BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Alga laut atau sea weeds sangat popular dalam dunia perdagangan. Dalam dunia ilmu pengetahuan alga laut dikenal sebagai Algae. Tumbuhan ini bernilai ekonomis penting karena penggunaannya sangat luas dalam bidang industri kembang gula, kosmetik, es krim, media cita rasa, roti saus, sutra, pengalengan ikan/daging, obat-obatan, dan batang besi untuk solder/las.
Sebagai salah satu komoditas perikanan yang cukup penting, baik sebagai sumber pendapatan, sebagai bahan makanan, penyerap tenaga kerja maupun sebagai sumber devisa, alga laut juga sangat baik untuk dikembangkan dalam rangka memanfaatkan atau menggali potensi perairan pantai. Dengan semakin banyak permintaan alga laut dipasaran, membuat banyak pengusaha menanamkan modalnya dalam pembudidayaannya.
Alga laut merupakan salah satu komoditi andalan yang perlu dikembangkan di Provinsi Gorontalo. Hal ini didukung potensi perairan pantai, sekaligus berpeluang menjadi pemicu peningkatan pendapatan para petani dengan memanfaatkan waktu luang (waktu tak melaut) dengan menanam alga laut.
Untuk menunjang maksud tersebut, dituntut tanggung jawab dari masyarakat perikanan baik aparatur, petani/nelayan, lembaga ekonomi dan lembaga sosial. Dari upaya bersama itu diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan dan kelestarian sumberdayanya. Diharapkan juga terobosan ini dapat menopang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus memicu percepatan ekspor non migas yang menghasilkan devisa.
Jenis-jenis alga laut yang bernilai ekonomis penting adalah Acantthopeltia, Gracilaria, Gelidella, Gelidium, sebagai penghasil agar-agar; Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnea sebagai penghasil karaginan; Furcellaria sebagai penghasil furcelaran; dan Ascophyllum, Durvillea, Ecklonia, Turbinaria sebagai penghasil alginate.
Selain itu, alga laut juga memberi nilai tambah rumah tangga. Manisan alga laut, misalnya dibuat dari jenis Kappaphycus yang berguna bagi kesehatan. Jenis ini dapat memperlancar sistem pencernaan makanan, disamping banyak mengandung vitamin dan mineral.
Mengingat perairan Indonesia berpotensi besar untuk budidaya alga yang disertai tehnik yang mudah, penanganan pascapanen yang sederhana, dan modalnya yang kecil, maka para petani/nelayan semakin giat mengembangkannya. Sebagai misal, alga laut di Bali, tahun 1985 hanya menghasilkan kira-kira 19.000 ton, tetapi dari hasil investarisasi sampai tahun 1989 telah mencapai 78.118,8 ton dengan areal budidaya seluas 184 ha dari areal potensial seluas 1.500 ha.
Di samping Bali, masih banyak lagi daerah di Indonesia yang berpotensial sebagai areal budidaya alga laut. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang luas arealnya masing-masing 6.000 ha, merupakan daerah terluas areal budidaya alga laut. Dengan demikian jelaslah bahwa potensi ekspor alga laut Indonesia cukup besar. Hal ini terlihat juga dari besarnya angka permintaan selama tahun 1985-1989, yaitu setiap tahunnya rata-rata mencapai 21,8% (Indriani dan Suminarsih, 2003).
Namun angka ini masih kecil bila dibandingkan dengan peranan negara lain dalam hal memasok pesanan alga laut kering dunia. Indonesia baru mampu memasok pesanan alga laut dunia sebesar 13,1%. Rendahnya permintaan ini diantaranya disebabkan oleh kegiatan produksi yang kurang baik.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian dan pemikiran-pemikiran pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam tugas akhir ini adalah “Bagaimana tehnik budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii yang baik”.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk dapat mengetahui tehnik budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii yang baik.
1.3.2Manfaat
Kontribusi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.Hasil pengamatan ini dapat menjadi tambahan informasi kepada mahasiswa dan kepada masyarakat
2.Dapat memperluas wawasan dalam hal tehnik budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii yang baik.
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PKL
2.1 Letak dan Luas
Kecamatan Kwandang terletak pada 0,30O Lintang Utara, 1,0 O Lintang selatan 121O Bujur Timur, 223O Bujur Barat. Dengan batasan sebelah utara dengan laut sulawesi, sebelah selatan dengan Kecamatan Limboto dan Kecamatan Tibawa, sebelah timur dengan Kecamatan Atinggola, sebelah barat dengan Kecamatan Sumalata, luas wilayah Kecamatan Kwandang 56.447 ha, dengan daerah yang
2.2 Iklim
Menurut Ruruh dalam Antula (2003: 33) bahwa: Daerah Kecamatan Kwandang berbeda dengan daerah lain, karena selain berada di Lintang Utara juga kekomplekan dari daerah baik secara geologi ataupun bentuk landformnya. Oleh karena terletak di Lintang Utara, maka daerah Kwandang menerima hujan dan angin yang bertiup dari arah Timur Laut/ Barat Daya, dengan suhu rata-rata 26,1OC dan suhu minimum 22OC.
2.3Sosial Ekonomi Masyarakat.
Keadaan umum sosial ekonomi masyarakat Desa Moluo menurut mata pencaharian yaitu didominasi oleh nelayan dan petani, selain itu masyarakat juga memiliki mata pencaharian sebagai PNS, TNI/POLRI, Pengusaha ternak dll.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1Klasifikasi Kappaphycus alvarezii (Trono, 1997)
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub kelas : Florideophyceae
Ordo : Gigartineles
Famili : Solieriaceae
Genus : Kappaphycus
Spesies : Kappaphycus alvarezii (Weber-van Bosse) Doty.
Gambar 1. Alga laut jenis Kappaphycus alvarezii
3.2 Pengertian Alga laut
Anonim (1993) menyatakan bahwa alga laut merupakan tumbuh-tumbuhan yang termasuk golongan algae (ganggang) yang hidup diperairan laut dengan cara menempel pada substrat (kayu, batu, karang yang sudah mati, sisa rumah siput, pasir dan sebagainya). Sebagai salah satu komoditas perikanan yang cukup penting, baik sebagai sumber pendapatan, sumber bahan makanan, penyerapan tenaga kerja maupun sebagai sumber devisa, alga laut juga sangat baik dikembangkan dalam rangka memanfaatkan atau menggali potensi perairan pantai.
3.3 Jenis-Jenis Alga Laut yang Banyak Dibudidayakan
Anonim (1993) menyatakan bahwa alga laut (seawed) adalah ganggang berukuran besar (macro algae) yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk ke dalam divisi Thallophyta. Ciri-ciri morfologi harus diketahui secara pasti dan benar agar divisi jenis yang tepat seperti yang diinginkan.
3.3.1 Eucheuma sp.
Ciri-ciri dari genus Eucheuma sp adalah thallus dan cabang-cabangnya berbentuk silinder atau pipih. Waktu hidup warnanya hijau hingga kemerahan dan bila kering warnanya kuning kecoklatan (Anonim, 1993).
Anonim (1993) menyatakan bahwa ada beberapa macam alga laut jenis Eucheuma sp yaitu sebagai berikut:
1.Kappaphycus cottonii: spine tidak teratur menutupi thallus dan cabang-cabangnya, ujung cabangnya runcing atau tumpul, percabangan tidak teratur.
2.Eucheuma edule, terdapat tenjolan-tenjolan yang menutupi thallus dan cabang-cabangnya.
3.Kappaphycus alvarezii, thallus licin tanpa spine atau duri.
3.3.2 Gracillaria sp.
Ciri-ciri dari Gracillaria yaitu bentuk thallusnya memipih atau silindris, membentuk rumpun dengan tipe percabangan yang tidak teratur, dickotomus divaricate, thallusnya menyempit pada pangkal percabangan. Ujung-ujung thallusnya pada umumnya meruncing permukaannya halus atau berbintik-bintik. Garis tengah thallus berkisar antara 0,5-4,0 mm panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih (Anonim, 1993).
Anonim (1993) menyatakan bahwa ada beberapa macam alga laut jenis Gracillaria sp. yaitu sebagai berikut:
1.Gracillaria verrucosa, thallus tersusun oleh jaringan yang kuat, warna merah ungu, kelabu kehijau-hijauan, bercabang-cabang mencapai tinggi 1-3 dm dengan garis tengah cabang antara 0,5-2,0 mm. Bentuk cabang silindris dan meruncing diujung cabang, dan mengandung bahan agar-agar.
2.Gracillaria lichenoides, tanaman membentuk suatu rumpun yang lebat atau rimbun, berbelit-belit. Bentuk Thallus silindris, cartilaginous, warna coklat kehijau-hijauan. Percabangan alternate tidak teratur, dichotomous dengan ujung meruncing, dan mengandung bahan agar-agar.
3.Gracillaria biodgetti, Thallus tegak dan rimbun dengan banyak percabangan tinggi mencapai 2 dm, warna kemerah-merahan, cabang-cabang radial alternate yang memancar. Batang utama bergaris tengah kira-kira 2 mm, dan cabangnya sekitar 0,5-1,0 mm. Semua berbentuk silindris, percabangan meruncing, kecuali setelah sampai di ujung, dan mengandung bahan agar-agar.
4.Gracillaria cylindri, Thallus tegak, tinggi mencapai 3 dm, lunak seperti daging, warna merah mawar, hampir seluruhnya berbentuk silindris, jarang yang rimbun, hampir seluruhnya silindris, radial alternate, umumnya memanjang, dan mengandung bahan agar-agar.
3.4 Manfaat Alga laut
Alga laut telah lama digunakan sebagai bahan makanan, maupun obat-obatan. Kandungan serat kasarnya tinggi sehingga dapat mencegah terjadinya kanker usus karena membantu proses pencernaan. Kandungan mineralnya cukup tinggi, terutama unsur yodium yang diperlukan untuk mencegah penyakit gondok (Anonim,1993). Alga laut mengandung agar-agar, karaginan dan algin.
3.4.1. Agar-agar
Menurut Indriani dan Suminarsih (2003) bahwa agar-agar merupakan asam sulfanik, yaitu ester dari galakto linear dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang agarophyte (ganggang yang mengandung agar-agar). Diketahui, agar-agar bersifat tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan penolong atau pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel.
Anonim (1993) menyatakan bahwa agar-agar merupakan senyawa polisakarida (galakta) yang tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas. Agar-agar banyak digunakan untuk industri makan/minuman sebagai pengental, penstabil, pengemulsi, pengikat, peluntur dan bahan pembuat kapsul.
3.4.2. Karaginan
Indriani dan Suminarsih (2003) menyatakan bahwa karaginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1- 4 glikosilik. Kegunaan karaginan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi.
Karaginan terutama digunakan untuk bahan tambahan industri makanan dan minuman antara lain sebagai penstabil, pengemulsi, pengental, pengikat dan lain-lain. Dalam industri kertas tekstil cat, keramik dan lain-lain, Karaginan berfungsi sebagai bahan pengkilat (Anonim, 1993).
Menurut Chapman dan Chapman (1980), karaginan adalah galaktan sulfat yang diperoleh dari hasil ekstraksi berbagai anggota makro alga merah. Senyawa ini berupa koloid dan merupakan polimer polisakarida non toksik yang mempunyai berbagai sifat khusus serta banyak dimanfaatkan diberbagai bidang industri.
Karaginan merupakan getah laut yang diekstraksi dengan air atau larutan alkali dari spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (Winarno, 1990). Karaginan adalah suatu kelompok sulfat polisakarida yang terdapat dalam matriks interseluler dari dinding sel alga merah (Bird dan Benson, 1987).
3.4.3 Algin
Anonim (1993) menyatakan bahwa algin banyak digunakan pada industri kosmetik seperti sabun, cream, lotion, shampo, dan semir rambut. Pada industri farmasi algin digunakan sebagai bahan pengemulsi pembuatan tablet, salep, plester dan kertas filter. Pada industri makanan dan minuman dipakai sebagai bahan pengental dalam pembuatan saus dan mentega. Pada industri kertas, tekstil, keramik dan lain-lain digunakan sebagai bahan gelas.
Menurut Indriani dan Suminarsih (2003) bahwa algin merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linear panjang. Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak.
3.5 Tehnik Budidaya Alga Laut Jenis Kappaphycus alvarezii
3.5.1 Pemilihan lokasi
Indriani dan Suminarsih (2003) menyatakan bahwa pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya alga laut. Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya alga laut adalah sebagai berikut:
a.Lokasi budidaya alga laut harus bebas dari pengaruh angin topan
b.Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar
c.Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan untuk tumbuhnya alga laut.
d.Perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga
e.Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya
f.Lokasi budidaya harus mudah dijangkau sehingga biaya transportasi tidak terlalu besar
g.Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja
3.5.2Penyediaan bibit
Mengingat bahwa kualitas dan kuantitas produk budidaya alga laut ditentukan oleh bibit, maka kegiatan penyediaan bibit harus direncanakan dengan memperhatikan sumber perolehan bibit, cara pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang dapat memberikan pertumbuhan optimal. Bibit harus tersedia pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan luas area penanaman (Anonim,1990). Bibit harus muda, bersih, dan segar agar memberikan pertumbuhan yang optimum.
Bibit yang baik berasal dari tanaman induk yang sehat, segar dan bebas dari jenis lain, dan tanaman induk yang sehat dipilih dari hasil budidaya bukan dari stok alam (Indriani dan Suminarsih, 2003)
3.5.3Penanaman
Menurut Indriani dan Suminarsih (2003) bahwa penanaman alga laut berarti suatu kegiatan dimasukannya bibit alga laut ke dalam air di lokasi budidaya dengan menggunakan metode apung, lepas dasar, rakit, tali gantung atau metode tebar. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar, yaitu segera setelah pengikatan bibit pada tali ris selesai. Sedangkan menurut Anonim (1993) bahwa metode apung merupakan suatu cara budidaya alga laut dengan mempergunakan pelampung sebagai rakit yang terapung dengan berbagai ukuran.
Keuntungan dengan menggunakan metode apung yaitu pergantian udara lebih baik, arus permukaan dan tingkat fotosintesa lebih tinggi.
3.5.4Pemeliharaan
Anonim (1990) menyatakan bahwa pemeliharaan yang meliputi pengawasan dan perawatan baik kontruksi budidaya maupun tanaman harus dilakukan terus menerus agar keberhasilan budidaya maksimal. Konstruksi budidaya harus dipelihara dari kerusakan yang disebabkan oleh alam atau menurunnya daya tahan bahan. Indriani dan Suminarsih (2003) menyatakan bahwa memelihara alga laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar maupun saat laut tenang. Kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak yang besar, atau daya tahannya menurun harus segera diperbaiki. Bila ditunda akan berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian yang lebih besar tidak bisa dihindari.
3.5.5Pemanenan
Panen merupakan tahap akhir dari suatu kegiatan budidaya, karena itu panen harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang dapat memenuhi permintaan pasar secara kuantitas dan kualitas (Anonim, 1990). Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6-8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 Gram. Cara memanen alga laut adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat, kemudian tali rafia pengikat alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dipotong. Panen dengan cara seperti ini memberikan keuntungan, yaitu bila ingin menanamnya kembali dapat memanfaatkan bagian ujung tanaman yang masih muda sehingga laju pertumbuhannya tinggi, disamping itu hasilnya berkandungan karaginan tinggi. Sebelum tahap ini, perlu dipersiapkan alat-alat yang diperlukan, persiapan sebelum dilakukan panen adalah tenaga kerja, keranjang rotan berukuran sedang tempat hasil alga laut, perahu untuk mengangkut hasil panen, pisau untuk memotong tali pengikat, timbangan, lokasi tempat penjemuran, karung tempat alga laut kering dan gudang tempat penyimpanan alga laut kering.
3.6Parameter Kualitas Air.
Bird and Benson (1987) menyatakan bahwa Kappaphycus alvarezii dapat tumbuh baik bila dibudidayakan pada perairan dengan kisaran salinitas 32-35 o/oo, suhu air 24-35OC, pH 6-9, pasang surut 30-200 cm, kecepatan arus 20-40 cm/detik dan kecerahan air lebih dari 5 meter.
BAB IV
TEKNIK PELAKSANAAN
1.1Tempat dan Waktu Pelaksanaan.
4.1.1 Tempat Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertempat di usaha budidaya alga laut Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo.
4.1.2 Waktu Pelaksanaan.
Kegiatan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, berlangsung selama tiga bulan terhitung sejak tanggal 24 Februari sampai selesai.
1.2Alat dan Bahan yang Digunakan.
Salinometer
Secce disk
Kamera Film
pH Meter
Alat tulis menulis
Meteran
Tali rafia (sebagai pengikat alga laut)
Botol air mineral (sebagai pelampung)
Perahu untuk mengangkut hasil panen.
1.3Metode yang Digunakan
Untuk menganalisis data yang didapatkan, penulis menggunakan metode analisa deskriftif kualitatif, yakni mengkaji data-data yang diperoleh melalui observasi maupun wawancara kemudian diikuti dengan penjelasan dengan teori-teori yang relevan dengan permasalahan.
1.4Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer meliputi: pengamatan dan langsung ikut dalam penyediaan bibit dan pengamatan kondisi bibit alga laut, penanaman, pemeliharaan, kualitas air, dan pemanenan. Sedangkan pada pengumpulan data sekunder meliputi pencatatan data-data yang berhubungan dengan praktek lapangan. Pengamatan langsung dimaksudkan untuk melihat secara langsung kenyataan-kenyataan yang terjadi di lokasi praktek dan membandingkan dengan teori yang didapatkan lewat literatur.
1.5Variabel yang Diamati
Adapun variabel yang diamati dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.Kegiatan pemilihan lokasi di usaha budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii.
2.Kegiatan penyediaan bibit di usaha budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii.
3.Kegiatan penanaman dan kualitas air yang baik di usaha budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii .
4.Kegiatan pemanenan di usaha budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii .
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil
Kegiatan budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo, meliputi pemilihan lokasi budidaya, penyediaan bibit alga laut, penanaman, pemeliharaan, pengukuran kualitas air laut sampai kegiatan pemanenan
5.1.1 Pemilihan Lokasi Budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii.
Lokasi budidaya alga laut jenis jenis Kappaphycus alvarezii di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo terletak di perairan karang, tanahnya sedikit berlumpur, jauh dari pengaruh daratan dan lokasinya terdapat karang atau pulau penghalang yang berfungsi sebagai pemecah ombak, sehingga dapat melindungi tanaman di lokasi budidaya dari kerusakan yang disebabkan oleh ombak.
Anonim (1993) menyatakan bahwa pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii. Penentuan lokasi budidaya alga laut dilakukan dengan cara melihat beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
a.Lokasi budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat.
b.Bebas dari pengaruh angin yang kuat (topan)
c.Lokasi yang dipilih mudah dijangkau agar diperoleh kemudahan dalam pengelolaan proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.
d.Lokasi budidaya dekat dengan sumber tenaga kerja.
5.1.2Penyediaan Bibit.
Penyediaan bibit alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dalam pengamatan di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo, penyediaan bibit dilakukan dengan cara mengambil bibitnya dari hasil budidaya bukan dari stock alam. Caranya yaitu tanaman yang ada di lokasi dibawa ke darat dengan memilih bibit yang muda, bersih dan segar. Sedangkan Anonim (1993) menyatakan bahwa bibit yang tersedia pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan luas area penanaman. Mengingat kualitas dan kuantitas produksi alga laut jenis Kappaphycus alvarezii ditentukan oleh bibit, maka pemilihan bibit ini dilakukan secara cermat.
5.1.3 Penanaman
Penanaman alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dalam pengamatan ini, dilakukan dengan menggunakan metode apung, yaitu dengan menurunkan bibit yang sudah terikat pada tali ris yang sudah ada pelampungnya. Penanamannya dilakukan di areal yang berukuran 50 X 40 m dengan berat awal dari bibit yang akan ditanam mencapai 100-150 gram, jarak tanamnya masing-masing dalam satu ris adalah satu jengkal (15-20cm), jarak tiap ris dalam penanamannya adalah 30-40 cm, dan jumlah risnya adalah 125 ris, serta posisi pelampung dalam satu ris berjumlah 8-12 buah. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar, yaitu segera setelah penyikatan bibit pada tali ris selesai.
5.1.4 Pemeliharaan
Menurut pengamatan penulis selama berada di lokasi budidaya, petani alga laut jenis Kappaphycus alvarezii hanya datang tiga hari sekali dalam seminggu ke lokasi budidaya untuk membersihkan kotoran, mengganti tanaman yang sudah tidak subur, serta memperbaiki konstruksi budidaya yang sudah rusak. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal maka sebaiknya hal ini perlu dilakukan setiap hari karena kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak yang besar, atau daya tahannya menurun dapat segera diperbaiki. Jika hal ini ditunda maka akan berakibat makin banyak tanaman yang hilang dan yang dimakan oleh predator sehingga hal ini dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar.
5.1.5 Pengukuran Kualitas Air
a. Derajat keasaman (pH)
Anonim (1993) menyatakan bahwa pH air untuk budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii antara 7-9 dengan kisaran optimum 7,3-8,7. Dan kegiatan pengamatan terhadap pH air laut yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur pH berupa kertas lakmus di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo, diperoleh rata-rata yaitu 7 – 8.
b. Warna
Warna air di lokasi pengamatan adalah cerah atau bening, tetapi pada waktu-waktu tertentu dapat terjadi perubahan warna. Perubahan warna ini disebabkan oleh kekeruhan melalui air sungai yaitu sungai Leboto dan air sungai Motinelo yang masuk dalam pemeliharaan alga laut jenis Kappaphycus alvarezii .
c. Salinitas (Kadar garam)
Berdasarkan hasil pengamatan di usaha budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo, diperoleh salinitas 32 o/oo. yang dilakukan pengukuran pada siang hari yaitu pada pukul 10.00.
5.1.6 Pemanenan
Pemanenan tanaman alga laut dalam pengamatan ini, pemanenannya dilakukan apabila umur tanaman alga laut jenis Kappaphycus alvarezii mencapai 6-8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 500-600 gram. Cara memanen alga laut jenis Kappaphycus alvarezii adalah dengan melepaskan ujung-ujung tali ris lalu mengangkatnya ke atas perahu kemudian membawanya ke darat. Selanjutnya, tali rafia pengikat alga laut di potong atau dilepas. Sebelum pemanenan perlu dipersiapkan alat yang diperlukan, persiapan itu meliputi tenaga kerja, perahu (untuk mengangkut hasil panen), lokasi tempat penjemuran, dan gudang tempat penyimpanan alga laut kering.
5.2Pembahasan
Kegiatan pemeliharaan bibit alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu lokasi budidaya untuk pemeliharaannya. Pemilihan lokasi budidaya alga laut di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo cocok untuk pembudidayaannya karena lokasinya terlindung dari hempasan langsung ombak yang kuat, serta lokasinya mudah dijangkau dan mudah dalam pengelolaan proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.
Penyediaan bibit alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dalam pengamatan ini adalah bibitnya yang monospesies, muda, bersih dan segar. Tujuannya untuk memberikan pertumbuhan yang optimal, dan bibitnya berasal dari hasil budidaya dan bukan dari stok alam. Diperhitungkan bahwa bibit yang berasal dari budidaya hanya terdiri dari satu jenis (monospesies), sedangkan bibit yang berasal dari stok alam sering tercampur dengan jenis alga laut lain. Bibit tanaman yang muda, bersih dan segar akan memberikan pertumbuhan yang optimal. Tanaman yang muda terdiri dari sel dan jaringan muda, dan bibit tanaman yang bersih (bebas dari debu air dan kotoran lain) dapat melaksanakan penyerapan makanan dan fotosintesis dengan baik, sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Sedangkan tanaman yang segar tampak dari thallusnya yang keras dengan warna yang cerah, sebaliknya tanaman yang layu terlihat thallusnya lembek dan berwarna pucat.
Penanaman bibit alga laut jenis Kappaphycus alvarezii di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo, menggunakan metode apung. Di mana metode apung merupakan suatu cara budidaya alga laut dengan mempergunakan pelampung sebagai rakit yang terapung dengan berbagai ukuran. Keuntungan dengan menggunakan metode apung yaitu pergantian udara lebih baik, disebabkan oleh gelombang-gelombang permukaan, arus permukaan dan tingkat fotosintesa lebih tinggi, dan kemungkinan terjadinya kerusakan terhadap tanaman yang disebabkan oleh binatang-binatang laut lebih kecil karena binatang perusak tersebut lebih menyukai dasar laut dan tidak berselera terhadap tanaman-tanaman yang bergerak terus.
Pemeliharaan alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dalam pengamatan ini dilakukan dengan mengontrol lokasi budidaya, biasanya tiga hari dalam seminggu untuk menjaga tanaman tumbuh baik yaitu dengan membersihkan kotoran yang menempel, karena kotoran yang melekat dapat mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan tanaman alga laut menurun. mengganti tanaman yang tidak subur ini dilihat dari tanaman yang sudah berwarna kepucat-pucatan, memperbaiki konstruksi budidaya yang rusak seperti menggantikan patok, menambah pelampung dan menghindari tanaman dari serangan predator.
Hasil pengukuran kualitas air di lokasi pemeliharaan alga laut jenis Kappaphycus alvarezii, derajat keasaman (pH) air adalah rata-rata 7-8, dan warna air mempengaruhi pertumbuhan alga laut dengan kecerahan 2-4 meter memungkinkan penetrasi cahaya matahari yang masuk tidak terhambat ke dalam air laut, serta salinitas (kadar garam) air lautnya adalah 32 o/oo.
Pemanenan hasil alga laut dilakukan setelah mencapai umur 6-8 minggu dengan berat ikatan sekitar 500-600 gram. Pemanenan alga laut jenis Kappaphycus alvarezii dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat, kemudian tali rafia pengikat alga laut dipotong atau dilepas, lalu dilakukan penjemuran pada sinar
matahari. Pengeringan hasil panen dilakukan di bawah sinar matahari langsung dengan menggunakan alas atau para-para, agar hasil panen tidak tercampur dengan pasir, tanah atau benda asing lainnya. Pengeringan dilakukan selama siang hari pada cuaca cerah. Malam hari atau waktu hujan, hasil panen dikumpulkan di tempat teduh atau di tutup di tempat penjemuran. Dalam keadaan cuaca yang baik, biasanya pengeringan berlangsung 2 sampai 3 hari.
BAB VI
PENUTUP
6.1Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan tersebut di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.Lokasi budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo cocok untuk budidaya.
2.Penyediaan bibit alga laut jenis Kappaphycus alvarezii yaitu bibitnya yang monospesies, muda, bersih dan segar.
3.Metode yang dilakukan dalam penanaman bibit untuk budidaya alga laut jenis Kappaphycus alvarezii di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo yaitu dengan metode apung.
4.Kualitas air laut masih memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan alga laut jenis Kappaphycus alvarezii
6.2 Saran
Sebelum mengakhiri uraian dalam tugas akhir ini penulis mengemukakan kontribusi pemikiran dalam bentuk saran sebagai berikut:
1.Tehnik pembudidayaan alga laut jenis Kappaphycus alvarezii yang dilakukan oleh petani alga laut yang ada di Kecamatan Kwandang umumnya sudah baik namun, masih ada beberapa petani yang membudidayakan alga laut secara tradisional. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada pembudidaya alga laut khususnya yang ada di Desa Moluo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo untuk selalu meningkatkan cara pembudidayaan alga laut dengan baik.
2.Tugas akhir ini masih terdapat kekurangan untuk itu, penulis mengharapkan sumbangsih pemikiran dalam bentuk saran atau kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.
0 komentar:
Posting Komentar