Sabtu, 22 Mei 2010

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA TUMBUHAN MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA TUMBUHAN MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Endah Pratiwi Isa
Nurhayati Bialangi
La Alio

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK


Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid pada tumbuhan Meniran yang tumbuh di Gorontalo dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.Hasil identifikasi yang menggunakan eluen metanol : kloroform (1 : 9) pada ekstrak kental etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, dan fraksi etil asetat menghasilkan bercak yang berwarna kuning dengan harga Rf = 0,89. Hasil yang diperoleh identik dengan senyawa yang telah dilaporkan oleh Haryono (1985) yaitu flavonoid golongan flavonol.

Kata Kunci : meniran, Kromatografi Lapis Tipis, Flavonoid.

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA TUMBUHAN MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Endah Pratiwi Isa
Nurhayati Bialangi
La Alio

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK


Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid pada tumbuhan Meniran yang tumbuh di Gorontalo dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.Hasil identifikasi yang menggunakan eluen metanol : kloroform (1 : 9) pada ekstrak kental etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, dan fraksi etil asetat menghasilkan bercak yang berwarna kuning dengan harga Rf = 0,89. Hasil yang diperoleh identik dengan senyawa yang telah dilaporkan oleh Haryono (1985) yaitu flavonoid golongan flavonol.

Kata Kunci : meniran, Kromatografi Lapis Tipis, Flavonoid.


PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat. Diduga dari sekitar 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika Indonesia, sekitar 9.600 spesies telah diketahui berkhasiat sebagai obat (Kusuma & Zaky, 2005). Oleh karena itu penelitian tentang kimia bahan alam sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan guna memanfaatkan tumbuhan demi kepentungan umat manusia.
Salah satu manfaat tumbuhan bagi manusia adalah sebagai sumber obat atau untuk pemeliharaan kesehatan. Saat ini beragam jenis buah-buahan, sayur-sayuran, temu-temuan, bumbu dapur hingga bunga-bungaan dapat dijadikan sebagai bahan obat. Ternyata bahan obat tidak hanya itu, aneka jenis tumbuhan liar pun dapat dijadikan sebagai sumber obat yang ampuh untuk mengatasi aneka penyakit (Kusuma & Zaky, 2005).
Tumbuhan meniran salah satu jenis tumbuhan liar yang sangat banyak terdapat di Indonesia. Masyarakat Gorontalo mengenal tumbuhan ini dengan nama “bulobuo huta”. Mereka memanfaatkan tumbuhan meniran secara tradisional sebagai obat anti radang, malaria, peluruh kencing, peluruh haid, penambah nafsu makan. Mencegah sariawan, luka bakar dan koreng.
Tumbuhan meniran dilaporkan mengandung flavonoid. Flavonoid yang merupakan salah satu metabolit sekunder dari tumbuhan, dilaporkan memiliki aktivitas biologi antara lain sebagai anti mikroba, anti virus, anti jamur, obat infeksi pada luka, mengurangi pembekuan darah dalam tubuh, mempercepat pembekuan darah di luar tubuh, anti kanker dan anti tumor (Harborne, 1987).
Dalam pemisahan senyawa flavonoid umumnya dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi secara maserasi dengan menggunkan pelarut organik umum yaitu metanol dan etanol, selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatografi Lapis Tipis (KLT).

METODE
a. Bahan
Bahan kimia yang digunakan meliputi: etanol, n-heksan, kloroform, pelat KLT silika gel GF254, berbagai pereaksi uji flavonoid seperti natrium hidroksida, asam sulfat pekat, dan magnesium-asam klorida pekat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan meniran jenis meniran hijau (Phyllanthus niruri Linn) yang tumbuh liar di Gorontalo.

b. Metode Penelitian
Penyiapan sampel
Tumbuhan meniran (seluruh bagian tumbuhan : akar, batang, daun) dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung. Setelah kering kemudian diblender hingga halus selanjutnya ditimbang 100 gram untuk selanjutnya diekstraksi.
Ekstraksi dan fraksinasi
Sampel yang berupa serbuk halus sebanyak 100 gram diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol. Proses maserasi dilakukan selama 3x24 jam, dimana setiap 24 jam ekstrak disaring dan dimaserasi dengan pelarut etanol yang baru. Ekstrak yang diperoleh dari 3 kali maserasi tersebut kemudian disatukan dan kemudian dipekatkan menggunakan evaporator hingga pelarut menguap dan terpisah sehingga diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak kental etanol disuspensikan dengan air dan difraksinasi dengan n-heksan-air dengan perbandingan (3:1) sehingga diperoleh dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan n-heksan. Lapisan n-heksan dipisahkan selanjutnya dipekatkan dengan evaporator hingga diperoleh fraksi kental n-heksan. Lapisan air yang telah dipisahkan difraksinasi kembali dengan kloroform sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan kloroform dipisahkan dari lapisan air kemudian dipekatkan hingga diperoleh fraksi kental kloroform. Lapisan air difraksinasi kembali dengan etil asetat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan etil asetat dipisahkan dari lapisan air selanjutnya dipekatkan dengan evaporator untuk mendapatkan fraksi kental etil asetat.
Uji Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan dengan cara melarutkan sejumlah kecil ekstrak kental ke dalam etanol 95% selanjutnya dibagi menjadi 4 tabung. Tabung 1 sebagai kontrol, tabung 2, 3, dan 4 berturut-turut ditambahkan pereaksi flavonoid seperti natrium hidroksida, asam sulvat pekat, bubuk magnesium-asam kloroda pekat. Uji positif flavonoid ditandai dengan berbagai perubahan warna yang khas untuk setiap jenis flavonoid.
Analisis dan Identifikasi dengan KLT
Ekstrak kental etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat dilakukan pemisahan komponennya menggunakan teknik Kromatografi Lapis Tipis. Ekstrak kental etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat dianalisis dengan KLT (Silika GF254 tebal 0,2 mm, panjang 6,5 cm dengan jarak elusi 5,3 cm). Fasa gerak yang digunakan yakni campuran metanol : kloroform (1 :9) dan (1:1). Selanjutnya semua hasil analisis KLT dihitung faktor retensinya (Rf).



HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi dan Fraksinasi
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa organik yang terkandung dalam sampel. Sampel meniran kering ditimbang 100 gram selanjutnya dimaserasi dengan pelarut etanol. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam. Dimana setiap 24 jam pelarut diganti dengan etanol yang baru. Proses ekstraksi dengan cara maserasi ini bertujuan untuk mengekstrak komposisi kimia yang terkandung di dalam sampel. Sedangkan penggunaan pelarut etanol adalah dengan tujuan untuk melarutkan semua komponen-komponen kimia yang polar maupun non polar. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan pelarut yang bersifat universal, sehingga senyawa-senyawa kimia mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar dapat larut.
Hasil yang diperoleh dari 3 kali maserasi disatukan selanjutnya dipekatkan dengan evaporator hingga pelarut menguap hingga diperoleh ekstrak kental etanol. Ekstrak kental etanol yang diperoleh kemudian di uji fitokimia dengan menggunakan berbagai pereaksi flavonoid. Hasil uji fitokimia menunjukkan meniran positif mengandung senyawa flavonoid. Ekstrak selanjutnya disuspensi ke dalam 20 mL air, selanjutnya dilakukan partisi berturut-turut dengan 60 mL n-heksan, 60 mL kloroform dan 60 mL etil asetat. Partisi untuk masing-masing pelarut dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Penggunaan pelarut tersebut berdasarkan kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996 dalam Bialangi, 2002). Dimana etil asetat lebih polar dibanding kloroform dan n-heksan. Ekstraksi ketiga pelarut yang diperoleh selanjutnya dipekatkan pada evapodator hingga diperoleh fraksi kental n-heksan, fraksi kental kloroform dan fraksi kental etil asetat. Fraksi kemudian di uji fitokimia menggunakan berbagai pereaksi flavonoid.
Analisis dan Identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak kental etanol dan masing-masing fraksi yang diperoleh yakni fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat selanjutnya diidentifikasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. Caranya dengan menotolkan sampel menggunakan pipet mikro pada lempeng tipis silika gel GF254 dengan pengembang (eluen) metanol : kloroform (1 : 9) dan (1 : 1). Semua hasil analisis kromatografi lapis tipis kemudian dihitung nilai faktor retensi (Rf)-nya.
Tabel 1 Nilai faktor retensi dari ekstrak kental etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat
Fasa Gerak
Nilai faktor retensi Rf





Metanol : Kloroform
Sampel


Ekstrak
Etanol
(1 : 9)

Fraksi
n-heksan
(1 :1)

Fraksi
Kloroform
(1 : 1)

Fraksi
Etil asetat
(1 :9)
Senyawa flavonoid yang dilaporkan Haryono (1985)
Fraksi etil asetat

0,896
-
0,896
0,896
0,896

0,71
0,55
0,72
-
-

0,28
-
0,23
-
-

0,14
-
0,11
0,11
-

0,09
-
-
0,06
-

Berdasarkan reaksi warna dan nilai Rf pada kromatogram lapis tipis di atas, ekstrak kental etanol, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat maka dapat diindikasikan bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan meniran adalah senyawa flavonoid golongan flavonol. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rf yang dihasilkan yaitu 0,896 dengan bercak warna kuning (Haryono, 1985).

SIMPULAN
Dari tumbuhan meniran telah dapat diekstraksi dan diidentifikasi senyawa flavonoid jenis flavonol dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Data profil kromatogram dari kromatografi lapis tipis pada senyawa tersebut identik dengan data yang dilaporkan oleh Haryono (1985) pada fraksi etil asetat dengan nilai Rf yang dihasilkan yakni 0,896.

SARAN
Untuk penelitian lebih lanjut mengenai isolasi dan karakterisasi senyawa-senyawa yang ada pada tumbuhan meniran maka perlu analisis dengan menggunakan teknik yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Bialangi, Nurhayati. 2002. Isolasi dan Penentuan Struktur Flavonoid Dari Daun Ocinum Sanctum Linn Asal Gorontalo, Tesis. Bandung : Program Pasca Sarjana UNPAD.
Krisanti, Diana. 2003. Meniran dan Jombang Berkhsiat Antieksim. Bandung. http://www. Kompas.com/ (15 April 2008).
Harborne. J. B. 1987. Metode Fitokimia 2. Bandung : ITB.
Haryono, Kus. 1985. Penelitian Dibeberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Bandung : ITB.
Kusuma & Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.


0 komentar:

Posting Komentar