Setiap kali seorang mahasiswa menginjak dunia organisasi, dia akan disuguhi dengan persepsi mengenai beberapa kriteria mahasiswa. Pertama, mahasiswa akademis. Kedua, mahasiswa aktivis. Ketiga, mahasiswa hore. Keempat, mahasiswa ideal.
Mahasiswa akademis menjalani hari-harinya sebagaimana seharusnya dia berada dikampus. Yakni kuliah, mengerjakan tugas, dan pulang.
Mahasiswa aktivis merupakan kebalikan dari mahasiswa akademis. Dia dikampus bergabung dengan organisasi kampus ataupun organ luar. Ya pokoknya segala aktivitas diluar kampus dia akan ikut. Menurut saya aktivis itu juga masih terbagi menjadi dua. Yaitu aktivis akademis dan aktivis sosial. Jika aktivis akademis membuat kegiatan-kegiatan yang selalu berhubungan dengan jurusan yang dia ambil, aktivis sosial lebih mengarah pada isu-isu masyarakat, yang erat kaitannya dengan masyarakat luas.
Mahasiswa hore selalu update berita terutama soal trendsetter. Cara berpakaian, pergaulan, dia selalu bisa dibilang mahasiswa gaul. Dia tidak benar-benar duduk manis saat kuliah, atau selalu mencontek ketika mengerjakan tugas. Dan dia juga tidak peduli dengan organisasi kampus ataupun luar.
Mahasiswa ideal mampu menjalani semua kriteria diatas. Dimana dia mampu kuliah sebagaimana mahasiswa akademis, bersosialisasi seperti mahasiswa aktivis, dan up to date seperti mahasiswa hore.
Yang sering menjadi masalah adalah ketika saya menjadi aktivis dan disamping itu ada tujuan awal kuliah, yang tidak lain adalah bisa dibilang mengejar nilai. Bisa dibayangkan betapa repotnya ketika kita harus kuliah, namun ternyata ada agenda rapat atau persiapan untuk kegiatan. Sebagai aktivis yang baik, tentu kita mempunyai tanggung jawab menurt job description-nya masing-masing. Apalagi ketika kita tidak hanya tergabung dalam satu organ, akan tetapi beberapa organ kampus dan organ luar. Apakah satu hari 24 jam itu cukup??
Setelah saya amati, memang sudah menjadi budaya ketika mahasiswa aktivis bisa menjadi mapala (mahasiswa paling lama) dan banyak nilai yang jeblok. Tetapi, kampus juga harus berterimakasih kepada mereka, karena tanpa mereka mahasiswa juga tidak akan mempunyai wadah untuk mengembangkan diri dan memajukan kampus. Sedangkan mahasiswa akademis menjadi orang terculun dan selalu dijadikan bahan olok-olokan mahasiswa aktivis, karena mereka bisa dibilang hanya mengincar nilai.
Nah, sebenernya yang menarik perhatian saya adalah dikotomi antara aktivis dan akademis. Tidak perlu menjadi mahasiswa ideal dulu untuk menyatukan keduanya. Karena ideal itu ada disebabkan ketidakidealan. Bagaimana seharusnya mahasiswa akademis tidak terlalu culun untuk mengenal organisasi? Bagaimana seharusnya mahasiswa aktivis mampu menjalankan mandat orang tua ketika harus kuliah?
Memang semua hal sudah ada bagiannya masing-masing. Namun apa salahnya jika saya adalah mahasiswa akademis sekaligus mahasiswa aktivis? Apakah saya salah? Tentu saja tidak. Dikotomi tidak hanya terjadi antara mahasiswa aktivis maupun akademis. Tetapi antara ilmu pengetahuan dan agama pun terjadi dikotomi.
Yang jadi pertanyaan, bagaimana solusinya? Saya sebagai mahasiswa aktivis yang mencoba sekaligus menjadi mahasiswa akademis, tidak ada salahnya jika kita membuat kegiatan-kegiatan yang mendukung kuliah kita. Seperti ditempat saya ada Computer Club, karena saya tergabung dalam mahasiswa Teknik Informatika. Computer Club baru berdiri dua tahun ini. Diharapkan memang untuk mahasiswa TI bisa mandiri belajar hal-hal yang berkaitan dengan TI namun tidak dibahas dalam perkuliahan ataupun yang mendukung perkuliahan. Menurut saya ini merupakan jalan tengah ketika saya harus akademis dan ingin menjadi aktivis. Disini saya belajar berorganisasi, bekerjasama dengan tim, dan membagi waktu antara kuliah dan berorganisasi.
Jadi, selain saya mendapat pengetahuan yang lebih luas mengenai bidang saya sendiri, saya juga mendapat bonus tentang keorganisasian dan tentu saja berimbas pada skill serta jaringan sosial kita untuk kemudian setelah wisuda diharapkan mendapat pekerjaan yang mapan sesuai dengan bidang kita sendiri.. Allahumma Amin..
http://klikwebcenter.com/v2/content/aktivis-vs-akademis
0 komentar:
Posting Komentar