ANALISIS KADAR LEMAK IKAN NIKE
ASAL GORONTALO DENGAN METODE SOXHLETASI
Novianti Ismail
Nurhayati Bialangi
Netty Ischak
Jurusan Pendidikan Kimia fakultas matematika Dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kadar Lemak yang terkandung pada ikan Nike dengan variasi waktu ekstraksi selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Kemurnian lemak ikan Nike diuji dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggukan eluen kloroform : n-heksan 1 : 1. Noda yang dihasilkan memiliki harga Rf yang mirip dengan Rf minyak ikan standar yaitu 0,79.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar lemak untuk variasi ekstraksi 4 jam sebesar 4,49 %, 6 jam sebesar 7,75 %, 8 jam sebesar 12,49 % dan untuk 10 jam sebesar 8,65 %, dengan waktu optimum pada ekstraksi 8 jam. Persen kadar lemak yang dihasilkan 12,49 % pada sirkulasi ke-62 kali. Lemak hasil ekstraksi ini memiliki angka iod sebesar 66,22, angka penyabunan sebesar 216,51, dan angka asam lemak bebas sebesar 10,63.
Kata Kunci : Lemak, Ikan Nike, Kromatografi Lapis Tipis.
ANALISIS KADAR LEMAK IKAN NIKE
ASAL GORONTALO DENGAN METODE SOXHLETASI
Novianti Ismail
Nurhayati Bialangi
Netty Ischak
Jurusan Pendidikan Kimia fakultas matematika Dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui kadar Lemak yang terkandung pada ikan Nike dengan variasi waktu ekstraksi selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Kemurnian lemak ikan Nike diuji dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggukan eluen kloroform : n-heksan 1 : 1. Noda yang dihasilkan memiliki harga Rf yang mirip dengan Rf minyak ikan standar yaitu 0,79.
Dari hasil penelitian diperoleh kadar lemak untuk variasi ekstraksi 4 jam sebesar 4,49 %, 6 jam sebesar 7,75 %, 8 jam sebesar 12,49 % dan untuk 10 jam sebesar 8,65 %, dengan waktu optimum pada ekstraksi 8 jam. Persen kadar lemak yang dihasilkan 12,49 % pada sirkulasi ke-62 kali. Lemak hasil ekstraksi ini memiliki angka iod sebesar 66,22, angka penyabunan sebesar 216,51, dan angka asam lemak bebas sebesar 10,63.
Kata Kunci : Lemak, Ikan Nike, Kromatografi Lapis Tipis.
PENDAHULUAN
Sejak berabad-abad yang lalu, manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan, dan juga merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh, yodium, selenium, flourida, zat besi, magnesium, zink, taurin, coenzyme Q10 ( Admin. 2007).
Fungsi lemak bagi tubuh Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul, sebagai sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat. Lemak dalam tubuh mempunyai peranan yang penting, karena lemak cadangan yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ yang penting, seperti ginjal, hati, hati dan sebagainya, tidak saja sebagai isolator, tetapi juga kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada waktu ,kecelakaan.
Jumlah penduduk Gorontalo saat ini sekitar 1,5 juta jiwa, kini Provinsi Gorontalo meliputi lima kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Pohuwato, Bone Bolango, Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Berbeda dengan Sulut, penduduk Gorontalo mayoritas muslim, oleh sebab itu dalam hal menu dan pola makan agak berbeda dengan mantan propinsi induknya. Konsumsi ikan tampaknya cukup tinggi, yang meliputi ikan danau dan ikan laut, dengan berbagai macam jenis ikan, salah satunya adalah ikan nike.
Ikan nike adalah sejenis ikan kecil yang ukurannya lebih kecil dari teri yang oleh masyarakat disebut ” Nike” atau “Duwo“ yang diperoleh hampir setiap akhir bulan dalam kalender tahun Qomariah di Gorontalo khususnya di muara sungai Bone. Begitu populernya duwo sehingga masyarakat gemar mengkonsumsi ikan ini.
Munculnya Duwo sampai dengan saat ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengingat proses terjadinya menurut cerita sebagian orang utamanya dari para nelayan masih merupakan tanda tanya besar. Dari cerita yang beredar Duwo ini berasal dari Hulu sungai Bone terbungkus oleh selaput dan hanyut dibawa arus sungai ke laut. Sampai dilaut selaput yang sangat besar tadi akan pecah jika ikan-ikan dilaut menggigitinya sehingga Nike atau Duwo tadi menyebar.
Umumnya oleh para nelayan mengetahui kalau nike sudah muncul dari perut ikan hasil tangkapan mereka yang memakan nike-nike tadi. Nike Gorontalo memiliki masa panen sampai seminggu. Lebih unik lagi Duwo yang menyebar dilaut selama beberapa hari, akan kembali lagi ke hulu sungai sebagai tempat asalnya.
Ikan nike terdiri dari beberapa jenis, yang biasa disebut dengan Bilowa dan Piloheluta. Perbedaannya adalah kalau Bilowa nike yang sangat halus lebih halus dibanding Nike Laut sedangkan Piloheluta adalah jenis nike yang memiliki ukuran yang sangat tipis dan panjangnya bisa mencapai 7 kali lipat dari nike biasa. Nike jenis ini oleh orang Gorontalo disebut dengan Nike Koala atau” Nike Sungai “. Cita rasanya pun berbeda. Bahkan lebih gurih bila dibanding dengan nike yang pecah dilaut.
Belum ada data tentang kandungan lemak pada ikan nike yang berasal dari pantai leato, sehingga perlu adanya penelitian tentang kandungan lemak pada ikan nike, dengan formulasi judul. “ Analisis Kadar Lemak Ikan Nike Asal Gorontalo Dengan Metode Soxhletasi.”
BAHAN DAN METODE
a. Bahan
Bahan kimia yang digunakan adalah adalah aquades, kloroform, KI 15 %, Na2S2O3 0,1 N, larutan pati 1%, Brom, Iod, asam asetat glasial, HCl 0,5 N, indikator fenoftalin 1% dalam alkohol 95 %, KOH alkoholis, KOH 0,1 N, alkohol 95 %, n-heksan, minyak ikan standar.
b. Metode Penelitian
Penyiapan Sampel
Ikan nike yang baru diperoleh dari nelayan, diblender sampai halus, kemudian dioven sampai kering untuk menghilangkan kadar airnya, selanjutnya didinginkan dalam eksikator, dan digerus sampai halus.
Penentuan Kadar Lemak
1)Menimbang 25 gr sampel, lalu dibungkus dengan kertas saring
2)Sampel dimasukan ke dalam selongsong lemak dan dihubungkan dengan labu alas bulat leher tiga yang berisi 350 ml kloroform dan batu didih.
3)Ekstraksi dilakukan pada suhu 600 selama 4 jam.
4)Setelah diekstrak, campuran lemak dan kloroform dalam labu dievaporasi untuk memisahkan pelarut.
5)Memasukan labu alas bulat yang berisi lemak ke dalam oven suhu 105ÂșC selama ±2 jam untuk menghilangkan sisa kloroform.
6)Medinginkan labu dan lemak di dalam desikator selama 30 menit.
7)Setelah dingin ditimbang sebagai berat akhir
8)Perlakuan diulang untuk variasi waktu ekstraksi selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam
Uji Kualitas Lemak
1. Bilangan Iod
1)Timbang 0,5 g sampel minyak/lemak ke dalam erlameyer bertutup.
2)Tambahkan 10 ml kloroform untuk melarutkan sampel.
3)Tambahkan 25 ml pereaksi hanus dan biarkan 1 jam di tempat gelap, sambil sekali-kali dikocok.
4)Tambahkan 10 ml larutan KI 15%, kocok. Cuci erlemeyer dan tutupnya dengan 100 ml aquades.
5)Titrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning iod hampir hilang.
6)Tambahkan 2 ml larutan pati 1% sebagai indikator, lanjutkan titrasi. Jika warna biru hampir hilang, titrasi hentikan. Erlemeyer digoyang-goyang dengan cepat sehingga iod yang masih tinggal dalam kloroform akan pindah ke larutan KI. Kemudian lanjutkan titrasi sampai titik akhir titrasi tercapai (sampai warna biru hilang).
7)Buat blanko seperti pada penetapan sampel.
Perhitungan :
(titer blanko – titer sampel) × N Na2S2O3 × 12.69
Bilamgan Iod = x 100 %
Berat Sampel
(Sudarmaji : 2003)
2. Bilangan Penyabunan
1)Timbang 2,5 g minyak/lemak dalam erlemeyer 250 ml
2)Tambahkan 25 ml KOH beralkohol.
3)Hubungkan erlemeyer yang telah berisi contoh dan KOH beralkohol dengan pendingin tegak. Refluks dengan penggunakan penangas sampai semua contoh tersabunkan sempurna, yaitu sampai larutan bebas dari butiran lemak (selama 1 jam)
4)Larutan didinginkan dan bagian dalam pendingin tegak dibilas dengan aquades.
5)Tambahkan 1 ml indikator fenoftalin.
6)Titrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu hilang
7)Buat penetapan blanko (tanpa contoh) seperti penetapan contoh.
(titer blanko – titer sampel) × N HCl × 56,1
Bilangan Penyabunan = x 100 %
Berat Sampel
(Sudarmaji : 2003)
3. Bilangan Asam
1)Timbang 4 g minyak/lemak dalam erlemeyer 250 ml.
2)Tambahkan 10 ml alkohol 95% netral, panaskan sampai mendidih (± 10 menit) dalam penangas air sambil diaduk.
3)Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N, menggunakan indikator fenoftalin sampai berbentuk warna merah jambu.
Perhitungan :
ml KOH × N KOH × 56,1
Bilangan Asam = x 100 %
Berat Sampel
(Sudarmaji : 2003)
Analisis dan Identifikasi Dengan Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak minyak ikan nike dan minyak ikan standar diidentifikasi dengan teknik kromatiografi lapis tipis (silika gel GF254). Minyak ikan ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipet mikro, kemudian dimasukan kedalam cember yang berisi eluen sebagai pengembang yaitu kloroform : n-heksan dengan perbandingan 1 : 1. selanjutnya hasil analisis KLT ini dihitung faktor retensinya (Rf).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Lemak Pada Ikan Nike
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kadar lemak pada ikan Nike, yang dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode soxhletasi. Lemak dari ikan nike diperoleh melalui cara ekstraksi. Ekstraksi adalah metode pemisahan komponen suatu campuran dengan menggunakan suatu pelarut. Dalam hal ini ekstraksi soxhletasi yang digunakan, dengan pelarut kloroform, pada suhu titik didih pelarut (600C), dengan menggunakan variasi waktu soxhletasi selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam dengan jumlah sampel masing-masing sebanyak 25 gr. Masing-masing variasi waktu ini diulang 3 kali.
Proses soxhletasi ini dilanjutkan dengan evaporasi yaitu suatu proses penguapan untuk memisahkan pelarut (solvent) dengan zat terlarut (solute). Proses ini menghasilkan lemak yang kemudian dimasukan kedalam oven yang bertujuan untuk menguapkan kembali sisa-sisa pelarut dan uap air. Dari hasil penelitian, kadar lemak pada ikan nike dengan berbagai variasi waktu ekstraksi disajikan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengukuran kadar lemak pada ikan Nike Dengan Berbagai Variasi Waktu 4 Jam, 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam
Waktu
Jumlah sampel
% lemak
4 Jam
25 gr
4,49 %
6 Jam
25 gr
7,35 %
8 Jam
25 gr
12,49 %
10 Jam
25 gr
8,65 %
Data pada tabel di atas dapat dilihat pada diagram batang pada gambar 4.1 :
Gambar 1 diagram batang % kadar lemak terhadap waktu ekstraksi
Berdasarkan diagram diatas terlihat waktu optimum yang menunjukan kadar lemak yang tinggi berada pada waktu 8 jam. Dengan demikian untuk penentuan kadar lemak terhadap sirkulasi alat soxhletasi akan bekerja pada kondisi waktu 8 jam. Selanjutnya data tentang penentuan kadar lemak berdasarkan sirkulasi alat soxhletasi disajikan pada tabel 2 :
Tabel 2 Data Hasil Penentuan Kadar Lemak Dengan Variasi Sirkulasi Soxhletasi Menggunakan Waktu 8 Jam
Waktu ekstraksi
Jumlah sirkulasi
% Kadar Lemak
8 jam
62 kali
58 kali
87 kali
12,49 %
7,66 %
5,86 %
Data tabel diatas dapat dilihat pada diagram batang pada gambar 2
Gambar 2 Diagram Batang % kadar lemak terhadap jumlah sirkulasi soxhletasi menggunakan waktu ekstraksi 8 jam
Keseluruhan data diatas menunjukan bahwa kadar lemak pada ikan nike yang berdasarkan variasi waktu soxhletasi selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam, masing-masing menghasilkan lemak sebanyak 4,49 %, 7,35 %, 12,49 % dan 8,65 %. Data yang diperoleh ini berbeda dengan data hasil penelitian BARISTAND. Dari hasil penelitian BARISTAND 2008, kadar lemak yang diperoleh adalah sebanyak 2,02 %. Kadar lemak yang diperoleh dari hasil penelitian ini lebih besar daripada penelitian BARISTAND. Hal ini karena adanya kemungkinan kesalahan pada saat penelitian yaitu sampel yang digunakan tidak lolos saringan 40 mesh sehingga luas permukaan dari sampel kecil. Desikator yang digunakan kurang baik, yang menyebabkan uap air tidak terserap, sehingga dalam lemak tersebut masih ada uap air yang tersisa yang mempengaruhi berat pada saat penimbangan. Kualitas pelarutpun mempengaruhi hasil penelitian, yang dicurigai sebagian besar adalah pengotor.
Uji Kualitas Minyak
a. Penetapan Angka Iod
Angka iod didefinisikan sebagai jumlah gram iod yang diikat oleh 100 gram lemak. Besarnya angka iod menunjukan derajad ketidakjenuhan suatu lemak. Semakin banyak iod yang diabsorbsi oleh minyak maka semakin banyak pula ikatan tidak jenuh yang dikandung minyak tersebut. Sebaliknya semakin sedikit jumlah iodyang diabsorbsi oleh suatu minyak maka semakin sedikit pula ikatan tidak jenuh yang dikandung minyak tersebut. Dari analisis penetapan angka iod pada sampel didapatkan data seperti diperlihatkan pada tabel 4.3
Tabel 3 Data Uji Angka Iod Terhadap Minyak Ikan Nike
Sampel
Angka Iod
Lemak I
Lemak II
Lemak II
64,07
68,25
66,34
Rata-rata
66,22
Untuk menentukan bilangan iod diambil sejumlah tertentu lemak/minyak dilarutkan dalam kloroform dan direaksikan dengan larutan halogen. Reaksi dibiarkan sejenak untuk terjadinya reaksi adisi halogen KI ikatan tidak jenuh dari minyak. Selanjutnya kelebihan halogen ditentukan kembali melalui titrasi dengan larutan standar tiosulfat. Dalam reaksi adisi halogen dengan ikatan tidak jenuh dari minyak, banyak halogen yang masuk dalam ikatan rangkap tetap dinyatakan dalam I2. Hal ini disebabkan kelebihan halogen bereaksi dengan KI yang ditambahkan akan membebaskan I2.
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak. Bilangan iod ini dapat juga dipakai untuk menentukan derajat kerusakan minyak karena proses oksidasi. Minyak yang mempunyai ketidakjenuhan tinggi makin mudah mengalami kerusakan karena oksidasi. Reaksi oksidasi menyebabkan berkurangnya ikatan tidak jenuh sehingga pada minyak yang mengalami reaksi oksidasi bilangan iodnya menurun. Dari hasil penelitian angka iod yang diperoleh cukup tinggi ini menbuktikan bahwa minyak dari ikan nike merupakan minyak yang memiliki ikatan tidak jenuh yaitu dilihat dari struktur rantai karbonnya memiliki ikatan rangkap.
b. Penetapan Angka Penyabunan
Angka penyabunan didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gr lemak atau minyak.
Data dari hasil analisis angka penyabunan disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4. Data Uji Angka Penyabunan Terhadap Minyak Ikan Nike
Sampel
Angka penyabunan
Lemak I
Lemak II
Lemak II
215,76
220,02
213,741
Rata-rata
216,51
Angka penyabunan digunakan untuk mengetahui ukuran atau panjang rantai C asam lemak yang terkandung dalam minyak. Bila minyak mempunyai nilai angka penyabunan tinggi, maka dapat diketahui bahwa minyak tersebut mengandung asam lemak dengan rantai C pendek/medium (Sudarmaji, 1981). Sebaliknya bila mempunyai nilai angka penyabunan rendah berarti minyak tersebut mengandung asam lemak dengan rantai C panjang. Dari tabel diatas dapat dilihat, minyak ikan nike memiliki angka penyabunan tinggi, hal ini menunjukan bahwa minyak yang diperoleh adalah minyak yang tersusun oleh asam lemak rantai c pendek/medium.
Menurut Ketaren (1986) bahwa sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan dengan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigriserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan 1 molekul minyak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam, sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.
c. Uji Kadar Asam Lemak Bebas
Angka asam adalah suatu ukuran dari banyaknya asam lemak bebas serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak yang terdapat dalam minyak/lemak. Kadar asam adalah kadar asam asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak (asam lemak yang dominan). Data analisis kadar asam lemak bebas disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 5. Data uji kadar asam lemak bebas terhadap minyak ikan nike
Sampel
Angka Asam
Lemak I
Lemak II
Lemak II
10,98
10,5
10,41
Rata-rata
10,63
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak. Angka asam yang besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa minyak ikan nike memiliki angka asam rendah yang berarti kualitasnya baik. Suatu minyak dikatakan kualitasnya rendah karena disebabkan adanya pemanasan telah memutuskan ikatan ester antara asam lemak dan gliserol menghasilkan asam lemak bebas. Apabila dalam suatu minyak terdapat asam lemak bebas dalam jumlah yang besar maka minyak atau lemak tersebut dikatakan rusak dan berbau tengik.
Analisis dan Identifikasi Dengan Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak minyak ikan nike dan minyak ikan standar dilakukan uji untuk mengetahui, dan membandingkan harga Rf dari keduanya dengan metode kromatografi lapis tipis, yaitu mentotolkan dengan menggunakan pipet mikro/pipa kapiler pada lempeng lapis tipis silika gel GF254, menggunakan pengembang Kloroform : n-heksan 1 : 1. Kemudian semua hasil analisis kromatografi lapis tipis dihitung nilai faktor retensinya (Rf)-nya.
Hasil identifikasi terhadap sampel yang dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis disajikan pada gambar 4.1 berikut ini :
A B
Gambar 3 Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Minyak Ikan Nike dan Minyak Ikan Standar Dengan Menggunakan Adsorben Silika Gel GF254
Keterangan :
A : Minyak Ikan Standar
B : Ekstrak Minyak Ikan Nike
Teknik pengerjaan Kromatografi lapis tipis, hanya dapat dilakukan untuk penentuan semikuantitatif. Luas noda yang didapat dibandingkan terhadap luas noda zat yang sama.
Berdasarkan pada gambar 4.1, dapat dilihat jelas bahwa ekstrak minyak ikan nike, bercak noda yang diperoleh sama dengan bercak noda pada minyak ikan standar dengan menggunakan eluen klroform : n-heksan 1 : 1. bercak noda pada plat KLT tidak berwarna sehinga hanya dapat dilihat dengan menggunakan lampu UV, dengan harga Rf yang sama pula yaitu 0,79. hal ini membuktikan minyak hasil ekstraksi dari ikan Nike ini mirip dengan Rf dari minyak ikan standar.
SIMPULAN
1.Kadar lemak pada ikan nike yang diekstraksi dengan menggunakan beberapa variasi waktu yaitu selama 4 jam, 6 jam, 8 jam, dan 10 jam, masing-masing hasilnya adalah 4,49 %, 7,35 %, 12,49 % dan 8,65 %, dengan waktu optimasi 8 jam.
2.Angka iod pada minyak ikan nike 66,22. ini membuktikan bahwa minyak dari ikan nike merupakan minyak yang memiliki ikatan tidak jenuh yaitu dilihat dari struktur rantai karbonnya memiliki ikatan rangkap.
3.Angka penyabunan pada minyak ikan nike 216,51. Dengan demikian minyak yang diperoleh merupakan minyak yang disusun oleh rantai karbon pendek, yang ditunjukan oleh tingginya angka penyabunan.
4.Angka asam lemak bebas minyak ikan nike 10,63. dengan demikian minyak yang diperoleh kualitasnya baik karena memiliki bilangan asam yang rendah.
5.Ekstrak minyak ikan nike mempunyai harga Rf yang sama dengan minyak ikan standar yaitu 0,79.
SARAN
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang uji komposisi minyak ikan nike dengan menggunakan metode Kromatografi Gas.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2007. Keunggulan Nutrisi Ikan dan Fungsinya Bagi Kesehatan. www.poltekpangkep.ac.id s
Apriyanto, Anton. 1988. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor: IPB
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Penentuan Kadar Lemak Total Pada Produk Perikanan. http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-2354.3-2006.pdf
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Sudarmaji, S. 2003. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Liberti Yogyakarta
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sahabu, V. 2006. Nike (Duwo) Gorontalo. http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=1048
0 komentar:
Posting Komentar