EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI UMBI DAHLIA
ASAL BOLAANG MONGONDOW
Fransiska Paputungan
Mardjan Paputungan
Opir Rumape
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui cara mengekstraksi dan mengkarakterisasi umbi dahlia yang meliputi: ekstraksi rendemen umbi dahlia dengan cara ditambahkan dengan air panas, uji karbohidrat dengan pemanasan di atas penangas (refluks), uji protein dengan cara kheldjal, uji lemak dengan cara sokletasi, uji abu dengan cara pengabuan dalam oven (furnace), uji kadar air dengan cara penguapan dalam oven pada suhu ± 1000C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen hasil ekstraksi umbi dahlia diperoleh 8,4% dan karakterisasi dari umbi dahlia menghasilkan kadar karbohidrat yang tinggi yaitu 68,94%, kadar protein 0,53%, kadar lemak 0,8%, kadar air 3,42%, dan kadar abu 0,56%.
Kata Kunci: Ekstraksi, Karakterisasi, Umbi Dahlia.
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI UMBI DAHLIA
ASAL BOLAANG MONGONDOW
Fransiska Paputungan
Mardjan Paputungan
Opir Rumape
Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui cara mengekstraksi dan mengkarakterisasi umbi dahlia yang meliputi: ekstraksi rendemen umbi dahlia dengan cara ditambahkan dengan air panas, uji karbohidrat dengan pemanasan di atas penangas (refluks), uji protein dengan cara kheldjal, uji lemak dengan cara sokletasi, uji abu dengan cara pengabuan dalam oven (furnace), uji kadar air dengan cara penguapan dalam oven pada suhu ± 1000C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen hasil ekstraksi umbi dahlia diperoleh 8,4% dan karakterisasi dari umbi dahlia menghasilkan kadar karbohidrat yang tinggi yaitu 68,94%, kadar protein 0,53%, kadar lemak 0,8%, kadar air 3,42%, dan kadar abu 0,56%.
Kata Kunci: Ekstraksi, Karakterisasi, Umbi Dahlia.
PENDAHULUAN
Perkembangan pembangunan di era globalisasi, perdagangan bebas, kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, serta semakin bertambahnya penduduk Indonesia saat ini, perlu adanya penyediaan bahan pangan dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik. Usaha penganekaragaman pangan sangat penting untuk mengatasi masalah ketergantungan pada salah satu bahan pokok seperti gula, dalam rangka keseimbangan menu berupa lemak, protein dan karbohidrat.
Salah satu bahan pangan sebagai sumber kalori adalah umbi dahlia. Di antara komoditas umbi-umbian, umbi dahlia belum sepopuler ubi kayu, ubi jalar dan ubi talas. Tanaman dahlia selain sebagai komoditas bunga potong oleh masyarakat di berbagai belahan dunia akan tetapi di indonesia belum terlalu populer. Padahal pada umbi dahlia merupakan salah satu bahan baku industri yang bergizi cukup tinggi terutama kandungan karbohidratnya.
Pada umbi dahlia mengandung karbohidrat 65,7%, abu 4,5%, protein 3,71%, air 2,97% dan bahan lainnya 23,10%. (Rukmana : 2000).
Pada prinsipnya, semua jenis umbi dahlia mengandung karbohidrat, protein, lemak, tetapi kadar dan sifatnya bervariasi. Lima jenis umbi dahlia dari daerah-daerah Cianjur, Jawa Barat, telah dikaji potensi dan karakterisasi karbohidratnya. (Widowati, dkk : 2005).
Sehubungan dengan adanya potensi yang terdapat pada tanaman tersebut, walaupun dari segi pemanfaatannya tanaman dahlia masih terbatas sebagai tanaman hias atau sebagai koleksi di pekarangan. Tanaman dahlia dapat dikembangkan secara komersial sebagai penghasil bunga potong dan sekaligus umbinya dapat dijadikan sebagai bahan baku industri gula.
BAHAN DAN METODE
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : NaOH 0,1 N, NaOH 45%, NaOH 10%, etanol 80%, dietileter, alkohol 10%, HCl 0,1 N dan 25%, aquades, n-Hexan, H2SO4 pekat, serta K2SO4.
b. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah umbi dahlia yang berasal dari desa Mo’oat Kec. Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow. Tempat pengambilan sampel memiliki daerah yang berketinggian 1115 m di atas permukaan laut dengan kisaran suhu udara 20 – 250C dengan curah hujan cukup. Daerah tersebut di apit oleh dua danau yaitu danau tondok dan danau moo’at sehingga iklim kelembaban udara sangat tinggi cocok untuk tanaman dahlia.
c. Prosedur Kerja
Ekstraksi umbi dahlia
Umbi dahlia dibersihkan dari kotoran-kotorannya dengan cara dikupas kemudian dicuci dan ditiriskan
Umbi dahlia yang telah bersih diblender
Umbi dahlia hasil parutan diekstraksi dengan air mendidih (perbandingan air dan sampel 1:3) dengan frekuensi 3 kali ekstraksi dan disaring dengan kain saring yang bersih sehingga diperoleh ampas dan suspensi.
Kemudian filtrat dibiarkan mengendap
Endapan diambil dan dicuci dengan NaOH 0,1N dan dibiarkan mengendap
Setelah mengendap, larutan NaOH dibuang kemudian dicuci sampai bersih dengan air dengan cara mengendaptuangkan
Kemudian gumpalan-gumpalan (endapan) direfluks dengan menggunakan etanol 80% sebanyak 3 kali proses ekstraksi.
Endapan dicuci dengan aquades dengan cara mengendaptuangkan
Kemudian Endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 50-600C selama 6 jam.
Setelah kering Endapan tersebut di timbang sebagai berat rendemen. Kemudian rendemen umbi dahlia digerus supaya lebih halus dan diayak dengan ayakan 80 mesh
Rendemen yang diperoleh kemudian dilakukan uji karbohidrat, kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
% rendemen =
=
= 8,3983 %
= 8,4 %
Uji Karbohidrat
Ditimbang 5 gr rendemen hasil ekstraksi umbi dahlia yang telah dihaluskan dan dimasukkan dalam gelas piala 250 ml
Ditambah 50 ml aquadest dan diaduk selama 1 jam
Suspensi disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquadest sampai volume filtrat 250 ml
Pati yang terdapat sebagai residu dicuci 5 kali dengan 10 ml dietileter
Dietileter dibiarkan menguap dari residu kemudian dicuci dengan 150 ml alkohol 10%
Residu dipindahkan dalam erlenmeyer dengan cara dicuci dengan 200 ml aquadest dan ditambahkan 20 ml HCl 25%, lalu dipanaskan di atas penangas air selama 2,5 jam, pada suhu 70 – 800C.
Dibiarkan dingin kemudian dinetralkan dengan NaOH 45% dan diencerkan sampai volume 500 ml lalu disaring
Uji Kadar Air
Ditimbang 2 gr rendemen hasil ekstraksi umbi dahlia dalam cawan yang telah dikeringkan (cawan dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan selama 20 menit dalam eksikator kemudian ditimbang).
Dimasukkan dalam oven kemudian dipanaskan hingga 100-1020C selama 30 menit
Cawan dipindahkan dalam desikator kemudian setelah dingin ditimbang
Dikeringkan kembali dalam oven dan setiap 30 menit pemanasan, cawan ditimbang sampai diperoleh berat yang konstan.
Penentuan kadar air
% Kadar air = (Aprianto, 1989)
Keterangan :
a = berat sampel mula-mula (2 gram)
b = berat sampel akhir (berat cawan + sampel – berat cawan)
Uji Kadar Abu
Ditimbang 2 gr rendemen hasil ekstrak umbi dahlia dalam cawan pengabuan, kemudian ditimbang kembali dan diletakkan dalam tanur pengabuan.
Dimasukan ke dalam tanur(furnace) untuk proses pengabuan pada suhu 400-5500C selama 30 menit
Didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang sebagai berat abu
Penentuan kadar abu
% Abu = (Apriyanto, 1989)
- ulangan sampai tiga kali ulangan
Uji Kadar Protein
Rendemen hasil ekstrak umbi dahlia ditimbang dengan teliti sebanyak 1 gr dan diencerkan sampai 100 ml, diambil 10 ml dan dimasukkan dalam labu Kjeldhal, labu Kjeldhal yang lain dimasukkan 10 ml aquadest sebagai larutan blanko
Kedalam labu tersebut ditambahkan 15 ml asam sulfat pekat dan K2SO4 3 gr dan didestruksi sampai larutan menjadi jernih. Kemudian pemanasan dihentikan dan dibiarkan sampai dingin.
Dalam Kjeldhal ditambahkan 100 ml aquadest dan butiran Zn lalu ditambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 25 ml, selanjutnya labu Kjeldhal dipasang pada alat destilasi
Labu Kjeldhal dipanaskan secara perlahan sampai 2 cairan tercampur, kemudian dipanaskan sampai mendidih
Destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan standar HCl 0,1 N dan 5 tetes indikator fenoftalin. Destilat yang ditampung mencapai 100 ml.
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Prosedur di atas berlaku juga untuk blanko kecuali ekstrak umbi dahlia
Ditentukan kadar protein
% Nitrogen = x 100%
% Protein = %N x faktor konversi
Uji Kadar Lemak
Rendemen hasil ekstrak umbi dahlia ditimbang 5 gram lalu dibungkus dengan kertas saring
Tambahkan batu didih kedalam labu dasar bulat kemudian ditimbang sebagai berat kosong
Sampel dimasukkan dalam soklet dan dihubungkan dengan labu yang telah berisi 150 ml n-Hexan
Diekstrak selama 6 jam
Setelah diekstrak, labu dievaporasi untuk memisahkan pelarut
Labu dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 1050C
Setelah dingin ditimbang sebagai berat akhir
Penentuan kadar lemak
% Lemak = (Sudarmadji, 1989)
- Ulangan sampai tiga kali
d. Teknik Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti di laboratorium kimia Universitas Negeri Gorontalo.
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data digunakan teknik sebagai berikut:
1.Dengan menghitung nilai kadar rendemen
Kadar rendemen =
2.Kadar karbohidrat rendemen ekstrak dahlia dihitung sebagai rata-rata kadar karbohidrat dari ulangan I, II dan III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Ekstraksi Umbi Dahlia
Pada penelitian ini, umbi dahlia diekstrak dengan cara diblender kemudian ditambahkan dengan air mendidih, karena menurut Livineston (1990), Farrar dan Pollock (1993) dalam Widowati (2005) untuk ekstraksi yang baik dan banyak digunakan adalah dengan mengekstraksi sampel dengan menggunakan air mendidih atau etanol. Pemanasan bertujuan melarutkan pati yang terkandung dalam umbi, setelah dingin, parutan umbi disaring dan diperoleh suspensi berwarna coklat, suspensi yang diperoleh dibiarkan mengendap selama ± 3 hari.
Ekstraksi pertama menghasilkan endapan dan filtrat yang lebih banyak dibandingkan ekstraksi kedua dan ketiga. Hal ini terjadi karena umbi dahlia hasil yang diekstraksi pertama cenderung lebih banyak mengandung pati yang terlarut dalam air pengekstraksi dan memiliki kandungan air yang tinggi, sedangkan pada ekstraksi kedua dan ketiga, merupakan endapan yang masih tersisa dari hasil ekstraksi yang pertama, dengan demikian endapan dan filtrat yang dihasilkan lebih sedikit. Endapan hasil ekstraksi dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1 Endapan hasil ekstraksi umbi dahlia
Ekstraksi
Jumlah (gram)
I
439,0872
II
62,3929
III
39,1677
Endapan yang pertama, kedua dan ketiga atau yang dihasilkan diambil dan disatukan kemudian dicuci dengan larutan NaOH 0,1 N dan dibiarkan mengendap ± 2 hari. Pencucian ini bertujuan untuk menetralkan karena residu masih bersifat asam.
Setelah endapan mengendap, larutan NaOH dibuang atau didekantasi, karena NaOH sulit untuk dipisahkan atau didekantasi maka dipisahkan dengan cara disaring menggunakan pompa vakum, kemudian dicuci dengan air sampai bersih dengan cara mengendap tuangkan sampai air pencucian terlihat jernih.
Selanjutnya endapan-endapan yang dihasilkan sebanyak 400, 3554 gram direfluks dengan etanol 80% selama 4 jam tujuannya agar proses pemisahan pati berlangsung dengan sempurna. Selain itu, refluks dapat mempengaruhi perubahan warna pada endapan di mana endapan yang direfluks berwarna coklat muda. Hal ini dipengaruhi oleh etanol yang dapat melarutkan enzim-enzim gula pereduksi, protein yang banyak bercampur dengan gum (Anwar, 1994).
Kemudian residu yang telah direfluks dicuci dengan air dengan tujuan untuk mengikat etanol yang digunakan, selanjutnya residu dikeringkan dalam oven pada suhu 50-600C selama 6 sampai 7 jam, tujuannya untuk menjaga agar struktur pati tidak rusak atau tidak terjadi proses dehidrasi yang berlebihan. Residu yang diperoleh dihaluskan dengan lumpang dan alu untuk memperoleh tepung yang lebih hasil kemudian ditimbang menghasilkan 45,4053 gram, selanjutnya dikarakterisasi.
Uji Kadar Karbohidrat
Untuk uji ini diambil 5 gram sampel hasil ekstraksi kemudian dimasukkan dalam gelas kimia 250 ml dan ditambahkan 50 ml aquades kemudian diaduk selama 1 jam agar memperoleh suspensi pati yang sempurna. Suspensi yang diperoleh, disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades sampai volume filtrat 250 ml, kemudian filtrat yang dihasilkan dibuang. Karena pati yang diuji masih mengandung lemak yang tersisa dari proses ekstraksi, maka pati yang terdapat sebagai residu dicuci dengan 10 ml dietileter sebanyak 3 kali, tujuannya mengikat lemak yang masih tersisa, karena dietileter merupakan pelarut nonpolar yang dapat melarutkan lemak (Fessenden dan Fessenden 1997). Setelah itu dietileter yang ada dalam residu dibiarkan menguap dan kemudian residu dicuci kembali dengan 150 ml akohol 10% dengan tujuan untuk membebaskan karbohidrat yang terlarut (Apriyanto 1989).
Residu yang terdapat dalam kertas saring dipindahkan ke dalam erlemeyer dengan cara pencucian 200 ml aquades sehingga alkohol yang masih tersisa dalam residu akan terikat oleh air pencucian kemudian ditambah 20 ml HCl 25% dan ditutup dengan pendingin balik agar tidak terjadi penguapan dan dipanaskan di atas penangas air sampai mendidih selama 2,5 jam sehingga terjadi proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Tujuan penambahan HCl atau larutan asam digunakan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi hidrolisis pati dengan pemanasan dapat dilihat pada reaksi sebagai berikut:
Pati Dekstrin Maltosa Glukosa
Karena campuran masih bersifat asam maka dinetralkan dengan NaOH 45% sebanyak 15,4 ml dan diencerkan dengan aquades sampai volume 500 ml kemudian disaring dan dimasukkan kedalam eksikator untuk proses pengeringan selanjutnya ditimbang untuk menentukan kadar karbohidrat. Hasil pengamatan uji karbohidrat pada umbi dahlia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil uji kadar karbohidrat pada umbi dahlia
No
Ulangan
Massa Karbohidrat
(gram)
Massa Rata-rata Karbohidrat (gram)
Kadar
Karbohidrat (%)
1
I
3,8591
3,83
68,94
2
II
3,8244
3
III
3,8120
Uji Kadar Lemak
Untuk uji ini diambil 5 gram sampel hasil ekstraksi dengan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut n-Hexan sebanyak 150 ml, karena lemak merupakan senyawa yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi dengna menggunakan pelarut organik yang relatif nonpolar yaitu seperti dietileter, n-Hexan dan kloroform (Fessenden dan Fessenden, 1997). Setelah itu diekstraksi selama 6 jam di mana pelarut yang dipanaskan akan menguap dan uap pelarut sebagai cairan penyari akan terkondensasi menjadi molekul-molekul cairan oleh pendingin balik dan turun mengekstrak sampel dan akan kembali ke labu dasar bulat melalui pipa siphon. Proses ini berlangsung terus menerus sampai zat aktif sempurna. Kemudian ekstrak yang diperoleh dievaporasi untuk memisahkan pelarut, sehingga yang tersisa hanya lemak yang ada dalam labu. Selanjutnya labu dimasukkan dalam oven selama 2 jam pada suhu 1050C untuk menguapkan air yang tersisa. Kemudian labu didinginkan dan ditimbang. Dari hasil penelitian, kadar lemak yang diperoleh 0,82% dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Hasil kadar lemak pada umbi dahlia
No
Ulangan
Massa Lemak
(gram)
Massa Rata-rata Lemak
(gram)
Kadar
Lemak (%)
1
I
0,11
0,041
0,82
2
II
0,01
3
III
0,0021
Uji Kadar Abu
Untuk uji ini diambil 2 gram sampel hasil ekstraksi kemudian disi dalam cawan pengabuan, ditimbang kembali setelah itu dimasukkan dalam oven Furnace atau dalam tanur pengabuan dengan suhu 400-5500C dibakar sampai didapat abu berwarna abu-abu. Setelah beratnya konstan atau tetap didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Dari hasil penelitian, kadar abu yang diperoleh adalah 1,73% dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4 Hasil kadar abu pada umbi dahlia
No
Ulangan
Massa Abu + Cawan
(gram)
Massa Rata-rata Abu + Cawan
(gram)
Kadar
Abu (%)
1
I
43,4679
42,5468
0,56
2
II
42,5810
3
III
41,5914
Uji Kadar Air
Untuk uji ini sama seperti pada uji kadar abu diambil 2 gram sampel dari hasil ekstraksi kemudian diisi dalam cawan yang telah dikeringkan (cawan dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan selama 20 menit dalam eksikator) kemudian ditimbang, setelah itu dimasukkan dalam oven dengan suhu 100-1020C selama 30 menit, selanjutnya cawan dipindahkan dalam deskator kemudian setelah dingin ditimbang. Selanjutnya dikeringkan kembali dalam oven setiap 30 menit sampai berat cawan yang diperoleh konstan. Dari hasil penelitian kadar air yang diperoleh adalah 3,24% dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5 Hasil kadar air pada umbi dahlia
No
Ulangan
Massa ekstrak umbi dahlia
(gram)
Massa Rata-rata ekstrak umbi dahlia (gram)
Kadar
Air (%)
1
I
1,9223
1,9351
3,24%
2
II
1,9411
3
III
1,9421
Uji Kadar Protein
Pada uji kadar protein metode yang digunakan adalah metode kjedhal yang terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pertama dekstruksi, estilasi dan tahap ketiga yaitu destilasi. Untuk uji ini ditimbang 1 gram sampel hasil ekstraksi kemudian diencerkan dengan aquades sampai 100 ml. Dari hasil pengenceran, diambil 10 ml dan ditambahkan dengan 15 ml H2SO4 pekat dalam labu kedjhal, kemudian didekstruksi. Pada tahap ini larutan dipanaskan dalam H2SO4 pekat sehingga terjadi dekstruksi atau penguraian menjadi unsur-unsur lain yaitu unsur karbon dan hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O sedangkan nitrogen (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4 atau amonium sulfat. Untuk mempercepat proses dekstruksi, larutan ditambahkan K2SO4 sebanyak 3 gram sebagai katalisator (bunning, dalam Sudarmadji, 1989). Struktur protein mudah mengalami kerusakan karena pengaruh panas, penambahan logam atau pengaruh basa atau basa (Anwar 1994). Sehingga kecenderungan membentuk sifat koagulasi berkurang akhirnya hilang sama sekali. Dengan demikian proses dekstruksi sudah selesai bila memperoleh larutan jernih atau tidak berwarna lagi.
(C6H12O3N2) + 6O2 + H2SO4 6CO2 + 3H2O + (NH4)2SO4
Zat organik Sudarmadji, 1989
Larutan jernih yang diperoleh ditambah 100 ml aquades kemudian didekstruksi selama 1 jam kemudian ditambah 25 ml NaOH 10% dan butiran Zn kemudian didestilasi. Pada tahap destilasi, amonium sulfat (NH4)2SO4 dipecah menjadi Amonia (NH3) dengan penambahan NaOH 100% sampai bersifat alkalis. Agar tidak terjadi superheating atau bumping selama destilasi maka digunakan butiran Zn.
Reaksinya sebagai berikut:
(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + N2SO4 + 2H2O
Amonia Natrium Sulfat
Amonia yang dibebaskan sebagai destilat sebanyak 100 ml selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar yaitu HCl 0,1 N dalam erlemeyer. Kemudian sisa HCl yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N dan titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan titrat menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik (Lukum, 2001).
Kemudian untuk larutan Blanko, diambil 10 ml aquades lalu dimasukkan dalam labu kedjhal, ditambah dengan 15 ml H2SO4 pekat dan 3 gram K2SO4 kemudian didekstruksi selama 3 jam. Untuk tahap ini H2SO4 akan terurai menjadi ion H+ dan SO42-. Reaksinya:
H2SO4 2H+ + SO42-
Setelah itu ditambahkan 25 ml NaOH 10% dan ditambah dengan butiran Zn kemudian didestilasi. Pada tahap ini terjadi reaksi pembentukan natrium sulfat.
2H+ + SO42- + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O
Natrium sulfat
Pada reaksi ini air yang menguap selanjutnya akan direaksikan dengan HCl 0,1 N dalam erlemeyer. HCl yang terurai ion H+ dan Cl- untuk tahap titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai larutan titrat menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik (Lukum 2001). Reaksi:
H+ + Cl- + NaOH NaCl + H2O
Pada reaksi ini NaCl dan H2O yang dihasilkan dari larutan blanko dikurangkan dengan NaCl dan H2O yang dihasilkan dari sampel untuk memperoleh kadar nitrogen dalam sampel.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar protein 5,3% data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil kadar protein pada umbi dahlia
No
Ulangan
Volume NaOH
(ml)
Volume Rata-rata
NaOH
(ml)
Kadar
Protein (%)
Blanko
Sampel
Blanko
Sampel
1
I
18,9
17,5
17,9
17,3
0,53%
2
II
17,5
17,3
3
III
17,4
17,1
Pembahasan
Secara umum hasil dari uji kadar karbohidrat, kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak pada rendemen hasil ekstrak umbi dahlia dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7 Data nilai kadar karbohidrat, kadar protein, kadar air, kadar abu, kadar lemak
No
Uji Sampel
Kadar (%)
1
Kadar karbohidrat
68,94
2
Kadar protein
0,53
3
Air
3,24
4
Abu
0,56
5
Lemak
0,82
Dilihat dari hasil penelitian di atas, kadar karbohidrat yang di peroleh adalah 68,94%, kadar air 3,24%, kadar lemak 0,82%, kadar abu 0,56% dan yang paling rendah adalah kadar protein 5,3%. Sedangkan menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh (Rukmana, 2000) kadar karbohidrat yang diperoleh adalah 65,7%, kadar abu 4,5%, kadar protein 3,71%, kadar air 2,97%, dan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Widowati, 2005) kadar lemak 1,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar karbohidrat yang diperoleh dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian oleh (Rukmana, 2000) yaitu kadar karbohidrat lebih rendah, kadar protein tinggi, kadar air rendah, kadar abu tinggi, dan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh (Widowati, 2005) lebih tinggi kadar lemaknya.
Dari kadar air yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi dari penelitian yang yang dilakukan oleh (Rukmana, 2000), ini menunjukkan bahwa produk mutu karbohidrat sangat dipengaruhi oleh naiknya kadar air yaitu semakin tinggi kadar air, maka semakin mudah terjadi kerusakan karbohidrat yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme (Talibo 2006 dalam Pogalad). Adanya perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh pengaruh iklim, jenis tanah, curah hujan, dan faktor lingkungan lainya.
SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: Karakterisasi dari umbi dahlia diperoleh kadar karnbohidrat yang tinggi yaitu 68,94 %, kadar air 3,24 %, kadar lemak 0,82 %, kadar abu 0,56 %, dan kadar protein 0,53 %
SARAN
Umbi dahlia merupakan umbi yang cepat mengalami reaksi pencoklatan (browning) oleh karena itu perlu melakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mencegah terjadi reaksi pencoklatan sebelum melakukan penelitian, serta perlu adanya uji kadar kimia secara kualitatif, jenis karbohidrat, protein dan lemak pada umbi dahlia
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
Depdikbud Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.
Apriyanto, Anton. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. IPB.
Arbianto, p. 1993. Biokimia Konsep-konsep Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Pendidikan Tinggi.
Fessenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:
Binorupa Aksara.
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. http://library.usu.ac.id (April 2007).
Pudjaatmaka Hadyana A. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka: Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 2000. Dahlia Prospek Agribisnis dan Teknik
Budidaya. Yogyakarta: Kanisius.
Sudarmadji, Slamet. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Liberty.
Tarigan, Fonis. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan. Bandung: Alumni 1983.
Widowati, Sri. Dkk. 2005. Ekstraksi Karakterisasi dan Kajian Potensi Prebiotik Inulin Dari Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata L). www.Puslitan.bogor.net/indeks.
Widowati, Sri. 2006. Dahlia Bunganya Indah, Umbinya Mengandung Inulin. http://anekaplanta.wordpress.com/2007.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar