Sabtu, 22 Mei 2010

EKSTRAKSI INULIN DARI UMBI DAHLIA (Dahlia variabilis) PADA WARNA BUNGA YANG BERBEDA

EKSTRAKSI INULIN
DARI UMBI DAHLIA (Dahlia variabilis)
PADA WARNA BUNGA YANG BERBEDA

Rawisna Podungge
Opir Rumape
La Alio

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo


ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kadar inulin yang terkandung dalam umbi dahlia pada warna bunga ungu, kuning dan putih dengan menggunakan sampel dari desa Mo’at Kotamobagu Bolaang mongondow.
Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan penentuan harga Rf menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil penelitian diperoleh kadar inulin untuk umbi D1 (warna bunga ungu) sebesar 10,26 %, umbi D2 (warna bunga kuning) sebesar 10,34% dan untuk umbi D3 (warna bunga putih) sebesar 11,18%. Penentuan harga Rf dengan Kromatografi Lapis Tipis menghasilkan noda yang memiliki harga Rf 0,78 untuk inulin hasil ekstraksi dan untuk fruktosa menghasilkan harga Rf 0,77.

Kata Kunci : Inulin, Kromatografi Lapis Tipis

EKSTRAKSI INULIN
DARI UMBI DAHLIA (Dahlia variabilis)
PADA WARNA BUNGA YANG BERBEDA

Rawisna Podungge
Opir Rumape
La Alio

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo


ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kadar inulin yang terkandung dalam umbi dahlia pada warna bunga ungu, kuning dan putih dengan menggunakan sampel dari desa Mo’at Kotamobagu Bolaang mongondow.
Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan penentuan harga Rf menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil penelitian diperoleh kadar inulin untuk umbi D1 (warna bunga ungu) sebesar 10,26 %, umbi D2 (warna bunga kuning) sebesar 10,34% dan untuk umbi D3 (warna bunga putih) sebesar 11,18%. Penentuan harga Rf dengan Kromatografi Lapis Tipis menghasilkan noda yang memiliki harga Rf 0,78 untuk inulin hasil ekstraksi dan untuk fruktosa menghasilkan harga Rf 0,77.

Kata Kunci : Inulin, Kromatografi Lapis Tipis

PENDAHULUAN
Pemanfaatan bahan pemanis saat ini terus meningkat, selain merupakan kebutuhan masyarakat juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri pangan. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia masih mengimpor dari negara lain.
Bahan pemanis umumnya dibuat dari tebu, kelapa, atau aren, padahal bisa juga diperoleh dari tanaman lain seperti dari umbi dahlia. Bunga dahlia di berbagai belahan dunia dijadikan sebagai komoditi bunga potong/bunga pot yang penting, tetapi di Indonesia belum terlalu populer. Potensi lain yang sangat menjanjikan dari tanaman dahlia adalah kandungan karbohidrat di dalam umbi.
Dalam umbi dahlia terkandung polimer pemanis alami inulin. Inulin adalah suatu zat yang dapat diolah lebih lanjut menjadi gula cair yang disebut sirup fruktosa sebagai pengganti gula pasir (Rukmana, 2000).
Manfaat inulin di bidang pangan antara lain sebagai pengganti lemak dan gula pada produk makanan rendah kalori serta sebagai bahan baku sirup fruktosa. Dalam bidang farmasi, inulin digunakan untuk uji fungsi ginjal. Inulin juga dapat digunakan untuk pembuatan etanol dan bioplastik (Widowati, 2005).
Sifat fungsional inulin sebagai serat makanan dapat larut (soluble dietary fiber) sangat bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai, 2003 dalam Widowati, 2005). Secara fisik, inulin bersifat larut dalam air namun tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem pencesrnaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami fermentasi akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di usus besar, sehingga berimplikasi positif terhadap kesehatan tubuh. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai prebiotik (Widowati, 2005)
Prebiotik adalah suplemen makanan yang berfungsi sebagai substrat mikroflora usus. Bahan yang sering dipakai sebagai prebiotik antara lain inulin, FOS (fruktooligosakarida), GOS (galaktooligosakarida), laktulosa, laktitol, dan lain-lain.
Namun karena tanaman dahlia sebagai penghasil inulin (dari umbinya) mempunyai beberapa warna bunga, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui kandungan inulin yang dihasilkan dari setiap umbi dahlia pada warna bunga yang berbeda.

BAHAN DAN METODE
a. Bahan
Bahan Alam
Bahan alam (sampel) yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi dahlia dengan warna bunga ungu (umbi D1), warna bunga kuning (umbi D2) dan warna bunga putih (umbi D3) yang berasal dari desa Mo’at Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow.
Bahan kimia yang digunakan adalah etanol, karbon aktif, butanol, asam asetat, eter, dan aquades.
b. Metode
Penyiapan sampel
Umbi dahlia dibersihkan dari kotoran yang melekat dari kulitnya dengan menggunakan air, umbi kemudian dikupas dan dicuci sampai bersih.

Ekstraksi
Umbi ditimbang dan diblender dengan penambahan air 1 : 2 (b:v), dipanaskan dengan penangas air selama 30 menit (T = 85 oC). Setelah dingin, disaring dengan menggunakan corong Buchner, filtrat yang diperoleh ditambahkan etanol 30% sebanyak 40% dari volume filtrat, larutan kemudian didinginkan dalam freezer selama 18 jam (T = -2 oC), dibiarkan pada suhu ruang selama 2 jam (T = 27-30 oC), disentrifugasi (15 menit, 1500 rpm), didapat endapan basah I yang diduga sebagai inulin, endapan kemudian ditambahkan air (1 : 2), dipanaskan kembali selama 30 menit (T = 70 oC) lalu ditambahkan karbon aktif, larutan kemudian disaring, diukur volumenya dan didinginkan pada suhu ruang, filtrat yang diperoleh ditambahkan etanol 30% sebanyak 40% dari volume filtrat, didinginkan dalam freezer selama 18 jam (T = -2 oC), dibiarkan pada suhu ruang selama 2 jam (T = 27 - 30 oC), deisentrifugasi (15 menit, 1500 rpm), diperoleh endapan basah II, endapan yang diduga sebagai inulin dikeringkan (50 - 60 oC, ± 7 jam), dikeringkan dalam desikator, didapat rendemen. Diuji dengan KLT dan dihitung kadar inulin dengan menggunakan rumus persen kadar



HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Inulin Umbi Dahlia
Pada penelitian ini, ekstraksi inulin dari umbi D1 (warna bunga ungu), D2 (warna bunga kuning) dan umbi D3 (warna bunga putih) dilakukan dalam tiga kali ulangan. Untuk umbi D1 diperoleh kadar rata-rata inulin yaitu 10,26 %, umbi D2 sebesar 10,34 % dan untuk umbi D3 sebesar 11,18 %.
Berikut ini disajikan Tabel-tabel hasil ekstraksi inulin pada umbi D1, D2, dan umbi D3.






Tabel 1 Hasil Ekstraksi Inulin pada Umbi D1 (Warna Bunga Ungu) dalam 3 Kali Ulangan
No.Ulangan
Berat sampel (gram)
Berat Inulin
(gram)
% Kadar
% Kadar Rata-rata
I
II
III
221,9716
211,2292
114,0827
21,1390
23,2039
11,7223
9,52
10,98
10,27

10,26

Tabel 2 Hasil Ekstraksi Inulin pada Umbi D2 (Warna Bunga Kuning) dalam 3 Kali Ulangan
No.Ulangan
Berat sampel (gram)
Berat Inulin
(gram)
% Kadar
% Kadar Rata-rata
I
II
III
202,4723
121,3327
125,8043
23,2918
12,9709
11,0967
11,50
10,69
8,82

10,34

Tabel 3 Hasil Ekstraksi Inulin pada Umbi D3 (Warna Bunga Putih) dalam 3 Kali Ulangan
No.Ulangan
Berat sampel (gram)
Berat Inulin
(gram)
% Kadar
% Kadar Rata-rata
I
II
III
214,3067
119,3122
121,6258
20,1169
15,7727
13,2986
9,39
13,22
10,94

11,18

Kadar inulin dalam ketiga umbi yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan literatur yaitu 10 – 12 %. Selain itu, sama seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Duengo yaitu sebesar 10,37 %.
Namun sampel umbi D1, D2 dan D3 yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai warna bunga yang berbeda, dan dari urutan penyerapan sinar/cahaya, warna kuning lebih menyerap cahaya daripada warna ungu dan warna putih. Hal ini bisa ikut mempengaruhi kandungan inulin di dalam umbi karena tanaman dahlia membutuhkan cahaya matahari seperti tanaman lainnya untuk proses fotosintesis.
Bila dibandingkan, umbi D3 (warna bunga putih) seharusnya mempunyai kandungan inulin yang lebih rendah dari umbi D1 (warna bunga ungu) dan D2 (warna bunga kuning). Namun, kandungan inulin pada umbi D3 justru lebih besar dari umbi D1 dan umbi D2. Hal ini disebabkan karena pada saat pemanasan umbi dahlia telah terjadi reaksi hidrolisis sehingga kandungan polisakarida (inulin) berkurang. Selain itu, waktu dan cara pengambilan ketiga umbi pada kondisi cuaca yang berbeda.

Identifikasi Inulin dengan KLT
Identifikasi senyawa dengan teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dimaksudkan untuk analisis secara kualitatif senyawa inulin yang diperoleh dari ekstraksi inulin umbi dahlia.Pada proses KLT, senyawa yang akan diidentifikasi dilarutkan dalam air kemudian ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler, penotolan pada plat dibuat sekecil mungkin dan selanjutnya dikeringkan.
Pemilihan sistem pelarut untuk pengembangan didasarkan atas prinsip like and dissolves like. Hal ini bertujuan untuk memperoleh penampakkan bercak dengan resolusi yang baik. Pemilihan sistem pelarut atas dasar like and dissolves like ini berarti untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem pelarut yang bersifat nonpolar, demikian juga sebaliknya untuk sampel yang bersifat polar digunakan sistem pelarut yang bersifat polar juga (Adnan, 1997)
Pada uji ini digusnakan beberapa variasi sistem pelarut, yakni : pelarut butanol : etanol : air (4 : 1 : 2,2), (2 : 1 : 1,5), dan pelarut butanol : asam asetat : eter : air dengan perbandingan (5 : 2 : 1 : 3), (9 : 6 : 3 : 1). Hasil identifikasi berbagai variasi eluen ditunjukkan pada Gambar-gambar berikut ini
Inulin hasill ekstraksi Fruktosa





Gambar 1. Profil Kromatogram Lapis Tipis
Adsorben : silika gel GF254
Visualisasi noda : Sinar Ultraviolet
Eluen : Butanol : asam asetat : eter : air
(5: 2 : 1 : 3)
Inulin hasill ekstraksi Fruktosa




Gambar 2. Profil Kromatogram Lapis Tipis
Adsorben : silika gel GF254
Visualisasi noda : Sinar Ultraviolet
Eluen : Butanol : asam asetat : eter : air
(9 : 6 : 3 : 1)

Inulin hasill ekstraksi Fruktosa





Gambar 3. Profil Kromatogram Lapis Tipis
Adsorben : silika gel GF254
Visualisasi noda : Sinar Ultraviolet
Eluen : Butanol : etanol : air
(4: 1 : 2,2)
Inulin hasill ekstraksi Fruktosa





Gambar 4. Profil Kromatogram Lapis Tipis
Adsorben : silika gel GF254
Visualisasi noda : Sinar Ultraviolet
Eluen : Butanol : etanol : air
(2 : 1 : 1,5)
Kromatogram dari berbagai variasi eluen di atas, kesemuanya memberikan satu noda, sehingga bisa disimpulkan bahwa senyawa yang diperoleh dari hasil ekstraksi tersebut adalah inulin murni, dan hasil ini dibandingkan dengan senyawa standar yaitu fruktosa. Fruktosa dipilih sebagai standar karena senyawa inulin terbentuk dari gabungan beberapa senyawa fruktosa.
Dari perhitungan harga Rf, kromatogram pada Gambar 1 mempunyai harga Rf 0,70 untuk senyawa standar dan 0,60 untuk senyawa hasil ekstraksi, kromatogram pada Gambar 2 mempunyai harga Rf 0,77 untuk senyawa standar dan 0,78 untuk senyawa hasil ekstraksi, kromatogram pada Gambar 3 mempunyai harga Rf 0,65 untuk senyawa standar dan 0,63 untuk senyawa hasil ekstraksi, sedangkan untuk kromatogram pada Gambar 4 mempunyai harga Rf 0,62 untuk senyawa standar dan 0,52 untuk senyawa hasil ekstraksi.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kromatogram yang menampakkan resolusi yang baik adalah kromatogram yang menggunakan eluen butanol : asam asetat : eter : air dengan perbandingan 9 : 6 : 3 : 1 dengan harga Rf 0,78 untuk senyawa hasil ekstraksi dan 0,77 untuk senyawa standar.

SIMPULAN
1.Kadar inulin yang diperoleh pada penelitian ini untuk umbi D1 (warna bunga ungu) sebesar 10,26 %, untuk umbi D2 (warna bunga kuning) sebesar 10,34 % dan untuk umbi D3 (warna bunga putih) sebesar 11,18 %
2.Identifikasi komponen kimia untuk senyawa hasil ekstraksi menghasilkan bercak dengan nilai Rf 0,78 sedangkan untuk senyawa pembanding menggunakan fruktosa menghasilkan bercak dengan harga Rf 0,77.

SARAN
1.Perlu dicari alternatif pelarut lain selain etanol yang lebih efektif dan ekonomis.
2.Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian tentang konversi inulin menjadi fruktosa serta identifikasi inulin dengan menggunakan UV dan IR.



DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Bandung : Andi
Duengo, Suleman. 2003. Isolasi Dan Pemurnian Inulin Dari Umbi Bunga Dahlia. Skripsi. Gorontalo : Program Sarjana IKIP Gorontalo.
Lutony, Tony. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Bandung
Rukmana, Rahmat. 2000. Dahlia Prospek Agribisnis Dan Teknik Budi Daya. Yogyakarta : Kanisius
Sudarmaji, S. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty. Bekerjasama Dengan Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi UGM
Widowati, Sri. dkk. 2005. Ekstraksi, Karakterisai dan Kajian Potensi Prebiotik Inulin dari Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata L ). www.puslitan.bogor.net/index (15 April 2008)

0 komentar:

Posting Komentar