Rabu, 09 Juni 2010

asia barat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
UNG singkatan dari Universitas Negeri Gorontalo, dan UNG adalah suatu lembaga pendidikan yang memiliki pola ilmiah pokok. Dan berorientasi kawasan, bahwa semuanya berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikkan, pengajaran dan penelitian serta pengabdian pada masyarakat dikembangkan berdasarkan asas mutu, relevansi dan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan, baik dalam kawasan lokal, nasional, regional dan bahkan kedepan UNG akan tampil sebagai lembaga pendidikkan tinggi yang siap bersaing dan bersinergi dengan perguruan tinggi di dunia internasional. Di kampus UNG terdapat berbagai macam Fakultas misalnya Fakultas MIPA, fakultas sastra dan budaya, Fakultas teknik, dan fakultas FIS. Disetiap fakultas terdapat berbagai macam jurusan yang ada dalam satu fakultas, misalnya fakultas Ilmu Sosial (FIS) adalah Fakultas Ilmu Sosial yang bergelut dibidang ilmu sosial yang menginginkan adanya pengembangan kualitas, mempunyai daya saing serta menghasilkan lulusan yang siap pakai.

Jurusan Pendidikkan Sejarah merupakan salah satu jurusan yang ada di FIS, dan adalah program studi yang terstruktur baik dari keadaan dosen sampai pada per mata kuliah yang diprogram oleh setiap mahasiswa. Dalam setiap satu SKS kegiatan tatap muka terjadwal 50 menit, akademik terstruktur 60 menit, dan akademik mandiri 60 menit. Semester adalah satuan waktu yang menyatakan lamanya program pendidikkan atau 16 kali bertatap muka. Namun kenyataan tidak memenuhi syarat sampai 16 kali bertatap muka ttapi hanya 11 kali saja, seperti yang terjadi pada mata kuliah Sejarah Asia Barat.

1.2 Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
Mengapa frekuensi perkuliahan sejarah Asia Barat tidak memenuhi syarat semester?

1.3 Tujuan Laporan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
Mendeskripsikan penyebab kurangnya frekuensi perkuliahan mata kuliah Asia Barat.

1.4 Manfaat Laporan
Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk jurusan pendidikan sejarah mengenai sistem satuan, kegiatan perkuliahan pada mata kuliah-mata kuliah berikutnya, agar tidak terulang kembali seperti ini.

1.5 Metodologi Penyusunan Laporan
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah dengan menggunakan metodologi Sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Penyebab Kurangnya Frekuensi Perkuliahan Mata Kuliah Sejarah Asia Barat
Pada umumnya setiap kampus mempunyai pedoman akademik yang berlaku, seperti di UNG bahwa antara Dosen denagn mahasiswa mempunyai kewajiban dan hak yang seimbang sesuai dengan skala atau kehidupan akademik, serta kebebasan akademik untuk mengemukakan pikiran dan pendapat ditingkat universitas sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan. Seorang dosen hendaknya memperlakukan mahasiswa sebagai manusia yang dewasa, serta pandangan yang sama terhadap semua mahasiswa. Timbulnya kesenjangan dalam kehidupan akademik karena mungkin sebagian jumlah mahasiswa tidak memperhatikan keadaan dosen waktu menjelaskan itu juga salah satu penunjang kesenjangan tersebut. Kesenjangan-kesenjangan tersebut terlihat pada frekuensi perkuliahan pada bidang akademik dan pada saat ujian UTS dan UAS.
Dalam jurusan pendidikan sejarah khususnya mata kuliah sejarah Asia Barat yang memiliki standar kompetensi ”mendiskripsikan perkembangan peradaban dari perjuangan bangsa-bangsa di asia Barat sejak zaman kuno, sampai masa kemerdekaan”. Mata kuliah ini memiliki alokasi waktu (3 x 50) sebanyak 14 kali tatap muka dengan metode diskusi dan ceramah, ditambah 2 kali penilaian atau ujian UTS dan UAS. Jadi jumlah seluruhnya 16 kali pertemuan, akan tetapi pertemuan atau tatap muka dalam perkuliahan sejarah Asia Barat hanya mencapai 11 pertemuan dan tidak memungkinkan karena dipengaruhi olah faktor mahasiswa.
Adapun yang menyebabkan kurangnya frekuensi perkuliahan sejarah Asia Barat adalah sebagai berikut:
Pada akhir bulan Oktober sampai bulan November 2007, bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, mahasiswa sudah meliburkan sendiri dan banyak yang pulang kampung tanpa adanya informasi dari pihak lembaga maupun jurusan.
Setelah adanya pemberitahuan libur dalam rangka hari raya Idul Fitri kemudian informasi selanjutnya kegiatan perkuliahan dilanjutkan kembali setelah hari raya Idul Fitri, namun mahasiswa masih banyak yang belum kembali ke lingkungan kampus untuk melakukan aktivitas perkuliahan, Jadi akhirnya sistem perkuliahan terhalangi oleh faktor tersebut.
Pada masa sertifikasi guru-guru di seluruh kota Gorontalo dan lembaga mengambil kebijakan untuk libur selama seminggu, namun mahasiswa sudah libur hampir sebulan lamanya pada tanggal 10 Desember 2007 sampai dengan 4 Januari 2008 itu juga membuat sistem perkuliahan tidak berjalan dengan baik.
Kebingungan mahasiswa pada saat diperintahkan untuk berdiskusi mandiri.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurangnya komunikasi merupakan penyebab utama dalam frekuensi perkuliahan yang kurang pada mata kuliah Sejarah Asia Barat baik mahasiswa, dosen dan lainnya. Serta kemampuan untuk mencari tahu informasi yang masih rendah pada mahasiswa adalah faktor yang menyebabkan kurangnya frekuensi perkuliahan Sejarah Asia Barat.

3.2Saran
Saran saya adalah agar adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.



0 komentar:

Posting Komentar