Rabu, 14 Juli 2010

Pemisahan Pada Kromatografi Kolom

Saat ini kromatografi yang melibatkan kolom (tempat terdapatnya fase diam) seperti kromatografi cair kinerja tinggi dan kromatografi gas uigunakan secara lebih luas dibanding dengan kromatografi planar
Untuk pemisahan campuran-campuran dalam kolom, solut-solut dicirikan dengan waktu retensi (t) dan faktor retensi (nilai k) (dulunya disebut dengan faktor kapasitas)2 yang berbanding lurus dengan nilai D. Waktu retensi merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan solut untuk melewati kolom. Waktu retensi (t) dan faktor retensi (k) dihubungkan oleh persamaan berikut:
t,=V1+k) (1.2)

tiy (kadang-kadang ditulis dengan to dan dikenal sebagai waktu mati) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh solut yang tidaktertahan un­tuk melewati kolom. Solut yang tidak tertahan akan bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan fase gerak, karenanya perban-dingan distribusi (D) dan faktor retensinya adalah 0. Jadi tp = t^,. Solut-solut yang mempunyai nilai D dan k lebih besar dari 0 akan tertahan se-cara proporsional dan akan mempunyai waktu retensi yang lebih besar daripada t , misal:
jika k = 1 ->tR=2tm
jika k = 2 —»tR = 3tM, dan seterusnya
Kondisi kromatografi umumnya diatur sedemikian rupa sehing-ga nilai k berada pada kisaran antara 1 sampai 20 untuk menghindari waktu retensi yang terlalu panjang. Jika nilai k terlalu kecil maka tingkat pemisahan tidaklah mencukupi.
Jika nilai a adalah 1, maka tidak ada pemisahan karena waktu retensi identik. Faktor pemisahan atau selektifitas merupakan suatu ukuran yang potensial dalam sistem kromatografi untuk pemisahan 2 senyawa. Pemilihan fase diam dan fase gerak dapat mempengaruhi nilai a121.

Sumber :
Rohman, Abdul. 2009. Kromatigrafi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

0 komentar:

Posting Komentar