Dalam setiap proses analisis kualitatif dan kuantitatif untuk menetapkan jenis dan jumlah analit yang terdapat dalam sampel, akan memperoleh hasil identifikasi dan pengukuran yang baik apabila komponen tertentu yang dikehendaki memberikan respon tanpa gangguan dari analit lainnya. Idealnya, proses identifikasi jenis dan jumlah dalam suatu proses analisis hanya terdapat analit tunggal yang terbebas dari segala gangguan analisis.
Persiapan sampel melalui proses pelarutan dan peleburan menghasilkan larutan yang mengandung campuran dua atau lebih komponen analit yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengukuran salah satu komponen analitnya. Gangguan oleh komponen analit lain, selain yang diukur akan menyebabkan interferensi, sehingga terjadi penyim-pangan hasil yang dikenal sebagai kesalahan matriks.
Kesalahan matriks banyak timbul pada pengukuran unsur-unsur renik (trace element). Pada proses pengukuran unsur renik proses pemisahan antara komponen analit yang diukur dengan komponen analit pengganggu merupakan hal penting dalam prosedur analisis. Berbagai cara pemisahan dapat dilakukan untuk memisahkan komponen-komponen analit, anatara lain melalui pembentukan kompleks, pengubahan bilangan oksidasi, penopengan, teknik kromatografi dan ekstraksi.
Ekstraksi merupakan cara pemisahan yang banyak digunakan dalam prosedur analisis. Teknik ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang melibatkan partisi diferensial dari komponen analit ke dalam dua fasa cairan yang tidak saling bercampur. Bila komponen analit A dan B ada bersama-sama dalam fasa cairan 1. Dalam upaya untuk memisahkan komponen A dan B ditambahkan fasa cairan 2 yang memungkinkan komponen A terkonsentrasi pada salah satu fasa cairan, sedangkan komponen B ter-konsentrasi pada fasa cairan yang lain. Keberadaan tiap komponen analit dalam tiap fasa membentuk sistem kesetimbangan distribusi dinyatakan sebagai koefisien partisi yang dirumuskan dengan persamaan:
p(a) = C1(A)/C2(A) dan p(b) = Ci(B)/C2(B)
p(a) = koefisien partisi A; Ci(a) dan C2(a) adalah konsentrasi komponen analit A dalam fasa cairan 1 dan fasa cairan 2, sedangkan p(b) = koefisien partisi B; Ci(b) dan C2(B) adalah konsentrasi komponen analit B dalam fasa cairan 1 dan fasa cairan 2.
Perbandingan p(a)/p(b) menentukan mudah tidaknya pemisahan komponen A dengan komponen B melalui teknik ekstraksi. Makin besar perbedaan p(a) dan p(b) makin efektif untuk dipisahkan. Secara umum bila komponen A dan B memiliki kemiripan kimiawi akan memiliki kemiripan pula dalam nilai koefisien partisinya, sehingga makin sulit untuk dipisahkan. Pemisahan komponen yang sejenis memerlukan teknik-teknik khusus seperti melalui distilasi fraksional dan ekstraksi counter current Craig.
Sumber : JICA.KIMIA ANALITIK.BANDUNG:UPI
0 komentar:
Posting Komentar