
s2reg = JK(b│a) = 7230,81
s2res = JKres / n – 2
s2res = 8655,78 /22
s2res = 8655,78 /20
s2res = 432,79
JK (E) = + + + + + + +
++
JK(E) = 0 + 0 + 0 + 60,5 + 172,67 + 200 + 1512,75 + 800 + 824,67 + 332,67
JK(E) = 3903,26
JK(TC) = JKres – JK(E)
JK(TC) = 8655,78 – 3903,26
JK(TC) = 4752,52
S2TC = JK(TC) / k – 2
S2TC = 4752,52 / 10-2
S2TC = 594,065
S2e = JK(E) / n – k
S2e = 3903,26 / 22-10
S2e = 325,27
Tabel 14 : Analisis Varians untuk Uji Kelinearan Regresi
Sumber Variasi
Dk
JK
KT
F
Total
22
394215
394215
-
Regresi (a)
Regresi (b│a)
Residu
1
1
20
378328
7230,81
8655,78
378328
7230,81
432,79
16,71
Tuna Cocok
Kekeliruan
8
12
4752,52
3903,26
325,27
594,065
1,83
Dari tabel diatas, diperoleh Fhitung untuk uji linearitas sebesar 1,83 dan uji keberartian sebesar 16,71. Untuk = 0,05 di dapat F(0,95),(8,12) = 2,85. Dari kriteria pengujian, Fhitung < Fdaftar (1,83 < 2,85) maka hipotesis Ho diterima dan menolak hipotesis HA, sehingga persamaan regresi yang diperoleh adalah linear.
Untuk F(0,95),(1,20) = 4,35, dari kriteria pengujian Fhitung > Fdaftar (16,71 > 4,35) maka hipotesis Ho ditolak dan menerima hipotesis HA, sehingga persamaan regresi linear tidak independen.
Lampiran 9 : Uji Korelasional dan Uji Keberartian Korelasinal
a. Uji Korelasional
Dengan menggunakan rumus product moment maka diperoleh :
b. Uji Keberartian Korelasioanal
Dengan menggunakan uji t (uji ditrubusi Student) maka diperoleh :
Pada taraf nyata = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 20 diperoleh t(0,975)(20) = 2.09. Olehnya dapat dikatakan bahwa thitung = 4,09 lebih besar tdaftar = 2,09 maka dengan demikian hipotesis Ho dalam penelitian ini ditolak dan menerima Hipotesis Alternatif (HA).
Lampiran 10 : Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors
Ukuran
Sampel
Taraf Nyata (α)
0,01
0,05
0,10
0,15
0,20
n = 4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
25
30
n > 30
0,417
0,405
0,364
0,348
0,331
0,311
0,294
0,284
0,275
0,268
0,261
0,257
0,250
0,245
0,239
0,235
0,231
0,200
0,187
0,381
0,337
0,319
0,300
0,285
0,271
0,258
0,249
0,242
0,234
0,227
0,220
0,213
0,206
0,200
0,195
0,190
0,173
0,161
0,352
0,315
0,294
0,276
0,261
0,249
0,239
0,230
0,223
0,214
0,207
0,201
0,195
0,289
0,184
0,179
0,174
0,158
0,144
0,319
0,299
0,277
0,258
0,244
0,233
0,224
0,217
0,212
0,202
0,194
0,187
0,182
0,177
0,173
0,169
0,166
0,147
0,136
0,300
0,285
0,265
0,247
0,233
0,223
0,215
0,206
0,199
0,190
0,183
0,177
0,173
0,169
0,166
0,163
0,160
01,42
0,131
Lampiran 11: Daftar F
Lampiran 12 : Daftar G
Lampiran 13 : Daftar H
Lampiran 14 : Daftar I
Lampiran 15 : Surat Tugas Penelitian
Lampiran 16 : Rekomendasi
CURRICULUM VITAE
Salima V. Gobel, Putri pasangan Pede Datunsolang dan Ganggai V. Gobel, di lahirkan di Desa Lolak, Kec. Lolak, Kab. Bolaang-Mongondow pada tanggal 3 Desember 1979.
Pendidikan formal yang pernah penulis ikuti yakni :SD Negeri 3 Lolak tahun 1987-1992, SLTP Negeri I Lolak tahun 1992-1994, Madrasah An-Nur Lolak tahun 1995-1997, Madrasah Aliyah Negeri 1 Kotamobagu tahun 1998-2000. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan formalnya di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan MIPA (Sekarang FMIPA), IKIP Negeri Gorontalo (sekarang UNG) Pada tahun akademik 2000/2001.
Penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, baik akademis maupun non akademis, sebagai peserta maupun panitia.
0 komentar:
Posting Komentar