1.Latar belakang
Beberapa hasil penelitian, diantaranya adalah Wiseman (1981), Nakhleh (1992), Carter (1989) dan Kirkwood dan Symington (1996), menunjukkan banyak siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya juga tidak sama. Apalagi, secara umum konsep ilmu kimia baru diperoleh ketika siswa masuk SMU, sehingga wajar bila mereka mempelajari konsep ilmu kimia dengan cara belajar yang cenderung sama dengan cara belajar untuk konsep ilmu lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pendley, Bretz dan Novack (1994) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan dari pada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia tersebut. Menurut Nakhleh (1992), hal tersebut menyebabkan sebagian besar konsep-konsep kimia masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa, dan bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya, siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang fundamental pada awal mereka belajar kimia.
Dari hasil diskusi dengan para guru kimia dalam pertemuan mingguan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia Kota Banjarmasin terungkap bahwa mereka mengalami kesulitan dalam membelajarkan siswanya untuk memahami konsep kimia karbon ini. Alasan mereka antara lain karena ketidakmampuan siswa dalam mengembangkan nalarnya dalam upaya menggambarkan rumus struktur dari senyawa karbon. Ketidakmampuan siswa dalam menguasai konsep dasar untuk dapat menuliskan reaksi yang terjadi antara dua senyawa karbon, dan juga mengaplikasikan dari konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu kondisi belajar bermakna di kelas yang dapat menjadikan siswa dapat menguasai konsep kimia karbon tersebut dengan baik.
1.Latar belakang
Beberapa hasil penelitian, diantaranya adalah Wiseman (1981), Nakhleh (1992), Carter (1989) dan Kirkwood dan Symington (1996), menunjukkan banyak siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya juga tidak sama. Apalagi, secara umum konsep ilmu kimia baru diperoleh ketika siswa masuk SMU, sehingga wajar bila mereka mempelajari konsep ilmu kimia dengan cara belajar yang cenderung sama dengan cara belajar untuk konsep ilmu lainnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pendley, Bretz dan Novack (1994) menunjukkan bahwa pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan dari pada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia tersebut. Menurut Nakhleh (1992), hal tersebut menyebabkan sebagian besar konsep-konsep kimia masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa, dan bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antarkonsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya, siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep kimia yang fundamental pada awal mereka belajar kimia.
Dari hasil diskusi dengan para guru kimia dalam pertemuan mingguan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia Kota Banjarmasin terungkap bahwa mereka mengalami kesulitan dalam membelajarkan siswanya untuk memahami konsep kimia karbon ini. Alasan mereka antara lain karena ketidakmampuan siswa dalam mengembangkan nalarnya dalam upaya menggambarkan rumus struktur dari senyawa karbon. Ketidakmampuan siswa dalam menguasai konsep dasar untuk dapat menuliskan reaksi yang terjadi antara dua senyawa karbon, dan juga mengaplikasikan dari konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu kondisi belajar bermakna di kelas yang dapat menjadikan siswa dapat menguasai konsep kimia karbon tersebut dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar